Mohon tunggu...
Mohammad Iman Mahlil
Mohammad Iman Mahlil Mohon Tunggu... Auditor - Fraud Examiner and Investigator

Sudut pandang kita berbeda, bahkan data yang sama bisa diartikan berbeda. Mari kita analisa data bersama walaupun interpretasi berbeda

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Apakah Indonesia Gagal Mengentaskan Korupsi?

17 Juli 2019   10:21 Diperbarui: 17 Juli 2019   11:03 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bagaimana rasionalisasi? Berapa banyak anda mendengar teman atau saudara anda mengeluh bahwa gaji yang diberikan oleh negara atau tempat dia bekerja tidak cukup?

 Bagaimana dia telah bekerja keras tapi tidak merasa di hargai dengan cukup? Atau pernah mendengar kata-kata menyesatkan : "Cari yang haram saja susah apalagi yang halal"? Semua perkataan-perkataan rasionalisasi tadi banyak kita dengarkan di sekitar kita, kedengarannya sepele tapi berarti didalam hati dia telah muncul benih-benih seorang fraudster/koruptor.

Saya berikan contoh simple bahwa dalam diri kita tertanam benih sebagai seorang fraudster atau koruptor. Anda pernah melanggar aturan lalu lintas dengan alasan polisi tidak ada? Anda coba lihat fraud triangle diatas, semua hal terjadi dalam kejadian tersebut, "Tidak ada polisi" adalah opportunity, "Kepingin cepat" adalah Motive dan "Tidak membahayakan yang lain kok/ Hanya sekali kok/ Berikutnya tidak lagi" adalah Rationalization. Beruntungnya kita tidak mendapatkan posisi decision maker, jangan-jangan kalau kita menjadi decision maker bisa jadi kita lebih dahulu di penjara dibandingkan mereka-mereka yang sekarang di penjara.

Jadi bagaimana mengukur kadar benih fraudster atau koruptor dalam diri seseorang, agar ybs bisa di stop sebelum masuk ke dalam sistem. Beberapa tahun lalu saya pernah mengirimkan jurnal/makalah untuk Kongres ACFE Asia di Hong Kong, yang membahas tentang RassOp Test. Test ini adalah test yang saya buat untuk mendeteksi kemungkinan seorang calon pekerja/pejabat/penyelenggara negara akan melamar atau mencalonkan diri, dan berbeda dengan integrity test.

Pada umumnya sebelum menerima seseorang kita melakukan test untuk mengetahui Potensi Akademik seseorang dan bagaimana Psikologinya, tapi belum pernah dilakukan test untuk mendeteksi kemungkinan fraud-nya. RasOP Test akan memberikan map dari pikiran seseorang, bagian mana dari pikiran tersebut yang akan berpotensi melakukan fraud jika ada kesempatan. 

Ketika seseorang dengan kecenderungan untuk melakukan fraud yang kecil, ketika muncul oppurtunity ataupun ada pressure yang kuat, salah satu sisi dari rasionalization akan menahannya.

Mungkin anda sering mendengar kata-kata "Mencegah lebih baik dari mengobati". Para Koruputor-koruptor yang telah tertangkap merupakan orang sakit yang harus diobati dengan penjara, mari kita cari orang-orang sehat untuk masuk ke sistem kita, sehingga kita tidak perlu mengobati lagi.

Untuk menjawab pertanyaan di judul, Indonesia belum gagal dalam mengentaskan korupsi, Indonesia cukup berhasil untuk memberitahu para calon-calon Koruptor apa efek dari korupsi di Indonesia, namun Indonesia harus bisa mencegah para calon Koruptor masuk ke dalam sistem, sehingga tidak perlu penangkapan-penangkapan atau OTT lagi, karena korupsi sudah tidak ada karena Koruptornya memang tidak ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun