Mohon tunggu...
Lia Wahab
Lia Wahab Mohon Tunggu... Jurnalis - Perempuan hobi menulis dan mengulik resep masakan

Ibu rumah tangga yang pernah berkecimpung di dunia media cetak dan penyiaran radio komunitas dan komunitas pelaku UMKM yang menyukai berbagai jenis kerja kreatif

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Plat Nomor B 2024 AHY, Cerminan Politik Dua Kaki?

10 Mei 2019   03:14 Diperbarui: 10 Mei 2019   06:18 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mobil AHY saat ke Istana. Sumber: Tribunnews.com

Sejak hitung resmi KPU mencapai angka di atas 70 persen, bagi saya pilpres ini telah usai. Hingar bingar di dua kubu saya anggap hanya riak bagaikan ritual lima tahunan. Tetapi, ada yang cukup menggelitik di kontestasi negeri ini. Apalagi kalau bukan kelakuan mereka yang mendamba kekuasaan yang membuat berita politik jadi makin seru layaknya sebuah film mini seri.

Beberapa pihak terbukti konsisten dalam sikap politik. Sebelum kedua pasangan calon presiden mendeklarasikan diri di tahun 2018 lalu, para petinggi partai telah memasang kuda-kuda untuk mengambil posisinya di momen ini. PDIP, Nasdem, PKB adalah partai yang cukup solid sejak 2014 dalam mendukung Jokowi. Sementara itu Gerindra, PKS dan PAN juga cukup setia mendukung Prabowo sejak pilpres lalu hingga kini.

Dalam perjalanannya, beberapa partai dari koalisi Prabowo meloncat ke Jokowi pasca ditetapkannya Jokowi-JK sebagai pemenang pilpres lalu. Merekalah Golkar, PPP dan PAN. Meskipun tidak direstui oleh sesepuh partai, Amien Rais, PAN terus melaju dalam posisi pro-pemerintah, bahkan sempat menyumbang perwakilan mereka dalam kabinet kerja Jokowi.

Sayangnya, menyusul sikap partai yang tetap memilih untuk jadi pesaing Jokowi di Pilpres 2019, Asman Abnur, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) memilih mundur menjelang tahun ketiganya menjabat.

Di pilpres kali ini Yusril Ihza Mahendra menyusul Golkar, PPP dan PAN yang sempat menjadi oposisi lantas merapat ke kubu Jokowi. Keputusan Yusril membawa gerbong partainya (PBB) disinyalir karena kekecewaan terhadap Prabowo yang tak kunjung memberikan dampak signifikan pada keterpilihan partainya di kursi legislatif.

Lain Golkar, PPP, PAN dan PBB... Ini partai besutan petahana 10 tahun di republik ini. Adalah SBY yang mendirikan Demokrat dan memilih bersikap netral dalam pemilu 2014 walau nyata-nyata besannya bersanding dengan Prabowo di pilpres itu. Untung saja di tahun itu SBY menyatakan netral. Terbayang kalau partainya menyatakan dukung Jokowi-JK, jelas saja tudingan 'menang karena didukung kekuasaan' akan diarahkan ke Jokowi-JK.

SBY dengan Megawati memang punya histori yang kurang menyenangkan. Ada pilu yang belum sembuh di antara kedua insan yang sempat satu atap dalam pemerintahan kita. Tapi ditilik dari itu pun SBY tetap tak mau mengakui bahwa dirinya akan memilih kubu yang tanpa ada Megawati. Bersikap bijak sebagai penengah, itulah jargon yang digadangnya. Alasannya mungkin cuma Tuhan yang tahu.

Demokrat, partai pemerintah selama dua periode, punya permainan serupa tapi terlihat tak sama di pilpres kali ini. Setelah beberapa babak lobi partai-partai pendukung Prabowo hingga deklarasi Demokrat baru hadir sebagai pendatang baru. Setidaknya, ini suatu kemajuan karena Demokrat jelas dalam menentukan sikapnya kali ini.

Sayangnya, baru sehari bergabung, Demokrat sempat memberi riak yang cukup menciprat wajah seorang Prabowo Subianto dengan pertikaian antara Andi Arief dengan Arief Poyuono lewat cuitan di akun Twitter mereka. Cemburulah modusnya. Disinyalir mahar yang cukup besar dari  Sandiaga ke PAN dan PKS buat partai yang baru bergabung ini merasa dianaktirikan.

Sebutan 'jenderal kardus' pun sempat viral. Bukan SBY namanya kalau tak bisa bermain cantik dan meredam pertikaian ini dalam satu hari. Kedua partai ini menyatakan hubungan keduanya masih baik-baik saja dan solid dalam satu koalisi. Andi Arief bahkan harus melupakan harga dirinya ketika ia menarik kata-katanya dan meminta maaf.

Baca Juga: Pertemuan AHY-Jokowi dan Dampaknya terhadap Sandiaga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun