Mohon tunggu...
lia novian
lia novian Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi

Bismillah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perkembangan Emosi, Bahasa, dan Agama Pada Anak

10 Desember 2020   23:49 Diperbarui: 11 Desember 2020   11:55 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

- Perkembangan Emosi

Emosi merupakan sebuah kemampuan dimana sang anak bisa mengekspresikan dan juga mengenali serta mengelola emosi secara luas. Perkembangan emosi  dialami pada anak usia dini bahkan hingga dewasa perkembangan emosi akan terus berkembang. Masa neonatal perkembangan emosi pada anak belum terlalu terlihat. Hanya tangisan yang bisa diperlihatkan seorang anak. Emosi yang dikeluarkan pada masa neonatal hingga berusia 12 bulan seperti halnya menangis, sedih, takut, marah dan juga kebahagiaan yang mereka keluarkan. Setelah itu anak akan terus berkembang begitu juga dengan perkembangan emosinya juga akan berkembang. Perkembangan emosi juga memiliki dampak positif dan juga negatif. Anak usia dini juga cenderung lebih emosi daripada orang dewasa karena anak usia dini belum mempunyai kemampuan untuk mengendalikan apa yang dirasakannya. Oleh karena itu, bimbingan orang tua sangatlah diperlukan dalam tahap ini. Elizabeth B. Hurlock (1978:94) menjelaskan bahwa emosi anak memiliki karakteristik diantaranya yaitu:

  • Emosi yang kuat, dimana anak kecil bereaksi terhadap stimulassi dengan intensitas yang sama dalam situasi yang sulit  maupun remeh. Anak belum mampu menunjukkan reaksi emosional yang sebanding terhadap stimulasi yang dialaminya.
  • Emosi sering kali tampak, anak-anak sering kali mampu menahan emosinya bahkan emosi anak tampak secara berlebihan.
  • Emosi bersifat sementara, emosi yang cenderung bersifat sementara artinya dalam waktu yang singkat, emosi anak akan berubah dari marah menjadi tersenyum dari ceria berubah menjadi murung.
  • Reaksi emosi mencerminkan individualitas, semasa bayi reaksi emosi yang ditunjukkan anak relatif sama. Secara bertahap, dengan adanya pengaruh faktor belajar dan juga lingkungan perilaku yang menyertai berbagai emosi anak semakin diindividualisasikan. Seorang anak akan berlari ke luar dari ruangan jika mereka ketakutan, sedangkan anak lainnya akan menangis dan menjerit.
  • Emosi berubah kekuatannya, dengan meningkatnya emosi pada anak usia tertentu akan berubah kekuatannya. Emosi anak yang tadinya kuat berubah menjadi lemah, sementara yang tadinya lemah berubh menjadi emosi yang kuat. Hal ini disebabkan adanya perubahan dorongan, perkembangan intelektual dan perubahan minat dan sistem nilai.
  • Emosi dapat diketahui memalui gejala perilaku, emosi yang dialami oleh anak juga bisa dilihat dari gejala perilaku anak seperti melamun, gelisah, menangis, sukar berbicara atau tingkah laku yang cukup gugup seperti mengigit kuku atau menghisap jempol. Ekspresi emosi yang baik pada anak dapat menimbulkan penilaian sosial yang menyenangkan, sedangkan ekspresi emosi yang kurang baik seperti cemburu, marah atau takut menimbulkan penilaian yang tidak menyenangkan. Jadi pada tahap perkembangan emosi anak akan terus berkembang sesuai dengan berjalannya waktu. Dari yang hanya bisa menangis, sedih, marah, takut hingga sampai ia tumbuh diumur akhir anak-anak emosi yang dikeluarkan akan tetap sama. Akan tetapi dia mulai bisa mengendalikannya, karena dia sudah mulai bisa mengerti.

- Perkembangan Bahasa

Pada perkembangan bahasa, setiap manusia mengawali komunikasi melalui bahasa tangis. Pada usia anak-anak merupakan saat terpenting di dalam perkembangan bahasanya. Bahasa anak merupakan sistem ikon ucapan yang dipakai oleh anak. Pada masa neonatal mungkin sang ibu akan selalu mengajak anaknya untuk berbicara. Bahkan bukan ketika anaknya sudah lahir, ketika masih berada di dalam kandungan sang anak sudah sering diajak berbicara oleh sang ibu. Jika sang ibu sering menggunakan bahasa indonesia dengan sang anak, maka anaknya akan menggunakan bahasa indonesia. Jadi, anak akan menangkap sesuatu yang diberikan ketika masih bayi ataupun sejan dini. Dimana itu akan tertanam didalam dirinya sehingga sulit jika diubah. Bahasa merupakan keahlian seseorang untuk berinteraksi bersama seseorang meliputi akal dan juga hati diekspresikan dengan ikon untuk meengungkapkan pengertian, seperti menggunakan ucapan, catatan, kode, angka, gambar, bahkan ekspresi wajah. Pada usia ana-anak merupakan  waktu yang penting  didalam perkembangan bahasanya. Menurut Vygosky, terdapat tiga perkembangan bahasa anak yang memastikan tingkat perkembangan berpikir. Pertama tahap internal dimana pada tahap ini sang anak bisa menjiwai berpikirnya. Kedua, tahap eksternal yaitu ahap berpikir dengan sumber pikiran yang berasal dari luar dirinya. Biasanya sumber eksternal bisa didapat dari orang tua yang memberikan pengarahan kepada sang anak dengan cara tertentu. Ketiga, merupakan tahap egosentris merupakan fase orang yang bertanya tidak lagi dijadikan panutan untuk sebuah jawaban karena sudah mempunyai jawaban sendiri. Tipe perkembangan bahasa anak ada dua yaitu, yang pertama egocentric speech, dimana untuk berbicara sendiri seperti ketika anak merenung atau sedang berpikir. Yang kedua yaitu socialized speech, dimana digunakan untuk berbicara dengan orang lain dalam berinteraksi untuk mengembangkan kemampuan sosialisasinya.

- Perkembangan Agama

Menurut Zakiah Darajat (Lilis Suryani.,2008: 1.9), agama merupakan suatu keimanan yang diyakini oleh pikiran, diresapkan oleh perasaan, dan dilaksanakan dalam tindakan, perkataan, dan juga sikap. Perkembangan nilai-nilai agama merupakan suatu perkembangan dimana adanya suatu kemampuan untuk bisa memahami, mempercayai, serta menjunjung tinggi apa yang Sang Pencipta ciptakan dan berusaha menjadikan apa yang dipercayai sebagai pedoman untuk bertutur kata, serta bertingkah laku dalam berbagai situasi. Seorang anak ketika lahir ke dunia, dia dilahirkan dalam keadaan yang lemah baik dari fisik dan juga kejiwaannya. Akan tetapi, seorang anak atau bayi tersebut akan mengalami sebuah pertumbuhan dan juga perkembangan dalam diri sang anak. Didalam diri seorang anak terapat potensi-potensi yang akan tumbuh dan juga berkembang menjadi sebuah kemampuan yang riil. Disamping itu, peran orang tua, keluarga, bahkan seorang pendidik dibutuhkan dalam membangun potensi-potensi yang dimiliki oleh sang anak. Bahkan ketika anak dalam kandungan sang Ibu, ada beberapa orang yang ketika sedang mengandung selalu membaca al-quran atau mendengarkan bacaan al-quran melalui youtube untuk didengar sang ibu maupun sang anak. Walaupun anak berada didalam kandungan akan tetapi dia juga bisa mendengar, dan banyak orang tua dari mereka yang selalu mengajak bicara sang anak ketika masih berada di dalam kandungan.  Disamping itu pula, ketika anak sudah dilahirkan maka tugas sang ayah yaitu mengadzani sang anak. Ketika anak sudah lahir ke dunia, maka sang ibu bisa mendongengi sang anak seputar keagamaan atau bahkan menceritakan kisah-kisah para Nabi. Seiring berjalannya waktu, sang anak akan mengalami pertumbuhan dan juga perkembangan dalam dirinya. Dimana saat itu kemampuan sang anak akan bertambah dari sebelumnya. Pada masa neonatal anak hanya akan didengarkan sesuatu yang berkaitan dengan keagamaan seperti mendengarkan bacaan al-quran melalui hand phone atau bahkan suara ibunya sendiri yang sedang mengaji. Setelah itu anak akan diberikan penjelasan seputar tentang dasar-dasar keagamaan dan juga diajarkan bagaimana caranya shalat sejak usia dini. Itu semua dilakukan ketika anak sudah mulai mengijakkan di usia 2-4 tahun anak sudah bisa diberikan penjelasan mengenai keagamaan, disamping itu juga anak kita ebagai orang tua harus mengajarkan doa-doa ketika akan makan dan sesudah makan, doa keluar masuk kamar mandi, doa ketika akan dan setelah tidur, dan masih banyak doa-doaa yang harus kita ajarkan kepada sang anak. Hingga di usia 4-6 tahun anak sudah mulai megerti dan sudah bisa belajar bacaan shalat dan juga bisa mempraktikkannya. Anak juga sudah bisa menerapkan apa yang telah diajarkan orang tuanya kepada sang anak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun