Mohon tunggu...
Elita Sitorini
Elita Sitorini Mohon Tunggu... Administrasi - pecinta buku

solum deum prae oculis verba volant scripta manent

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Holywood Makin Getol Buat Film Fantasi

17 September 2013   08:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:47 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tak hanya dunia fashion yang mengalami perkembangan setiap saat. Dalam fashion setiap detik adalah perubahan. Trend fashion selalu berubah seiring dengan makin kreatifnya para pelakunya. Begitu juga di dunia perfilman. Setiap waktu adalah perubahan. Dan saat ini, adalah waktunya film-film fantasi untuk unjuk gigi.

Lihat saja daftar film Holywood yang sedang tayang saat ini. Maka kita akan menemukan deretan judul-judul film fantasi. Tak masuk akal namun dengan kecanggihan teknologi perfilman Holywood menjadi masuk akal dan seolah-olah wajar dilakukan oleh manusia di planet bumi.

Coba saja, film terbaru yang merupakan sekuel ini, Percy Jackson : Sea of Monsters. Sama seperti Harry Potter dan Twilight yang mengadaptasi buku, Percy Jackson juga sama. Bahkan novelnya sudah terbit di Indonesia sejak 2009 lalu. Hanya, novel ini tak meledak seperti Harry Potter dan Twilight. Baru setelah difilmkan, mulai banyak orang yang melirik.

Sekuel pertama film ini, sama seperti judul aslinya, Percy Jackson and The Olympians : Lightning Thief (atau Pencuri Petir), bercerita tentang seorang anak laki-laki yang tidak tahu kalau dirinya adalah keturunan Poseidon. Cerita yang sama seperti ketika Harry Potter yang saat itu berusia sebelas tahun, untuk pertama kalinya tahu bahwa dirinya adalah penyihir.

Dan plot yang sama pun mengalir. Percy (sama seperti Harry) akhirnya bertualang di dunianya yang baru. Tentunya dengan kekuatan yang baru dia sadari. Ada pula camp untuk latihan yang tersembunyi dari manusia umumnya. (Kastil Hogwarts juga tersembunyi). Dia juga menemukan sahabatnya di dunia baru itu, Grover dan Annabeth (anak Dewi Athena)

Melihat peluang yang menjanjikan, Chris Columbus dan 20th Century Fox membuat sekuelnya. Dan sepertinya, kali ini nasib Percy lebih baik karena di awal penayangannya sudah banyak orang yang tertarik untuk menonton.

Film fantasi lainnya yang sedang tayang saat ini adalah Elysium. Film produksi Columbia Picture ini, bersetting tahun 2154 (heheheh….benar-benar melihat jauhhhh ke depan), yang mengisahkan adanya dua kelompok manusia. Yang pertama adalah sangat kaya yang tinggal di Elysium, stasiun ruang angkasa buatan manusia yang dibangun oleh Armadyne Corporation. Sisanya hidup dalam kepadatan, menghancurkan bumi.

Mirip dengan The Hunger Games yang berkisah tentang manusia yang lebih kaya yang mengatur manusia yang lemah. Cerita yang menggambarkan kehidupan di hutan belantara. Barang siapa yang kuat dan berkuasa, maka dia berhak mempermainkan yang lemah.

Melihat cara Hollywood mendeskripsikan gaya hidup manusia di tahun-tahun mendatang, saya jadi berpikir, kalau seandainya kejadian di film-film itu terjadi, waduh runyam sekali. Coba lihat di Hunger Games, untuk mendapatkan fasilitas, distrik-distrik itu harus mengirimkan wakil mereka untuk kemudian bertarung hidup-mati. Dan selama mereka bertarung, orang-orang kaya dan para penguasa itu, menyaksikan mereka dari layar monitor. Menyoraki ketika mereka bertarung dan saling bertaruh.

Seolah nyawa tak ada harganya lagi dan hanya menjadi ajang permainan orang-orang kaya. Meski fiktif dan sama sekali nggak masuk akal, namun gaya film-film ini, sebenarnya nyaris sama seperti jaman pertengahan. Ketika manusia yang lemah atau kelas buruh menjadi bahan ejekan dan hinaan kelas bangsawan. Para penguasa itu, dengan mengangkat kaki dan menghisap cerutu, menyaksikan dengan antusias, manusia-manusia kelas rendahan saling bertarung. Tanpa menyadari bahwa yang mereka saksikan itu adalah mahluk yang sama seperti mereka. Entahlah, mungkin para sineas Hollywood sudah bisa memperkirakan bahwa kondisi masyarakat modern, yang mengagungkan materi lama-lama akan kembali ke jaman abad pertengahan, jaman kegelapan atau the dark middle age.

Dan seolah untuk menegaskan, dalam satu musim tayang, nyaris hanya beberapa yang berkisah tentang kehidupan nyata. Selebihnya, adalah aksi-fantasi. Yang intinya, sang tokoh berusaha mencari kebenaran dan mengalahkan kebatilan atau ketidakadilan. Misalnya, Kick Ass, yang mirip seperti Spiderman atau Cat Woman atau bahkan Percy Jackson. Intinya seorang remaja biasa yang tiba-tiba mendapat kekuatan atau menjadi seorang super hero dan akhirnya harus memperjuangkan perdamaian di muka bumi.

Deretan fiksi fantasi semakin bertambah dengan keberadaan Riddick, RIPD, The Mortal Instrument : City Of Bones. Pendek kata, saat ini Hollywood sedang giat memproduksi film-film di luar drama dan film yang mengangkat kisah nyata seorang tokoh. Jika, tahun-tahun sebelumnya, film-film tentang tokoh seperti King Speech, The Iron Lady, dan The Lady mewarnai Hollywood, tampaknya sekarang trend sudah berganti. Entahlah, sampai berapa lama tren film aksi fiksi ini akan bertahan.

Menurut saya, tentu, jika film mencapai target penjualan atau menjadi box office, maka bisa jadi, sineas Hollywood akan membuat sekuelnya. Yang sudah jelas, Hunger Games, Kick Ass, dan Percy Jackson sudah ada sekuelnya. Mudah-mudahan saja tidak sampai over load sehingga menimbulkan kejenuhan penonton. Bagaimanapun bagusnya sebuah film, jika alur cerita mirip satu sama lain, lama-lama akan membosankan penonton. Kegairahan dan rasa penasaran untuk menikmati sebuah film akan hilang jika alur cerita sudah basi dan berulang-ulang digunakan. Ya, konsekuensi bekerja di dunia perfilman memang berat. Setiap saat penonton menginginkan sesuatu yang baru. Bahkan, kisah lama, jika polesannya bagus, pasti akan menghasilkan pujian. Kreativitas itu penting, bukan hanya mengejar keuntungan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun