Mohon tunggu...
babarol
babarol Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Jurusan Fisika Angkatan 2019 Universitas Brawijaya

Memahami, Menelaah, dan Menulis setiap apa yang dapat dipelajari dari kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Deep Talk: Malam Jumat di Hari Ibu, Bincang Malam dengan Laboran

23 Desember 2022   00:19 Diperbarui: 23 Desember 2022   02:07 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Deep Talk (mainmain.id)

Jarum jam menunjukkan hampir pukul 9 malam. Kepala laboratorium telah pamit pulang beberapa menit lalu. Setalah belajar berkali-kali pengukuran menggunakan Bio Impedance Analysis (BIA), akhirnya kita berhasil mendapatkan data yang sesuai dengan harapan. Untuk menghilangkan penat dan kantuk, kami bercerita banyak hal dengan Mas Faisal sebagai dhalangnya.

Mas Faisal adalah seorang laboran di salah satu laboratorium di kampusku. Ia yang mengajari aku dan teman-temanku selama pengerjaan Tugas Akhir sejak sekitar 2 bulan lalu hingga akhir nanti. Ia cukup sabar dan telaten meski kami tak selalu langsung bisa. Yaa, untunglah dia begitu sehingga selamatlah mental kita, hehe.

Sembari melakukan pengulangan pengukuran, Mas Faisal bercerita banyak tentang kisah perjalanan kuliahnya mulai dari S1, S2, hingga sekarang S3. "Sebenarnya, kalian nggak harus kok, habis S1 terus lanjut S2. Semua itu tergantung kalian. Kalian lanjut S2 boleh, kerja boleh, nikah pun juga boleh. Ambil aja yang paling banyak manfaatnya. Jangan cuma lanjut S2 karena 'gengsi'. Nyatanya, yang lulusan S2 dan S3 belum tentu lebih mujur daripada yang lulusan S1", tuturnya dengan penuh kebijaksanaan. Secercah timbul tambahan semangat dalam diriku. Iya, teman-teman seangkatanku yang saat ini sudah ujian kompre juga belum tentu nanti akan lebih mujur dariku. It's Ok, Tuhan punya rencana yang lebih baik.

"Kalau misal kalian mau langsung lanjut S2, ya udah habis penelitian ini di semester 8, langsung persiapan daftar S2", tuturnya kembali. Kata 'semester 8' itu kembali membuatku tersadar akan kondisiku yang lebih lambat dari yang lain. Mereka sih pada bisa lulus semester 8, sedangkan aku masih harus lanjut sampai semester 9 karena kesalahan-kesalahanku sebelumnya. Setelah muncul tambahan semangat, rasa penyesalan itu kembali muncul. Andai kemarin-kemarin aku tidak melakukan kesalahan-kesalahan itu. Andai mentalku saat itu bukan mental permen karet. Andai ....... Andai ....... Andai ....... dan Andai .......

Nyatanya, pengandaian itu masih saja muncul meski aku terus berusaha meyakinkan diri bahwa:

"It's Ok, setiap orang pernah berbuat salah dan itu nggak papa. Tuhan memberi pelajaran kepada seorang hamba tidak hanya melalui kebaikan dan kesenangan, tetapi juga melalui kesalahan yang diperbuatnya"

Tuhan tau apa yang terbaik bagi hambanya dan selalu ada rahasia di balik setiap kejadian. Mungkin, jika aku tidak melakukan kesalahan kemarin, aku justru semakin buruk, boleh jadi aku malah jadi orang yang sombong, meremehkan orang lain, bahkan menyakiti atau melukai hati orang lain. Boleh jadi, Tuhan ingin menjadikanku lebih kuat agar ketika kelak ada badai yang lebih dahsyat menerpaku, aku sudah siap. Lagipula, rahmat Tuhan itu luas dan aku berbaik sangka kepadanya.

"Dan kalau bisa, ngambil S2 itu yang linier. Biasanya tempat kerja itu lebih suka yang linier. Masak S1-nya fisika, S2-nya mau ngambil ekonomi. Dan lagi, kalau mau kerja, rencanakan juga pingin kerjanya di mana, lalu persiapkan diri untuk daftar di sana", tambah Mas Faisal. Lagi-lagi aku teringat akan kondisiku, kuliah S1 jurusan Fisika tapi cita-cita jadi penulis dan pingin kerjanya di Kompas Gramedia. Wahh, kurang melenceng gimana lagi kalau gini. Emangnya, salah ya kalau kuliah jurusan fisika tapi bercita-cita jadi penulis? Aku salah jurusan? Tapi aku sudah tingkat akhir.

Meski aku tau, bidang kuliahku tidak linier dengan cita-citaku, tapi aku tidak ingin berkata bahwa aku salah jurusan. Aku juga punya cita-cita selepas S1 langsung lanjut S2 dengan jurusan yang sama. Namun, aku juga ingin menjadi penulis dan bekerja di bidang kepenulisan, entah itu editor, moderator konten, atau bahkan penulis itu sendiri. Terus, kuliahku? Buat apa? Sia-sia? Kupikir, tidak juga. Aku tetap ingin bekerja di bidang fisika, entah itu sebagai researcher di bidang biofisika ataupun sebagai fisikawan medis. Memangnya, apa tidak mungkin kedua cita-citaku yang nampaknya tidak linier itu dapat terwujud secara bersamaan? Entahlah, aku tidak tau, tapi aku yakin aku bisa. Bukankah Tuhanku luar biasa, Maha Hebat, dan Maha Kuasa? Dan aku berbaik sangka kepada-Nya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun