Mohon tunggu...
Kholilatul Ummah
Kholilatul Ummah Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat Perempuan

Love Allah, love Muhammad, love Islam, love Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bu Risma "Marah"

12 Oktober 2020   17:25 Diperbarui: 12 Oktober 2020   17:56 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya adalah salah satu produk mahasiswa 98, saat gema reformasi benar-benar menjadi lagu terindah yang harus digaungkan oleh semua mahasiswa kala itu, saya pun tidak mau ketinggalan untuk mengikuti demo di sekitar kota Malang, baik di kampus-kampus, atau di Balai Kota Malang dan beberapa titik kumpul masa, seperti di perempatan ITN Malang. 

Ada beberapa aksi yang memakan korban luka, meski tidak sampai memakan korban jiwa. Sebab kecenderungan mahasiswa saat menyampaikan orasi pasti membuat emosi mendidih,  disitulah kemudian mahasiswa terpicu melakukan anarkhisme dengan melempari batu bapak polisi yang menjaga, sehingga polisi kemudian menyambut dengan hujan gas air mata, juga peluru karet untuk membubarkan kerumunan massa.

Seiring pengalaman beberapa kali mengikuti demonstrasi, saya pun belajar bahwa penting sakali untuk mengawal sebuah aksi damai, yang semata murni mengusung aspirasi bukan untuk membuat rusuh disana-sini. Dan saya bersama sahabat-sahabat seorganisasi berkomitmen untuk melakukan aksi damai, agar jangan sampai tujuan baik disusupi orang-orang yang mencari keuntungan sendiri. 

Karena itu saat melihat video Bu Risma memarahi orang yang merusak fasum saat demonstrasi di Surabaya, saya menjadi sangat mengerti  dan semua itu menjadikan ingatan saya kembali pada masa demo reformasi 98. Memang mahasiswa menjadi salah satu pembawa energi perubahan, dengan catatan tanpa menimbulkan kerugian, dan tanpa mengakibatkan perusakan.

Tipologi pemuda yang idealis, akan selalu memiliki masanya sendiri, dan hal itu tak akan terganti. Saya masih ingat di sebuah pertemuan pelantikan pengurus organisasi, yang mempertemukan antara alumni dan kader. Para alumni yang sudah berada di pos-pos puncak birokrasi mengatakan, "Saatnya sekarang membangun sinergitas dan tidak perlu lagi turun jalan. Jadikan diri kalian aktifis yang memiliki kualifikasi agar kelak dapat diperhitungkan".

Penyataan itu pun di respon, "Kami sebagai insan pergerakan, tak akan diam jika ada kekuasaan yang disalahgunakan, kami akan tetap turun jalan". Iya begitulah jiwa yang masih segar menggelegar dengan warna kecintaannya sendiri.  Seperti proses kehidupan yang semua ada masanya sendiri, saat menjadi bayi, anak-anak, remaja, pemuda dan tua. Semua pun memiliki karakteristiknya sendiri. 

Singosari, lil@121020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun