Mohon tunggu...
Likke Andriani
Likke Andriani Mohon Tunggu... Lainnya - Generalis dinamis dengan latar belakang tehnik kimia, senang membaca mencoba mulai menulis untuk keseimbangan. Hobi: backpacking, naik gunung, jalan kaki, snorkeling dan kuliner.

"Jobs fill your pocket, but adventures fill your soul". "The world is a big playground - a lot to discover"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengenal Xi Jinping, Nomer Satunya Cina

6 Juli 2020   06:04 Diperbarui: 6 Juli 2020   06:05 6822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi diolah dari sohu.com

Dalam biografinya yang ditulis oleh jurnalis Francois Bougon,  karakter Xi baik secara emosional maupun intelektual memang tidak jauh dari stereotip film. Pengalaman hidupnya yang membantu dia mengerti bagaimana dia harus menjalankan sistem pemerintahan sekarang: rasa takut dan kontrol!

Pada tahun pertamanya di Yanan, dia mencoba melarikan diri, sebagai hukumannya kerja paksa berbulan-bulan yang bagi dia itu hal positif, dia benar-benar bekerja keras yang membuatnya menjadi populer di desa, sehingga penduduk desa bersedia merekomendasinya untuk mendapatkan hak istimewa untuk bisa kuliah di universitas Beijing. Mungkin ini awal mula kecanduannya pada popularisme. Pengorbanan diri dan idealisme untuk melayani revolusi bukan konsep kosong buat Xi. Seumur hidupnya dia cuma mengenal ini.

Fakta bahwa negara Tiongkok yang pernah kelaparan sekarang bisa menghasilkan milyarder lebih banyak daripada negara lain di dunia memang menguntungkan untuk partai (PKC), tapi Xi sadar bahwa pelajaran yang telah di palu di kepalanya selama masa sulit mulai memudar oleh kesilauan kekayaan. Karena itu dia memandang serius fungsi dan panggilan hidupnya untuk mengembalikan dokrin dan disiplin kembali ke hati rakyat. Dengan menggunakan kemajuan teknologi, dia menyuruh para doktorat membuat apps dan artifisial intelegensi yang penuh dengan propaganda partai, sehingga rakyat selalu diingatkan akan identitas mereka dimana pun mereka berada.

Seperti kebanyakan orang Cina lainnya, Xi belajar beradaptasi dengan perubahan yang konstan, namum secara ideologis dia tetap sama, tetap berdiri di garis keras.

Sejarah yang menyakitkan-pelajaran di masa depan

Tahun 2017, Xi menghadiri forum ekonomi di Davos, perkumpulan kaum kapitalis elite. Mereka senang melihat Xi antusias dengan pasar saham, dengan "pertumbuhan ekonomi dunia", tapi tidak banyak orang yang perduli dengan peringatan Xi kepada dunia melalui puisi klasik Cina yang diungkapkan-nya "Kurma manis tumbuh di antara duri dan onak".  

Dengan kata lain "Kita dikeraskan oleh rasa sakit masa lalu, kita tidak menyerah pada kepentingan kita, apa kamu juga bisa melakukan itu?"

Generasi kelima pemimpin partai komunis Cina (PKC) , termasuk Xi, hampir semua kecanduan sejarah. sejarah yang mereka anggap sebagai luka terbuka, selalu sakit, selalu beresiko infeksi.

Versi sejarah menurut PKC intinya seperti ini: Selama 5000 tahun Cina peradaban terkaya di dunia. Diabad ke-19 negara-negara barat memaksa Cina bertekuk-lutut karena lambat beradaptasi. Seratus tahun penghinaan diikuti oleh perjanjian internasional yang tidak adil (1839-1949), baru setelah itu masa pemulihan bisa dimulai.

Penafsiran yang tidak sepenuhnya salah. Ketika para reformis Cina meminta negara-negara barat untuk memulihkan wilayah mereka pada tahun 1919, pihak barat justru menghina mereka, memperlakukan mereka seperti pengemis hina. 

Kesombongan ini yang melemahkan oposisi liberal pro-Barat di Cina hingga waktu itu hanya partai komunis anti-imperalis yang tampaknya  masih bisa diharapkan oleh rakyat. Jadi secara tidak langsung, keberhasilan partai komunis Cina sampai sekarang sebagian merupakan produk Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun