Mohon tunggu...
Lia Wahab
Lia Wahab Mohon Tunggu... Jurnalis - Perempuan hobi menulis dan mengulik resep masakan

Ibu rumah tangga yang pernah berkecimpung di dunia media cetak dan penyiaran radio komunitas dan komunitas pelaku UMKM yang menyukai berbagai jenis kerja kreatif

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Ini 5 Kelebihan Fadli Zon!

11 Februari 2019   21:09 Diperbarui: 11 Februari 2019   21:39 1245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saking seringnya seorang Fadli Zon merespon peristiwa di seputar ruang gerak kubu Jokowi timbul rasa penasaran saya untuk mengukur kecepatan dan kejelian seorang Zon.

Saya teringat momen pernikahan Kahiyang putri Jokowi pada November 2017 yang lalu. Kahiyang menikah pada 8 November 2017 dan di 7 November Fadli Zon sudah mengeluarkan cuitannya di Twitter seperti ini, "Dlm 3 thn Pak @jokowi menikahkan 2 anaknya, tinggal 1 lg. Semua Presiden RI lain kalah dlm soal ini. Kerja kerja kerja." Puisi terbarunya yang berjudul "Doa yang Ditukar" yang menyindir doa yang dibacakan KH Maimoen Zubair di acara Zikir Akbar di Pondok Pesantren Al-Anwar Rembang, 1 Februari 2019 dipublikasi hanya dua hari berselang peristiwa itu.  

Beragam peristiwa direspon cepat oleh cuitan dan puisi Fadli Zon seperti batalnya pembebasan Abubakar Baasyir, penurunan BBM bahkan soal foto liburan keluarga Jokowi hingga soal cucu Jokowi, Jan Ethes. Seorang Zon tidak melewatkan celah sekecil apapun untuk dikritisi dari sisi lawan politiknya ini. Sungguh insting yang tajam!

Pandai Bermain Kata

Fadli Zon memang bukan hanya seorang politisi, ia juga seorang sastrawan. Fadli adalah sarjana Sastra Rusia lulusan Universitas Indonesia yang sudah menciptakan beberapa puisi. Ia pernah ikut serta dalam teater sastra UI.

Fadli Zon pandai bermain kata, terutama dalam merespon realitas politik. Lebih tegasnya, ia pintar dalam menguliti lawan. Puisi yang dibuat Fadli Zon dimaknai oleh media sebagai sindiran terhadap lawan politiknya meskipun Fadli seringkali tidak mengakuinya. Fadli berkilah bahwa puisi-puisinya bermakna bebas dan bisa diartikan oleh siapapun.  

Gaya Fadli Zon ini mirip dengan gaya Taufik Ismail saat membuat antologi puisi yang ditujukan untuk menyerang pemerintahan Soekarno yang berjudul "Tirani dan Benteng." Memang bukan hal baru bersastra untuk kepentingan politik tapi Fadli Zon menggunakan medium yang lebih modern dan sasaran yang lebih 'receh' ketimbang yang dituju oleh seorang Taufik Ismail.

Jika puisi Taufik Ismail lebih bernafaskan perjuangan, saya menilai puisi Fadli Zon lebih kepada nyinyiran dalam persaingan politik.

Kenapa saya bisa mengira begitu? Ya karena Fadli ada dalam lingkaran kepentingan politik lawan yang dituju dan Taufik Ismail adalah sastrawan murni. Ada target kekuasaan yang dikejar oleh pihak yang dibela Fadli Zon saat ini. Jadi, jangan samakan sastrawan yang satu ini dengan pejuang keadilan lainnya ya..!

Punya Hoki Besar

Kelebihan Fadli Zon yang satu ini tak perlu saya ulas panjang lebar. Sudah jelas seorang Fadli Zon memiliki keberuntungan yang besar alias hoki. Betapa tidak, Fadli memiliki perjalanan pendidikan dan karir yang terbilang cukup mulus. Dua tahun belajar di sekolah menengah atas kemudian ia mendapatkan beasiswa melanjutkan studi ke San Antonio Texas dan lulus dengan predikat summa cum laude. Ia pun melanjutkan studi ke kampus Universitas Indonesia kemudian program majister ilmu ekonomi dan politik di London.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun