Mohon tunggu...
Lia Fitri Auliah
Lia Fitri Auliah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi

Mahasiswi di Prodi Perpustakaan dan Sains Informasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Ujaran Kebencian Pasca Tayang Film Dokumentasi "Sexy Killers" di Media Sosial

19 Mei 2019   13:30 Diperbarui: 19 Mei 2019   13:35 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kajian tentang isu ini ternyata, data-data yang menjadi konten film ini, sebenarnya telah disajikan pada awal tahun 2019 yaitu pada Jaringan Advokasi Tambang (JATAM), yang memetakan jejaring oligarki batu bara dibalik dua kubu pasangan calon presiden tersebut, yang di dalam  film dokumenter ini disajikan dengan diagram rumit berisikan silang-sengkarut relasi pengusaha dan politisi dan tibal balik atas kepentingan bisnisnya. (Redaksi Sorge, 2019) 

Hasilnya ialah dengan adanya film dokumenter ini menjadi bagian pelengkap dari media massa yang telah menayangkan topik pembangunan PLTU yang tidak secara keseluruhan untuk memberitahukan kepada masyarakat apa yang telah sebenarnya terjadi. Jika film dokumenter ini terbukti sebagai propaganda golput, itu hal yang tidak rasional. Karena, pada saat kedua kubu paslon mengadakan debat yaitu untuk memberikan solusi atas tentang 8 juta hektar lubang bekas galian tambang yang tidak direklamasi sehingga menimbulkan dampak yang buruk bagi kelangsungan hidup masyarakat sekitar yang ada disana. 

Kedua pasangan calon tersebut hanya memberikan jawaban yang normatif dan tidak memuaskan dalam memberikan solusi. Sehingga, membuktikan bahwa timses dan buzzer mengakui bahwa kubunya terlibat dalam hal tersebut dan film dokumenter "Sexy Killers" ini hanya sebagai sebuah film dokumenter sejarah dan upaya untuk mendidik masyarakat agar tidak salah mengambil keputusan, seperti keputusan dalam memiliki seorang pemimpin dan mengupas nasib masyarakat yang ada disekitar penambangan batu bara tersebut yang diabaikan oleh pemerintah. Maka akan memberikan referensi kepada masyarakat untuk memilih pasangan calon yang paling sedikit bobroknya dalam melakukan ekspoitasi sumber daya tersebut.

Jadi, ujaran kebencian yang dilontarkan kepada film "Sexy Killers" merupakan salah satu pelanggaran dalam menggunakan media sosial secara bijak.  film dokumentaer ini, bukan sebagai propaganda golput belaka atau pun kurang kerjaan seperti yang telah terpublikasikan oleh orang-orang yang tidak setuju dengan adanya penayangan film ini.

Walaupun sutradara telah mengakui bahwa filmnya ini bersangkutan dengan ranah politik di dalam suatu diskusi publik di Cilandak, Jakarta Selatan "Ya memang produk politik, ini film politik dalam artian, bukan politik elektroral, dukung mendukung, jadi kalau disebut ini film politik, ya ini film politik" ujar Dandhy Laksono. "ada pembuat kebijakan yang saya sebut di situ ada public policy yang kita diskusikan, ada kebijakan publik, penegakan hukum, soal public health issue itu semua politik" sambungnya lagi. (Hawari, 2019)

Isu ujaran kebencian pasca tayang film "Sexy Killers" ini menjadi sebagai peringatan untuk media sosial yang telah memiliki kebijakan yang didalamnya membahas kebijakan di dalam sebuah informasi yang disebarluaskan di media sosial yang harus diperhatikan kembali keabsahannya agar tidak menimbulkan banyak persoalan dan juga perdebatan terhadap suatu informasi yang beredar di media sosial, dan jangan mudah terprovokasi oleh sebgaian pihak. Untuk para pengguna, seyogianya dengan memanfaatkan hak untuk bebas mengutarakan pendapat, sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu informasi yang dipublikasikan agar tidak terjadi kesalahpahaman yang berujung pada konsekuensi hukum kebijakan yang telah berlaku. 

PENUTUP

Telah diketahui bahwa adanya ujaran kebencian di media sosial merupakan suatu hal yang tidak baik untuk dijadikan sebagai langkah klaim kebenaran. Ujaran kebencian akan terjadi jika suatu informasi yang didapat tidak dapat menguntungkan bagi seseorang. Hal tersebut, diawali dengan rasa tidak senang, merasa terganggu dan dendam. Seperti ujaran kebencian pasca tayang film dokumenter "Sexy killers" yang dilakukan oleh sebagian pihak yang merasa terganggu. Kebijakan informasi berperan penuh untuk mengatur persoalan yang terjadi dalam isu ini untuk meluruskan kembali kebenarannya. 

DAFTAR PUSTAKA

Arif, A. Y. (2019). Pengertian: Medsos adalah: Ciri, Peran, Jenis, Dan Fungsinya: https://rocketmanajemen.com. Diakses pada tanggal 10 Mei 2019.

Hawari, H. (2019). Sutradara Akui Ada Unsur Politik di Dokumentasi "Sexy killers": https://m.detik.com. Diakses pada tanggal 11 Mei 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun