Mohon tunggu...
Faustina Rosalia
Faustina Rosalia Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Ungraduated Media Digital Communication Student

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tatapan seperti Apa yang Akan Dia Terima dari Anda?

29 September 2020   20:11 Diperbarui: 29 September 2020   20:27 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Baron dan Paulus, (1991). Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. (Mulyana, 2008).

Persepsi adalah inti dari komunikasi. Hal ini menjelaskan bahwa dalam kehidupan, setiap simbol yang kita kirimkan atau pun terima sebagai bentuk interaksi dengan orang lain tidaklah begitu saja dimengerti oleh orang tersebut. Dalam memahami komunikasi atau simbol-simbol yang disampaikan dalam interaksi dengan oranglain, proses interpretasi dan belajar dari pengalaman merupakan hal utama. 

Persepsi merupakan bentuk hasil dari belajar pada pengalaman yang selanjutnya akan menjelaskan mengapa budaya kita ketahui sebelumnya dengan kebudayaan yang baru diketahui akan selalu memiliki perbedaan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan asal atau belajar dari pengalaman masa lalunya yang berbeda juga. Dalam persepsi kemudian dikenal prasangka dan etnosentrisme.

Ketika kalian melihat foto tersebut, akan ada banyak persepsi yang muncul dalam benak kalian. Anak itu kedinginan, anak itu sedang sedih, sepertinya dia sedang lapar, mungkin dia takut dengan kamera, anak itu sedang bergaya seperti model. Terdapat banyak sekali persepsi yang dibangun dalam benak masing-masing orang, dan persepsi setiap orang pastilah berbeda satu dengan yang lainnya.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Hal ini terjadi karena dalam membangun suatu persepsi, seseorang akan dipengaruhi oleh masa lalu, pengetahuan, dan keadaan sebenarnya, bahkan keadaan psikologi seseorang pun dapat mempengaruhi tentang bagaimana ia akan mempresepsikan suatu hal.

Perspektif psikologis merupakan sebuah sintesis dari banyak pandangan keilmuan terutama dari psikologi prilaku dan psikologi kognitif. Fisher, menggambarkan perspektif ini sebagai suatu bentuk dari perspektif perilaku PostSkinnerian dengan kekuatan tekanan berkisar pada penjelasan kognisi. Pandangan ini mengemukakan bahwa keadaan manusia sebagai suatu organisme yang aktif mencari dan menerima proses stimulus yang baru masuk, dan prilaku manusia merupakan akibat dari hasil respon yang ia pelajari. (Siregar, 2015)

Menurut ahli komunikasi, terdapat beberapa dalil mengenai perhatian selektif yang perlu diperhatian. Paling tidak dalam menentukan persepsi dibagi pada dua faktor, yakni faktor fungsional dan struktural. Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang disebut sebagai faktor-faktor personal. Dalam hal ini yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli itu. Faktor-faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi lazim disebut sebagai kerangka rujukan. (Siregar, 2015)

Berdasarkan pada jawaban beberapa orang yang ditanyai oleh penulis terkait persepsi mereka ketika melihat foto tersebut, sebagian besar menjawab bahwa anak itu sedang sedih karena kelaparan, hal ini menunjukkan bahwa perspektif psikologi dari para orang yang ditanyai, pada faktor fungsional mereka berfikir seperti itu dikarenakan pada pengalaman mereka tentang pengetahuan yang mereka bangun dan lihat melalui media massa, dimana kebanyakan foto seperti pada foto diatas menggambarkan bahwa mereka sedang kelaparan. 

Namun, terdapat juga beberapa narasumber yang mempresepsikan bahwa anak tersebut sedang kedinginan. Persepsi ini dibangung berdasarkan pada fakta yang terdapat pada foto tersebut yaitu anak kecil tersebut tidak menggunakan baju.

Maka, tatapan apa yang akan anda berikan kepada anak kecil tersebut? Sebagian besar orang yang ditanyai menjawab, mereka menatap dengan tatapan iba dan sedih. Persepsi yang dibangun itu dipengaruhi pada keadaan sosial yang terlihat yaitu, mata anak tersebut berkaca-kaca menandakan ia akan menangis, ia tidak mengenakan baju menunjukkan ia akan kediniginan, dirinya memeluk diri sendiri mempersepsikan bahwa ia sedang kedinginan, lapar, bahkan melindungi diri agar tidak dilihat orang (perasaan malu).

Namun, apabila seseorang telah mengetahui kebudayaan yang dimiliki oleh anak kecil tersebut, ia akan paham dan memandang anak tersebut dengan tatapan yang normal. Sebab, dalam budaya atau kebiasaan yang ada di Papua, khususnya suku Asmat yang merupakan suku dari anak kecil tersebut. mengenakan pakaian bukanlah sesuatu yang wajib bagi anak kecil, apabila sedang berada di rumah ataupun area sekitar rumah, mereka akan bertelanjang badan, hal ini merupakan hal yang sudah lumrah bagi mereka. 

Lalu, tatapan mata berair itu merupakan tanpa bahwa dirinya habis dimarahi oleh orangtuanya, kebiasaan yang ada pada suku Asmat, memukul anak adalah hal yang normal, cara ini digunakan untuk mendidik anak mereka agar menjadi lebih baik. Bagi kita yang tidak paham, akan berkata bahwa itu adalah hal yang kejam. Namun, nyatanya itu adalah yang lumrah dan merupakan cara mereka menjalani kehidupan sehari-harinya.

Kesimpulannya, setiap orang memiliki caranya tersendiri dalam menentukan bagaimana ia akan berpersepsi, dan menanggapi persepsi yang ia terima dari oranglain. Namun, terkadang keadaan psikologi, latarbelakang, serta pengetahuan turut aktif dalam mempengaruhi persepsi yang akan dilontarkan. Maka, ada baiknya bila dalam membuat suatu persepsi atas sesuatu, perlu adanya pertimbangan dari sudut pandang lainnya, agar tidak terjadi suatu kesalahpahaman dalam memahami kebudayaan dan hal-hal unik yang baru kita temui.

Daftar Pustaka
Mulyana, Dedy. (2008). Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Siregar, L. Y. S. (2015). Perspektif Psikologi Dalam Komunikasi Lintas Budaya. Tasmuh Volume 12, No. 2, Juni 2015.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun