Ditengah riuhnya aktivitas sehari-hari, kita pasti pernah berada dipersimpangan berbagai pilihan yang ditawarkan. Setiap keputusan, sekecil apapun terasa seperti kita memegang kemudi kapal pikiran, dengan nalar sebagai penunjuk dan logika ibarat peta. Kita telah yakin menimbang setiap opsi, menganalisis pro dan kontra dan pada akhirnya kita memilih jalur yang masuk akal. Namun, tanpa kita sadari, arus bawah laut psikologis yang kuat sedang bekerja. Inilah Framing Effect, sebuah kekuatan tak kasat mata yang membisikan pengaruhnya melalui cara informasi disajikan.
      Framing Effect dapat dikatakan sebagai sebuah jendela menuju labirin kompleksitas pemikiran manusia. Disnaa bahasa, emosi yang halus dan proses rasionalisasi yang kita banggakan saling berinteraksi membentuk keputusan yang mngkin terasa sepenuhnya milik kita, padahal sebagiannya telah dipengaruhi dari pembingkaian informasi. Mari kita telaah lebih dalam lagi bagaimana fenomena ini berkerja dan impliinya dalam kehidupan sehari-hari.
Apa yang dimaksud dengan Framing Effect?
      Framing Effect merupakan bias kognitif yang terjadi ketika cara penyajian informasi baik secara verbal, visual maupun konteks mempengaruhi persepsi serta pengambilan keputusan seseorang. Atau dengan kata lain, "Bagaimana" informasi disampaikan akan sama pentingnya dengan "apa" informasi yang disampaikan. Framing Effect digunakan dengan tujuan untuk mempengaruhi opini dan perilaku orang. Selain itu, Framing Effect juga dapat digunakan untuk membantu seseorang dalam membuat keputusan yang lebih mudah.
     Memahami Framing Effect penting diterapkan dalam berbagai bidang seperti: komunikasi, pemasaran, politik dan jurnalisme. Dengan memahami efek framing, kita dapat menjadi komunikator yang lebih efektif dan kritis terhadap informasi yang diterima.
Mekanisme psikologi di balik Framing Effect
- Dominasi teori prospek : Konsep loss aversion menjelaskan mengapa kita menjadi lebih sensitif terhadap potensi kerugiaan dari pada keuntungan dengan nilai yang sama. Misalnya dalam sebuah penawaran "Hindari denda keterlambatan" seringkali lebih memotivasi atau lebih menggiurkan dari pada "Dapatkan bonus tepat waktu'. Meskipun implikasinya serupa, bingkai dengan embel-embel "kehilangan" menciptkan ketakutan yang lebih kuat.
- Pengaruh Heuristik Dan Emosi: Framing Effect seringkali memanfaatkan Affect heuristic, dimana emosi yang ditimbulkan oleh suatu bingkai informasi secara langsung mempengaruhi penilaian kita. Bingkai positif ini dapat memicu perasaan senang sedangkan bingkai negatif memicu kecemasan dan kehati-hatian.
- Fokus yang terarah: Cara informasi dibingkai secara inheren mengarahkan fokus perhatian kita pada aspek tertentu. Misalkan sebuah produk makanan dipromosikan dengan 99% bebas lemak secara otomatis akan mengarahkan perhatian kita pada aspek kesehatan dan kebaikan. sedangkan informasi yang sama jika disajikan sebagai "mengandung 1% lemak". Akan memicu paada potensi resiko kesehatan, meskipun kandungan lemaknya minimal. Perbedaan fokus ini menghasilkan evaluasi yang berbeda pula.
Studi kasus tentang bagaimana Framing effect termanifesi dalam berbagai konteks kehidupan:
- Taktik diskon 50% vs beli 1 gratis 1. Meskipun secara matematis bisa setara, kalimat "gratis" dapat lebih membangkitkan kegembiraan ataupun persepsi nilai yang lebih tinggi. Begitu pula dengan penetapan harga "Rp. 99.999" secara psikologis terasa jauh lebih murah dari pada "Rp. 100.000" karena kita hanya fokus kedigit pertama.
- Informasi tentang resiko dan manfaat kesehatan sangat rentan terhadap framing effect. Dokter mengatakan "peluang keberhasilan sebuah operasi yang dilakukan adalah sebesar 80%". Hal ini memberikan harapan yang lebih besar dari pada "resiko kegagalan operasi sebesar 20%". Meskipun informasinya sama, tetapi cara penyampaian yang dilakukan dapat mempengaruhi keputusan pasien untuk menjalani pengobatan.
- Isu-isu politik yang terjadi dibingkai oleh media dan politisi memiliki dampak besar pada opini dan dukungan masyarakat. Isu migrasi dapat dibingkai sebagai "ancaman terhadap lapangan kerja lokal" atau "konstribusi terhadap keragaman budaya dan ekonomi". Bingkai yang berbeda akan menghasilkan pandangan dan kebijakan yang berbeda pula.
- Dalam negosiasi gaji, alih-alih mengatakan "gaji yang anda minta terlalu tinggi", seorang negosiator yang cerdas akan mengatakan "anggaran kami saat ini memungkinkan untuk menawarkan X dengan potensi peningkatan berdasarkan kinerja. Bingkai "potensi peningkatan" terasa lebih positif dan membuka peluang kompromi.
Strategi dalam mengurangi pengaruh dari Framing Effect, diantaranya:
- Tingkatkan kesadaran dalam diri sendiri: Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah dengan menyadari bahwa framing bisa mempengaruhi persepsi. Begitu nantinya kita tau tentang efek ini, kamu bisa memeriksanya secara sadar dalam proses pengambilan keputusan
- Ubah cara pandang: Langkah kedua yang bisa dilakukan adalah dengan melihat informasi dari sudut pandang yang berbeda. Jika suatu pilihan disajikan dengan penekanan pada keuntungan, coba bingkai ulang dengan penekanan pada potensi kerugian.
- Analisis informasi lebih mendalam: Fokuskan pada substansi bukan hanya kata-kata. Jangan terpaku pada bahasa yang menarik atau emosional. Coba sebelumnya dipahami dulu informasi inti dan konsekuensi sebenarnya dari setiap pilihan. Kemudian cari data yang objektif. Alih-alih hanya mengandalkan deskripsi verbal, cari angka, statistik dan fakta yang mendasari pilihan tersebut.
- Melibatkan pihak lain: Dengan cara mendiskusikannya terlebih dahulu dengan orang lain, kita akan mendapatkan perspektid yang dapat membantu melihat situasi dari sudut pandnag yang berbeda dan mengenali adanya framing yang mungkin tidak kita sadarai.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI