Mohon tunggu...
Lia Wardah
Lia Wardah Mohon Tunggu... Perantau Baru

Kalo ngomong belepotan, kalo nulis kewalahan.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Dibandingin AntarPerempuan? Biasa Aja?

1 Mei 2025   04:13 Diperbarui: 1 Mei 2025   04:13 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar para perempuan. 

Saat komentar ringan menjelma jadi tekanan sosial dan kita malah menormalisasinya.

"Istri saya umur 30 tahun sudah punya dua anak."
Sekilas seperti cerita ringan di ruang kerja. Tapi bagi sebagian perempuan, kalimat itu bisa terasa seperti panah yang menyasar langsung ke harga diri---apalagi kalau dilontarkan saat tidak diminta, dalam suasana yang tak relevan, dan ditujukan pada rekan perempuan yang kebetulan berusia 30 tahun dan belum menikah.

Seorang teman saya mengalami itu. Ia hanya tersenyum. "Aku biasa aja," katanya. Sementara teman perempuan lainnya menimpali, "Yah, emang biasa aja sih."
Tapi di titik inilah masalah dimulai.

Masyarakat kita masih terbiasa menilai perempuan dengan standar sempit: usia, status pernikahan, jumlah anak.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata usia kawin pertama perempuan di Indonesia adalah 19-24  tahun. Data ini sering kali dijadikan pembenaran untuk melontarkan pertanyaan bernada tuntutan:

"Kapan nikah?"
"Nggak takut telat punya anak?"
"Kok umur segitu masih sendiri?"

Yang lebih menyakitkan: komentar itu justru sering dimaklumi, dibenarkan, bahkan diucapkan oleh sesama perempuan.

Kebiasaan Menormalisasi Orang yang Melukai Tanpa Luka!

Yang menyedihkan, ketika ada teman perempuan lain yang ikut bilang, "Itu biasa aja," maka sebenarnya kita sedang menyiram air pada api kesadaran.
Alih-alih melindungi sesama perempuan dari bias dan tekanan, kita justru menggiring mereka untuk diam dan menelan rasa tidak nyaman sebagai sesuatu yang wajar.

Padahal, komentar membandingkan seperti itu adalah bagian dari tekanan sosial---terlihat sepele tapi berulang, dan perlahan menggerus rasa percaya diri.

Berhenti Menganggap Itu Biasa Saja!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun