Mohon tunggu...
Lihifzhil Aini
Lihifzhil Aini Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Internasional Semen Indonesia

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Upaya dalam Pemeliharaan Lingkungan pada Film Dokumenter "A Plastic Ocean" dan Webinar Solar Pv Technologi

5 Desember 2020   12:30 Diperbarui: 5 Desember 2020   12:45 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Ditulis oleh : Lihifzhil Aini

Mahsiswi Universitas Internasional Semen Indonesia

Film A Plastic Ocean

Film A Plastic Ocean merupakan film bergenre dokumenter yang diproduseri oleh Adam Leipzig dan disutradarai oleh Craig Leeson yang juga sebagai pemain dalam film tersebut. Film ini merupakan salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kesadaran di seluruh dunia. A Plastic Ocean (2016) adalah salah satu film dokumenter terbaru dan mengejutkan tentang polusi plastik. Yang awalnya dimulai sebagai pencarian paus biru yang sulit dipahami, akhirnya menjadi eksplorasi keadaan rapuh lautan kita yang disebabkan oleh ketergantungan kita yang berlebihan pada plastik. Perjalanan tersebut mencakup lebih dari dua puluh tempat dalam kurun waktu empat tahun untuk mengungkap penyebab dan konsekuensi serta memberikan solusi dari sampah plastik tersebut

Dalam perjalanannya Craig Leeson dan Tanya Streeter menemukan berbagai permasalahan yang timbul akibat sampah plastik. Mulai dari paus yang mati akibat menelan plastik dengan lebar 6 meter persegi hingga tidak bisa makan dan mengalami kekurangan gizi, burung laut yang juga turut menjadi korban akibat sampah plastik yang mengambang di lautan, serta kura-kura tempayan yang tidak bisa menyelam akibat ada sejumlah plastik di perutnya yang menghasilkan gas.

Kejadian tersebut diakibatkan oleh sampah plastik yang masuk ke lautan sehingga disalahpahami oleh ikan, kura-kura, dan binatang laut lainnya sebagai ubur-ubur atau makhluk hidup lain yang bisa dimakan. Hal ini mengakibatkan berubahnya rantai makanan di laut. Banyaknya sampah plastik di laut disebabkan oleh penggunaan plastik yang berlebih seperti penggunaan sedotan, kemasan makanan, dan peralatan rumah tangga yang terbuat dari bahan plastik, sampah yang dibuang ke sungai lalu mengalir ke lautan, hingga microbeads yaitu bahan yang biasa digunakan pada sabun cuci muka, pasta gigi, dan alat kosmetik lainnya. Penyebab yang lebih parah lagi adalah sinar ultraviolet, gelombang laut, dan garam yang menjadikan plastik pecah dan menjadi potongan-potongan kecil atau disebut "microplastics" yang jauh lebih berbahaya. Tidak hanya membahayakan bagi hewan tentunya akibat dari sampah plastik ini juga membahayakan manusia.

Film dokumenter ini juga pergi ke salah satu tempat pembuangan sampah tak berujung di sekitar ibu kota Filipina, Manila, di mana kita tidak menyangka bahwa banyak plastik yang terkumpul dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari penduduk Filipina, dan laguna Tuvalu yang dulunya indah, beberapa di antaranya sekarang hampir tenggelam dalam plastik. Karena tidak adanya solusi yang lebih baik, plastik di tempat-tempat ini mengarah ke laut yang menyebabkan kerusakan permanen pada laut, ketika sampah plastik di bakar penyakit pernafasan yang timbul seperti tubercolosis dan efisema.

Upaya Pemeliharaan Lingkungan Dalam Film A Plastic Ocean

Di Filipina, melakukan Bioremidasi dan Fitoremidasi sebagai langkah membersihkan
lingkungan perairan seperti sungai dari polutan. Bioremediasi dan fitoremediasi di Filipina dilakukan sebagai upaya untuk membuat lingkungan tetap seimbang dan salah satu upaya dalam menangani sampah plastik. Fitoremediasi yang ada pada film A Plastic Ocean menggunakan Vetiver Grass atau dapat disebut dengan akar wangi tanaman ini berfungsi untuk menyaring endapan, meningkatkan kekuatan tanah dan mendaur ulang nutrisi tanah.

Jerman merupakan negara dengan tingkat daur ulang terbaik di dunia. Pengelolaan sampah di Jerman dalam film A Plastic Ocean langsung dilakukan oleh Craig Leeson yaitu dengan mengembalikan botol plastik minuman yang telah diminum pada produsen pembuatan botol minuman dengan bantuan mesin barcode botol plastik sehingga botol plastik tersebut kembali pada produsen untuk didaur ulang.

Di Inggris botol plastik di jadikan hiasan yang kreatif dan bernilai seni sedangkan di Irlandia sampah plastik diolah menjadi bahan bakar kendaraan dengan bantuan mesin pengelola sampah berskala besar. Upaya pengelolaan lingkungan sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan alam film ini memberikan gambaran dan pengetahuan pengelolaan sampah dari berbagai negara yang dapat ditiru dan sebagai wawasan terhadap lingkungan seperti mengenai bioremediasi dan fitoremediasi upaya pengelolaan lingkungan untuk kembali seimbang dengan bantuan mikroorganisme dan tumbuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun