Mohon tunggu...
Lidya Aulia
Lidya Aulia Mohon Tunggu... -

a housewife who is not good in writing but having countless idea. she doesn't join any social media but having passionate to be influencer.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Kualitas Bukan Kuantitas

16 Mei 2018   23:00 Diperbarui: 17 Mei 2018   10:14 1044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Aku ingin bersorak "alhamdulillah besok 1 Ramadhan, aku bertemu lagi" 

Sudah siapkah dengan jurnal ramadhanmu? Mari bertanya rapat-rapat ke dalam hati yang paling dalam, yang paling dekat dengan Allah.

Apakah harus aku memiliki jurnal ramadhan? Aku bukanlah anak sekolah dengan tentengan buku hijau atau biasa aku sebut buku evaluasi ramadhan, yang selalu dibawa ke masjid setiap teraweh hanya untuk minta tanda tangan imam sholat isya dan tarawih. Bagus, itu sangat bagus untuk menumbuhkan semangat sholat Ramadhan bagi anak sekolah, tapi apakah kita (juga) membutuhkan jurnal seperti itu untuk mencapai target Ramadhan?

Jurnal ramadhan itu berisi segudang kegiatan mulai dari sahur sampai ketemu sahur lagi setiap harinya : berisi ibadah-ibadah yang harus terpenuhi selama bulan ramadhan, tentunya tanpa perlu tanda tangan dari siapapun. Hanya butuh kegigihan hati dan istiqomah untuk menjalankan target ibadah dan mengisi jurnal tersebut sebagai media untuk 'mengukur' sampai manakah target yang telah aku capai. 

Lalu apakah kita butuh jurnal tersebut ? Butuh sangat butuh (begitu setidaknya kata hatiku) karena di dalamnya kita bisa mengukir target-target ibadah selama bulan ramadhan. Namun, pernah kah kita ingat. Target di dalam jurnal itu mudah saja kita coret dengan tanda contreng, dan setiap harinya, ketika kita bisa menjalani target-target ibadah, maka kita bisa tersenyum bangga. Aku sudah sampai pada target ini, alhamdulillah dan bla bla bla. 

Ketika aku sudah mencapai ribuan contrengan dalam sebulan dengan target ku, berarti aku sudah mengumpulkan segudang pahala? Stop thinking about it! Allah does what HE wants. Kuantitas boleh sebanyakbanyaknya, lalu pernahkah kita berfikir bagaimana dengan kualitas target-target itu?

Apakah aku sudah mengerjakannya dengan sebaik-baiknya, setulus-tulus untuk mendapat ridhaNya, benar-benar mengharap berkahNya? Ato jangan-jangan aku hanya memenuhi jumlahnya tapi kualitasnya masih di lantai paling dasar dan tak bergerak naik. Sedih!

Puasa : Berapa hari aku mendapatkan puasaku berhasil dari Fajr hingga maghrib tiba, atau bagaimana aku menjalani setiap hari dengan puasa yang hitungannya benar-benar lillahita'ala ? , maka kuantitas adalah berapa hari aku dapat berpuasa di dalam satu bulan Ramadhan, sedangkan kualitas adalah bagaimana setiap kegiatan ku selama berpuasa bernilai ibadah.

Tadarus Alqur'an : Apakah kita hanya melewati lembar demi lembar untuk mengkhatamkan-nya, atau kita perlahan membaca dengan mentadaburinya ? Maka kuantitas adalah berapa kali aku berhasil khatam dalam sebulan Ramadhan, sedangkan kualitas adalah seberapa jauh aku memahami dan menerapkan setiap ayat pada Al-qur'an dalam kehidupan ku.

Qiyamul lail : Berapa kali aku mengikuti terawih di masjid, atau mampukan aku setiap sahur menyempatkan diri untuk sholat tahajud ? atau bagaimana setiap sholatku bisa semakin khusyuk dan istiqomah untuk tetap ke masjid dari hari ke hari ? Maka kuantitas adalah menghitung berapa kali mampu sholat berjamaah terawih atau bangun di sepertiga malan, sedangkan kualitas adalah caraku menjaga agar setiap sholatku menjadi lebih baik dari hari ke hari.

Sedekah : Berapa banyak uang atau barang yang aku berikan kepada orang lain? atau bagaimana memantaskan uang dan barang tersebut untuk orang lain ? Maka kuantitas adalah seberapa sering aku memberikan harta atau membantu orang lain, sedangkan kualitas adalah cara ku untuk memberikan setiap sedekah dengan hal-hal yang baik karena aku tau sedekah itu bukan untuk orang lain tetapi untuk Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun