Mohon tunggu...
Kholilatul Ummah
Kholilatul Ummah Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat Perempuan

Love Allah, love Muhammad, love Islam, love Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Ilham, Anak Berhadapan Hukum (ABH)

5 Februari 2020   19:36 Diperbarui: 6 Februari 2020   05:27 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilham adalah remaja 16 tahun putus sekolah, karena ibunya yang berstatus janda beranak 5, tidak lagi mampu membiayai sekolahnya. Bapaknya pergi ke pulau seberang tak kembali juga tak peduli pada keluarganya lagi. Sehingga Ilham membantu ibunya bekerja, menjadi tukang pengantar pesanan dengan menaiki sepeda motor.

Pada saat mengendarai sepeda motor itulah, satu setengah tahun yang lalu, ilham menabrak seorang  bapak yang pada akhirnya meninggal di rumah sakit. Peristiwa itu sudah satu setengah tahun berlalu, namun hingga saat ini Ilham masih harus berhadapan dengan hukum di Pengadilan Negeri, setelah proses diversi di kepolisian dan kejaksaan tidak berhasil.

Bagaimana bisa berhasil? Apabila diversi itu dengan syarat memberikan uang santunan 10 juta rupiah kepada keluarga korban, sedangkan keluarga Ilham notabenenya tidak mampu untuk memberikan uang 10 juta rupiah itu. Dan keluarga korban tidak kunjung memberikan maafnya, serta tidak menyadari kondisi keluarga Ilham yang tidak mampu.

Saat jadwal sidang pembuktian siang hari itu, seperti biasanya aku dekati keluarga Ilham yang saat itu mengajak satu orang ketua karang taruna dari kampung tempat tinggalnya untuk menjadi saksi. Aku tersentak terharu sedih saat Ibunya Ilham mengatakan "Bu permisi, minta uangnya mau beli minum, saya haus". "Lho ibu pasti belum  sarapan juga ya?, ayo bu ke kantin saja makan dan minum sambil menunggu panggilan sidang" ajakku pada mereka.

Kami pun bersama-sama ke kantin, tiba di kantin mereka tidak mau pesan makan, dan hanya memesan minuman. Sungguh moral mereka terjaga dengan baik, tidak mudah memanfaatkan kesempatan disaat ditraktir pun. Aku semakin iba pada mereka, aku paksa untuk sekedar makan gorengan yang tersedia. "Tadi berangkat kesini naik apa bu?" tanyaku. "tadi dipesankan grab oleh pak Jaksa bu".

Sedih bercampur pilu rasa ini menemani keluarga itu, secara nyata mereka tidak mampu, tapi mengapa keluarga korban itu tidak memberikan maafnya, agar urusannya tidak semakin berkepanjangan, sedangkan keluarga korban notabenenya justru keluarga yang mampu. Ada kesadaran spiritual yang begitu lemah dalam kehidupan kita, bahwa kehidupan dan kematian manusia sejatinya milik Allah dan untuk Allah semata. Namun dibuat seakan manusia yang mampu membuat hidup dan mati itu.

Di sela pembicaraan, aku hanya bisa memberikan motivasi agar Ilham dan ibunya kuat dan siap secara mental untuk menerima putusan sidang nanti, sebab apabila Ilham dan ibunya kuat dan siap menerima, semuanya akan bisa dijalani dengan baik. Lalu mereka menyambut dan mengatakan " iya bu, saya sudah ikhlas apabila anak saya memang harus dipenjara, mau bagaimana lagi?, kami sudah berusaha untuk pinjam uang, tapi tidak ada bu ".

Aku masih saja merenung, haruskah kemiskinan menjadi biang terpuruknya kehidupan seseorang, sebuah keluarga, atau suatu masyarakat? Teringat sebuah Hadits Nabi yang artinya "Dari Abu Hurairah RA, beliau berkata : Rasulullaah SAW bersabda,  "Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allaah 'Azza wa Jalla dari pada mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allaah (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu, tetapi katakanlah, Ini telah ditakdirkan Allaah, dan Allaah berbuat apa saja yang Dia kehendaki, karena ucapan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan syaitan".

Hadits tersebut mengingatkan bahwa mukmin yang kuat itu, harus kuat ruhaninya dan kuat pula jasmaninya, kuat ruhani berarti mampu bersabar, berjuang dan pandai bersyukur, selalu ingat asal dan tujuan hidup dari Allah dan untuk Allah. Sedangkan kuat jasmani berarti sehat fisik, mampu bergerak menebar manfaat sebanyak-banyaknya di dunia dan akhirat kelak.   

Malang, 05 Pebruari 2020.

Kholilatul Ummah

Selamat ulang tahun Mbak Widz Stoops, bahagia selalu selamanya sepenuh cinta...😍😘❤

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun