Mohon tunggu...
Lia
Lia Mohon Tunggu... Lainnya - A Science and Pop Culture Enthusiast

Passionate on environment content, science, Korea and Japanese culture.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Komitmen Menjadi Konsumen Cerdas, Aksi Nyata Mewujudkan Net-Zero Emissions

24 Oktober 2021   23:15 Diperbarui: 24 Oktober 2021   23:53 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Akhir-akhir ini, isu perubahan iklim makin hangat diperbincangkan setelah Intergovernmental Panel Climate Change (IPCC) menerbitkan sebuah laporan akan ancaman pemanasan global. Menurut laporan IPCC tahun 2021 dari hasil laporan penilaian keenam menunjukkan bahwa bumi dapat mengalami pemasanan hingga 1,5 derajat Celcius dalam dua dekade [1]. Ancaman ini membuat pemerintah dunia waspada dengan target menurunkan emisi karbon hingga mencapai Net-Zero Emissions.

Para pegiat lingkungan pun gencar melakukan aksi guna meningkatkan awareness akan situasi darurat tersebut, salah satunya promosi tentang Net-Zero Emissions. Net-Zero Emissions saat ini merupakan isu strategis yang sering dibahas mengingat banyaknya fenomena-fenomena alam yang telah terjadi sebagai pertanda kepunahan bumi. Pertanda ini pun telah ditunjukkan dengan mencairnya es di Kutub Utara. Bahkan, wilayah es terakhir di Kutub Utara pada tahun 2020 telah hilang hingga 50% di lapisan atasnya[2].

Dampaknya, permukaan air laut naik sehingga ekosistem perairan menjadi tidak seimbang. Seiring meningkatnya aktivitas manusia terhadap emisi karbon, peningkatan pemanasan global juga turut memperusak. Lagi-lagi, ekosistem di bumi terkena akibatnya. Diawali suhu bumi yang terlalu panas, ekosistem terumbu karang akan mati lalu keanekaragaman hayati laut terancam dan kehidupan bawah laut akan punah. Sementara pada kehidupan di darat terjadi kekeringan panjang dan cuaca ekstrem sehingga tanaman mati. Intinya, secara perlahan alam akan rusak dan berujung pada kepunahan manusia.

Rasanya terdengar mengerikan, namun realitanya sebagian besar peristiwa tersebut telah terjadi termasuk di Indonesia. Tanpa disadari, sebenarnya Indonesia memiliki peran utama dalam mencapai Net-Zero Emissions ini. Sumber daya alam yang melimpah menjadikan Indonesia sebagai negara dengan penyerap karbon terbesar di dunia. Indonesia memiliki hutan mangrove seluas 3,2 juta ha dan padang lamun 3,3 juta ha dengan kemampuan daya serap emisi karbon hingga 17% [3]. Ditambah lagi, Indonesia mempunyai potensi karbon hijau dari hujan tropis seluas 92 ha [4].

Sayangnya, potensi tersebut tidak serta-merta membuat pemerintah terdorong untuk menjadikan Indonesia sebagai negara rendah emisi karbon. Sebaliknya, membuat Indonesia sebagai negara Net-Zero Emissions saat ini seolah hanya wacana saja. Pemerintah terkesan pasif dalam menetapkan kebijakan dengan target Net-Zero Emissions dicapai pada tahun 2050 [5]. Ironisnya lagi, kerusakan terhadap lingkungan terus terjadi dengan dalih langkah strategis peningkatan ekonomi nasional. Manfaatnya belum tentu rakyat menikmatinya dan memunculkan tanda tanya, "Untuk siapa sebenarnya peningkatan ekonomi tersebut?"

Kondisi seperti ini bukanlah hal baru di negeri yang katanya tanah surga ini. Komitmen untuk menekan laju emisi karbon memang tidak mudah dan dibutuhkan keseriusan semua pihak. Apabila peningkatan ekonomi secara instan tanpa memperhatikan aspek lingkungan terus berlangsung, maka target Indonesia Net-Zero Emissions mustahil dicapai 2050. Peningkatan ekonomi memang baik untuk kesejahteraan masyarakat dan pembangunan. Tapi, apa gunanya jika sifatnya sementara dan tidak berkelanjutan. Maka dari itu, kita sebagai masyarakat perlu peka akan hal ini atau memilih bodo amat hingga meninggalkan bumi yang rusak pada generasi mendatang.

Lalu, apa yang seharusnya kita lakukan? Kita sebagai konsumen memiliki andil besar pula untuk menekan laju emisi karbon tersebut. Caranya adalah dengan menjadi konsumen cerdas atau seseorang yang bijak dalam mengonsumsi produk.

Sejujurnya, istilah konsumen cerdas terkadang cukup asing bagi orang awam. Namun, di era digital istilah tersebut terus disuarakan sebagai bentuk edukasi dan ajakan kepada masyarakat agar memenuhi prinsip-prinsip berkelanjutan ketika menjadi konsumen. Prinsip berkelanjutan tersebut merupakan gaya hidup yang ramah lingkungan sehingga minim menimbulkan emisi karbon. Berikut tujuh langkah yang dapat diaplikasikan untuk menjadi konsumen cerdas.

  • Mengonsumsi produk sebagai kebutuhan, bukan sekadar keinginan sehingga mengurangi produk tidak terpakai.
  • Mengonsumsi produk berekolabel, yakni produk dengan logo khusus yang merupakan produk yang memenuhi standar berkelanjutan.
  • Membuang sampah pada tempatnya dan akan lebih baik jika turut mengolahnya.
  • Mengurangi konsumsi plastik terutama plastik sekali pakai atau single use plastic dengan menggunakan ecobag atau membawa tas belanja sendiri ketika berbelanja.
  • Tidak food waste atau membuang makanan layak sehingga meningkatkan sampah makanan.
  • Membawa tumbler atau kotak makan (lunch box) dan menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi ramah lingkungan.
  • Komitmen melakukan dan budayakan selalu

Tujuh langkah tersebut hanyalah sebagian cara untuk menjadi konsumen cerdas. Apabila tidak sanggup menerapkan semuanya, setidaknya salah satu daripada tidak sama sekali. Hal-hal tersebut merupakan kegiatan sederhana yang sangat berdampak jika dilakukan bersama-sama, apalagi dalam skala besar. Contoh kecil, apabila setiap berbelanja kita selalu membawa kantong belanja pribadi. Kemudian tindakan ini dilakukan 1000 orang setiap harinya, maka dari waktu satu bulan kita telah mengurangi laju konsumsi plastik sebesar 30.000 kantong plastik. Bagaimana jika dilakukan seluruh masyarakat Indonesia, tentu saja dampaknya akan begitu besar.

Permasalahan di negara ini sudah cukup kompleks. Komitmen pemerintah baik Indonesia maupun dunia juga belum mampu meyakinkan akan target Net-Zero Emissions tersebut. Oleh karena itu, kita sebagai masyarakat perlu berkontribusi dalam Net-Zero Emissions dengan melakukan aksi nyata sebagai konsumen cerdas.

Menjadi konsumen cerdas di negara berkembang ini juga bukan perkara mudah. Alih-alih memperhatikan kelestarian lingkungan, masyarakat kita terlalu sibuk untuk memperbaiki ekonomi. Di sisi lain, banyak kalangan menengah ke atas yang mampu melakukannya. Namun, diselimuti rasa gengsi dan aturan tren masa kini membuat gaya hidup konsumtif lebih utama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun