Mohon tunggu...
Liesabbina Rifka El Mawla
Liesabbina Rifka El Mawla Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta - 20107030069

Hallo saya Liesabbina Rifka El-Mawla, Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga dengan NIM 20107030069. Akun ini saya buat untuk menunjang pembelajaran mata kuliah jurnalistik, mohon bantuan dan dukungannya teman-teman semua.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pandemi Jadi Pintu Rezeki bagi Penjual Masker Kain

15 Juni 2021   19:45 Diperbarui: 15 Juni 2021   20:26 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kang Mus penjual masker kain (sumber: Dokpri)

Sejak pandemi Covid-19 melanda dunia, protokol kesehatan yang salah satunya yakni menggunaan masker diterapkan untuk mencegah penularan. Ketakutan akan virus yang menyebar cepat membuat semua orang berbondong-bondong mencari dan membeli masker sebanyak-banyaknya bahkan tanpa ragu untuk menimbunnya. Masker yang ketika itu belum banyak di produksi, menjadi layaknya barang langka sampai-sampai harganya melambung tajam. Meningkatnya kebutuhan masker yang berbanding terbalik dengan persediaan yang terbatas, akhirnya menyebabkan terjadinya krisis masker di seluruh negara tak terkecuali di Indonesia.

Ketika di satu sisi Covid-19 menjadi bencana dan merugikan banyak pihak, namun di sisi yang lain pandemi ini juga dapat bermanfaat bagi sebagian orang. Berjualan masker kain ditengah pandemi dimana masker sedang marak-maraknya dibutuhkan, tentunya menjadi peluang usaha yang cukup menjanjikan.

Salah satu yang menjalankan usaha masker yakni Musnadi (31), ia merupakan penjual masker kain yang menjajakan dagangannya di alun-alun Kota Kuningan Jawa Barat. Setiap hari Musnadi menjajakan masker jualannya mulai dari pukul 7 pagi sampai pukul 5 sore di sekitaran alun-alun atau pasar-pasar terdekat.

"Dari rumah saya di Garawangi naik angkot (angkutan umum) pagi-pagi bareng rombongan anak-anak dagang lain yang satu kampung, nyampe di alun-alun jam 7-an langsung cari tempat yang sekiranya rame buat jualan, kadang-kadang kalau lagi sepi ya pindah jualannya ke pasar-pasar, nanti jam 4 atau jam 5-an selesai dagang, pulangnya bareng lagi sama rombongan anak-anak dagang yang tadi" ujarnya.

Pria yang akrab disapa Kang Mus ini mulai berjualan masker ketika corona mulai mewabah, kira-kira sudah lebih dari satu tahun lamanya. Karena ketika itu banyak yang membutuhkan masker serta usaha masker kain yang tidak butuh modal besar, akhirnya Kang Mus memtuskan untuk menjalani usaha ini.

Penulis bersama Kang Mus (sumber: Dokpri)
Penulis bersama Kang Mus (sumber: Dokpri)
"Tadinya saya jualan mainan keliling, tapi pendapatannya sedikit dan gak tentu, kalau lagi rame ya dapet tapi kalau lagi sepi bisa sampe gak dapet sama sekali. Terus pas mulai corona orang-orang banyak yang cari masker, ya udah jadinya saya ganti jualan masker, soalnya gak butuh modal banyak juga dan gampang dijual lagi" katanya. "Biasanya masker yang saya jual ngambil dari pabrik di Cikijing, jenis maskernya banyak terus harganya juga murah-murah, dikirimnya setiap 2 minggu sekali atau kadang-kadang sampe sehabisnya baru minta dikirimin lagi" lanjutnya.

Awalnya Kang Mus hanya menjual masker kain saja, namun seiring berjalannya waktu ia pun menjual masker lain dengan model-model terbaru yang banyak orang sukai. Harga masker yang dijual pun beragam, mulai dari masker anak-anak dengan harga Rp.5000, masker kain dewasa dengan harga Rp.10.000 atau model lain dengan harga Rp.25.000 dapat 2, masker duckbill dengan harga Rp.15.000 dapat 2, masker medis eceran dengan harga Rp.10.000 dapat 5, sampai tali penghubung masker dengan harga Rp.7.000. Bahkan Kang Mus juga pernah coba menjual face shield sebagai langkah untuk berinovasi, namun karena barangnya yang susah didapat akhirnya penjualan face shield hanya bertahan satu sampai dua bulan.

Kang Mus mengatakan ketika awal-awal pandemi mewabah, ia bisa mendatkan pendapatan yang cukup besar. Dalam satu hari masker yang terjual bisa mencapai 50 sampai 80 masker dengan jumlah pendapatan mencapai Rp.400.000 sampai Rp.500.000. Namun semakin lama pendapatan dan masker yang terjual justru semakin sedikit, menurut Kang Mus ini dikarenakan produksi masker sudah semakin banyak dan orang-orang sudah banyak yang memiliki masker.

"Kalau sekarang-sekarang si udah gak selaris dulu pas awal-awal, yang beli udah sedikit, sehari dapet Rp.200.000 juga udah susah, paling-paling cuma dapet Rp.100.000. Wajar si sekarang pabrik-pabrik besar makin banyak yang produksi, yang jual masker udah banyak dimana-mana ada, orang-orang juga rata-rata udah pada punya" katanya. "Apalagi waktu lebaran tahun lalu, yang beli sampe hampir gak ada paling cuma satu dua, gak tau juga apa karena waktu itu gak boleh mudik atau emang udah pada punya masker, tapi alhamdulillah mulai laris lagi pas saya jual masker model-model baru" lanjutnya.

Dalam menjalankan usahanya, Kang Mus tak pernah menyerah dan putus asa meski dagangannya pernah tak laris. Sebagai tulang punggung bagi istri dan kedua anaknya, ia tetap gigih untuk menjalankan usahanya demi mencukupi kebutuhan dirinya dan keluarganya.

"Ya kalau lagi rame si alhamdulillah pendapatan bisa mencukupi kebutuhan saya sama keluarga, tapi kalau lagi sepi ya dicukup-cukupi setidaknya bisa buat jajan anak, mau rame atau sepi ya saya syukuri saja" imbuhnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun