Mohon tunggu...
Lilia Gandjar
Lilia Gandjar Mohon Tunggu... Tutor - Penikmat aksara dan pencinta kata-kata.

Penyuka dunia tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Saya Introvert dan Anak Ekstrovert, Apa Jadinya?

27 Januari 2022   14:30 Diperbarui: 29 Januari 2022   19:15 1971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alkisah, keledai dan anjing jalan bersama-sama. Di tengah-tengah perjalanan, mereka menemukan sebuah surat. Keledai mengambil surat itu, dan membukanya. Dia membaca surat tersebut untuk anjing.

“Saya butuh 5 ikat jerami, barley, dan gandum…” kata keledai.

Anjing menjadi tidak sabar.

“Ya, ya,” ujar anjing. “Lewati bagian itu. Ceritakan tentang daging dan tulang.”

Keledai membaca cepat sisa surat, tetapi dia tidak menemukan keterangan apapun tentang daging dan tulang.

“Buang saja,” kata anjing. “Tidak ada artinya untuk kita.”

Dari cerita tersebut, nilai moral yang dapat kita tangkap adalah tiap-tiap orang memiliki minat yang berbeda-beda.

Itulah yang terjadi ketika saya, sebagai orang tua, memiliki karakter introvert, dan anak mempunyai kepribadian extrovert.

Minat kami berbeda. Cara kami menanggapi sesuatu beda. Semuanya serba berlawanan.

You’re not alone in feeling depleted as an introverted parent – but taking care of yourself is taking care of your kids, and everyone will be better off for it. (Ashley Ziegler)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun