Mohon tunggu...
Lia Wahab
Lia Wahab Mohon Tunggu... Jurnalis - Perempuan hobi menulis dan mengulik resep masakan

Ibu rumah tangga yang pernah berkecimpung di dunia media cetak dan penyiaran radio komunitas dan komunitas pelaku UMKM yang menyukai berbagai jenis kerja kreatif

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saat Nafas Nasionalisme Bersanding Manis dengan Nilai Ketuhanan, Belajar dari Perayaan 100 Tahun GPdI

12 Mei 2021   16:23 Diperbarui: 13 Mei 2021   04:46 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya suka menyimak ritual keagamaan di manapun, apalagi saat ini umat kristiani dan umat muslim di dunia akan merayakan hari kemenangan bersamaan yaitu hari Kenaikan Yesus Kristus dan hari Raya Idul Fitri. 

Tak cuma perayaan, paguyuban atau organisasi keagamaan menurut saya juga menarik untuk diikuti kegiatannya. Seperti halnya GPdI (Gereja Pantekosta di Indonesia) yang sudah tiga puluh tahun ini masuk ke Amerika Serikat.

Di Amerika Serikat tersebut banyak sekali agama dari berbagai suku bangsa dan ras di dunia. Agama Kristen Pantekosta adalah salah satu agama besar yang ada di Amerika Serikat. Tapi, gereja Kristen Pantekosta Indonesia yang ada di Amerika Serikat belumlah banyak. Terlebih lagi, tata cara peribadatan dan khotbah yang sangat kental dengan budaya Indonesia itu sangatlah unik.

Belum lama ini, pada tanggal 7 dan 8 Mei 2021, GPdI memperingati Hari Ulang Tahunnya yang ke 100 sekaligus ke 30 tahunnya mereka hadir di negeri Paman Sam tersebut. 

Dengan diikuti peserta secara daring dan luring, perayaan peringatan ini diadakan di GpdI Christ Center Church di kota New Jersey bersamaan dengan webinar GPdi sedunia pada 30 April 2021 waktu Amerika Serikat. Peserta luring di perayaan ini sebagian besar adalah Pendeta Indonesia yang sudah lama bermukim di Amerika Serikat tentunya.

Perayaan yang disiarkan langsung di media sosial panitia ini ada temanya yaitu "Standing Strong Looking forward."

Yang unik di perhelatan GPdI ini adalah nuansa budaya nusantara yang sangat kental. Meskipun acara diadakan di Amerika Serikat dan hampir semua Pendeta yang mengisi acara sudah puluhan tahun bahkan memang warga Amerika Serikat tetapi bahasa pengantar yang digunakan tetap bahasa Indonesia. 

Tak cuma itu, pengisi acara bahkan menggunakan pakaian adat nusantara. Melihat dari foto-fotonya, saya tertarik loh pada kain batik selempang yang digunakan oleh Pendeta Seifi Mawuntu. Anggun sekali tampaknya sang pendeta dengan kain yang cantik itu.

Oh ya, saya perlu mengenalkan nih. Pendeta Seifi Mawuntu adalah salah satu pendeta wanita yang melakukan pelayanan bagi jemaat di GPdI seperti halnya sang suami yaitu Pendeta Donald Mawuntu. Pendeta Seifi ini juga adalah salah satu panitia inti dari acara peringatan HUT GPdI ini.

Aneka pakaian tradisional nusantara yang digunakan para peserta yang mengikuti HUT GPdI ini meramaikan rangkaian acara parade budaya yang melengkapi rangkaian ibadah, talk show dan Kebaktian Kebangunan Rohani.

Perwakilan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia yang diwakili oleh Koordinator Fungsi Pensosbud, Yudho Sasongko, juga memberikan sambutan di acara ini. Sementara itu, ada juga Pendeta Robert Broadland salah satu Gembala Gereja Bethel Temple Seattle yang menjadi tamu kehormatan. Gereja Bethel Temple Seattle itu kabarnya adalah awal mulanya Gereja Pantekosta di Indonesia. Gereja tersebutlah yang mengutus misionaris pertama kali ke Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun