Mohon tunggu...
Lia Hikmatulmaula
Lia Hikmatulmaula Mohon Tunggu... Seniman - Ingin berbagi tulisan

Ingin berbagi tulisan semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tradisi Menyambut Datangnya Bulan Suci Ramadhan di Kota Kudus (Dhandhangan)

20 Juni 2019   08:28 Diperbarui: 20 Juni 2019   08:48 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Kudus adalah sebuah kota yang terletak di Jawa Tengah. Letaknya juga strategis, karena merupakan jalur perlalu lintasan penghubung daerah-daerah yang ada disekitarnya seperti kota Pati, kota Rembang, kota Jepara, dan kota Demak. Kota Kudus juga dikenal sebagai kota Kretek dan kota santri.

 Disebut kota Kretek karena kota Kudus merupakan kota industri, dimana lebih dari 50 pabrik rokok ada di kota Kudus ini. Jika kita menyebut kota santri pasti pikiran kita langsung tertuju pada menara dengan sunan Kudus dan sunan Muria dengan gunung murianya.

Selain terkenal karena pabrik rokok dan kota santrinya, kota Kudus juga merupakan salah satu kota  yang memiliki tradisi yang unik ketika menjelang bulan suci Ramadhan yaitu tradisi yang disebut dengan Dhandhangan atau dandangan.

Bulan Ramadhan merupakan momen yang sangat ditunggu bagi kebanyakan masyarakat muslim di Indonesia. Berbagai tradisi bisa kita temukan diberbagai daerah dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, salah satunya bisa kita dapati di kabupaten Kudus Jawa Tengah.

Dhandhangan merupakan sebuah festival yang ada di Kabupaten Kudus untuk menandai akan dimulainya ibadah puasa pada bulan Ramadhan. Tradisi ini sudah ada atau berlangsung ketika Sunan Kudus masih hidup.

Asal mula tradisi dhandhangan ini berawal ketika para pengikut dan para santri dari Sunan Kudus saat hendak menyambut datangnya bulan Ramadhan. Lalu mereka datang ke masjid yang berada disebelah menara kudus untuk mendengarkan pengumuman awal puasa yang disampaikan oleh sunan kudus (syekh ja'far sodiq) dan menunggu bedug yang ada di atas menara untuk ditabuh sebagai penanda dan bukti bahwa akan datangnya bulan puasa. Suara tabuhan bedug itu yang berbunyi "dang.. dang.. dang.." itulah yang kemudian menjadi asal nama dhandhangan.

Lalu kemudian kebiasaan itu diteruskan sampai sekarang dan pada masa penantian pengumuman itu pun di manfaatkan oleh para pedagang untuk berniaga yang berupa keramaian sebuah pasar malam. Lokasi pasar malam ini terletak disekitar kompleks masjid menara kudus sampai simpang tujuh (alun-alun kota kudus).

 Para pedagang itu menjual beraneka ragam dagangan dari berbagai makanan, minuman dan berbagai jenis barang kebutuhan lainnya seperti kebutuhan rumah tangga, pernak-pernik aksesoris, hiasan miniature hingga oleh-oleh khas kudus.

Suasana pengunjung saat menyambut festival dandangan itu sangat antusias. Mereka datang berbondong-bondong ingin menyaksikan gelaran Dhandhangan dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. 

Mereka tidak hanya dari masyarakat Kudus setempat, tetapi banyak dari luar kota yang ikut datang menyaksikan acara tersebut. dari mulai anak-anak, remaja, dewasa, bahkan orang tua selalu meramaikan ditiap malamnya. Ditambah dengan adanya wahana permainan yang berbagai macam menjadikan acara itu semakin ramai.

Tentang sunan kudus, masjid menara kudus yang bernama masjid al aqsa tersebut merupakan salah satu peninggalan dari sunan kudus yang masih terawat dan dijaga untuk digunakan masyarakat sampai saat ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun