Mohon tunggu...
Lidya Sofiani
Lidya Sofiani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Tipikal Introvert yang suka warna Hitam dan Ungu dan lebih senang memendam perasaannya sendiri :')

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjadi Guru yang "Hadir" di Hati Peserta Didik

10 Desember 2022   16:48 Diperbarui: 10 Desember 2022   16:48 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Guru adalah tenaga profesional yang bertugas untuk mengajar dan mendidik peserta didik. Guru adalah ujung tombak pembelajaran. Guru berperan sebagai penyusun, pelaksana, dan pengembang kurikulum. Guru merencanakan, melaksanakan, menilai hasil belajar peserta didik, dan menyusun program tindak lanjut pascapembelajaran.

Menjadi seorang guru bukan hanya perlu kompetensi pedagogik dan profesional, tetapi juga perlu kompetensi kepribadian dan sosial. Hal yang dihadapi dan dikelola oleh guru dalam pembelajaran bukanlah benda mati, tetapi benda hidup yaitu seorang manusia yang sedang mengalami masa perkembangan. Oleh karena itu, guru harus memahami karakteristik setiap peserta didiknya. Gaya belajar, daya belajar, dan kecepatan belajar setiap peserta didik berbeda-beda. Kegiatan belajar-mengajar adalah proses yang unik, kompleks, dan memerlukan seni tersendiri. Guru bukan hanya harus paham teori-teori pembelajaran, tetapi juga memahami seni mengajar. Dan tentunya setiap guru memiliki gaya dan strategi mengajar masing-masing.

Dalam melaksanakan tugasnya, di samping menjunjung tinggi nilai-nilai profesionalisme, guru perlu melakukannya dengan penuh dedikasi, memiliki passion (kegairahan), dan mengajar dengan hati. Guru yang mengajar dengan hati, auranya akan terasa berbeda oleh peserta didik. Penampilannya antusias dan bersemangat. Berbeda dengan guru yang mengajar hanya untuk mengugurkan kewajiban. Dia mengajar tanpa motivasi yang kuat.

Guru yang mengajar dengan hati bukan hanya sekadar datang ke sekolah, masuk ke ruang kelas, dan menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga menghadirkan hatinya di ruang kelas serta bisa masuk ke dalam hati setiap peserta didik. Guru yang masuk ke ruang kelas belum tentu bisa masuk ruang hati peserta didik. Bahkan mungkin saat guru masuk ke ruang kelas, peserta didik bukannya menyambutnya dengan senang, tetap justru merasa berat hati menerima kedatangan guru ke ruang kelas. Penyebabnya bisa saja peserta didik kurang suka terhadap gurunya secara pribadi, kurang suka terhadap cara mengajar guru, atau kurang suka terhadap mata pelajarannya.

Agar bisa diterima diruang hati peserta didik, tentunya guru harus bisa memberikan kesan positif dan nyaman bagi mereka. “Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda.” Kalimat dari iklan sebuah produk tersebut begitu sangat populer di masyarakat. Hal tersebut bisa berlaku dalam konteks pembelajaran. Kesan pertama yang dimunculkan dari seorang guru akan sangat menentukan respon dari peserta didik. Oleh karena itu, guru harus mampu “mengambil hati” peserta didik saat pertemuan pertama dalam pembelajaran.

Sambutan yang hangat, bersahabat, mengayomi, raut wajah yang ramah dan sumringah kepada peserta didik akan menjadikan seorang guru memiliki kesan yang positif di hati peserta didik. Kemampuan public speaking yang baik juga akan mendukung penampilan guru dalam mengajar dan berkomunikasi dengan peserta didik.

Mengajar dengan cinta dan mendidik dengan hati akan menjadikan seorang guru menikmati proses dari pelaksanaan tugasnya. Hal ini akan berdampak terhadap munculnya suasana kelas yang nyaman dan kondusif. Guru pun diharapkan bisa memfasilitasi peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar yang bermakna. Dengan demikian, peserta didik akan benar-benar merasakan proses belajar yang menyenangkan dan merasakan bahwa melalui proses belajar, dia mendapatkan sesuatu yang bermanfaat untuk kehidupannya.

Sejalan dengan diimplementasikannya kurikulum merdeka, guru diharapkan bisa mengelola pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik. Guru pun diharapkan bisa merancang dan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi yang substansinya adalah pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan latar belakang peserta didik karena setiap peserta didik unik. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru. Ibarat koki yang harus bisa memasak beragam jenis masakan untuk melayani dan memuaskan pelanggan, guru pun demikian. Dia harus mampu memfasilitasi proses pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi. Satu strategi pembelajaran yang cocok ditetapkan di satu kelas tertentu belum tentu cocok diterapkan di kelas yang lainnya.

Guru yang bisa mengisi ruang hati peserta didik selain berperan menjadi pendidik, juga bisa menjadi orang tua dan teman bagi peserta didik. Suasana kebatinan yang kondusif bagi peserta didik membuat mereka merasa sekolah sebagai rumah kedua bagi mereka. Menurut Bapak Pendidikan Nasonal (Ki Hadjar Dewantara) mengamanatkan bahwa "sekolah harus bisa menjadi taman belajar bagi peserta didik." Hal tersebut akan terwujud jika dibangun lingkungan yang kondisif bagi peserta didik baik dalam konteks fisik maupun dalam konteks psikologis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun