Mohon tunggu...
Lia Wardah
Lia Wardah Mohon Tunggu... Perantau Baru

Kalo ngomong belepotan, kalo nulis kewalahan.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Setiap Sudut Mestinya Dipenuhi Cermin

1 Mei 2025   23:25 Diperbarui: 1 Mei 2025   23:25 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bermusyawarah di bawah cermin.

Setiap orang berjalan dengan caranya sendiri.
Ada yang melangkah pelan, menata batu-batu kecil harapan.
Ada yang berlari, merengkuh impian-impian yang belum selesai.
Ada pula yang berdiri diam, enggan bergerak karena khawatir posisi yang nyaman tergeser.

Di dunia yang fana ini, sebagian manusia lupa:
Kebaikan tidak pernah menjadi milik pribadi. Ia mengalir, berpindah, dan tumbuh bersama siapa saja yang menjaga hatinya tetap bersih.Namun, selalu ada segelintir yang merasa berhak membatasi jalan orang lain. Bukan karena orang lain salah arah. Seringkali, hanya karena kecenderungan manusia membatasi apa yang tidak bisa mereka pahami.

Mereka menutup pintu. Bukan untuk menjaga kebaikan, tapi untuk mempertahankan ruang kecil yang mereka ciptakan sendiri.
"Siapa yang masuk tanpa izin, harus keluar."
"Siapa yang berjalan cepat, harus diperlambat."
Begitulah bisikan-bisikan yang lahir dari kecemasan yang jarang diakui.

Padahal siapa pun yang percaya pada takdir tahu:
Rezeki, kedudukan, dan pengaruh tidak diwariskan seperti mewariskan tanah atau rumah. Ia adalah hak yang datang dari Tuhan, bukan dari persetujuan manusia.

Mereka yang memilih membangun pagar-pagar tinggi, lupa satu hal. Setiap hari mereka sibuk menjaga pagar yang mereka bangun sendiri.
Sementara yang disingkirkan?
Terus berusaha tumbuh.
Dengan senyuman tipis, sedikit umpatan, tanpa debat-perdebatan.
Karena tidak semua pintu harus diketuk.
Sebagian pintu terbuka dengan sendirinya ketika waktunya tiba. Ya, seperti pintu-pintu zaman sekarang, dengan perkembangan teknologi, semakin banyak pintu yang otomatis terbuka-sebelum diketuk.

Mereka yang sering dilukai, sudah belajar.
Makar manusia tidak pernah lebih kuat daripada kehendak Tuhan.

‎أَعْدَاؤُنَا لَنْ يَصِلُوْا إِلَيْنَا بِالنَّفْسِ وَلَا بِالْوَاسِطَةِ، لَا قُدْرَةَ لَهُمْ عَلَى إِيْصَالِ السُوْءِ إِلَيْنَا بِحَالٍ مِنَ الْأَحْوَالِ.

Musuh-musuh kami takkan bisa sampai. Tidak dengan diri mereka, tidak juga dengan perantara. Mereka tak punya kuasa menyampaikan keburukan, dalam keadaan apa pun.

Doa ini bukan sekadar bacaan.
Ia adalah pagar hati.
Pagar yang lebih kuat dari pagar-pagar yang dibangun oleh ketakutan dan prasangka.

Untuk mereka yang melukai:
Berhentilah mengira bahwa menjatuhkan orang lain akan membuat posisi lebih tinggi.
Tingginya derajat tidak diukur dari berapa banyak yang disingkirkan, tapi dari berapa banyak yang bisa diajak naik bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun