Mohon tunggu...
Trisno Utomo
Trisno Utomo Mohon Tunggu... Pensiun PNS -

Insan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kualitas Air Tanah Semakin Buruk

5 Februari 2016   06:18 Diperbarui: 5 Februari 2016   06:57 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kepadatan perumahan dan pertumbuhan penduduk menyebabkan air tanah rawan tercemar oleh bakteri E coli. Foto : kompas.com (26/1/2015)"][/caption]Air merupakan komponen terbesar pada tubuh manusia. Kandungan air pada tubuh bayi bisa mencapai 75-80%, kemudian seiring dengan pertumbuhan tubuhnya, pada manusia dewasa berkurang mencapai 60-65% untuk pria dan 50-60% untuk wanita.

Secara fisik manusia bisa hidup tanpa air maksimal hanya 3-5 hari. Sementara untuk menahan lapar, manusia bisa bertahan tidak makan hingga selama 8 minggu dengan catatan masih mengkonsumsi air. Demikianlah gambaran pentingnya air untuk kehidupan manusia.

Rata-rata orang dewasa membutuhkan air untuk minum 2 liter (8-12 gelas) per hari. Padahal kebutuhan air tidak hanya untuk minum saja. Antara lain untuk memasak, mandi, mencuci, kebutuhan sanitasi, menyiram tanaman, dan lain-lain. Demikianlah banyaknya keperluan air agar manusia dapat hidup dengan baik. Namun manusia lalai, boros, dan sembrono dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya air.

Air tanah merupakan sumber air bersih yang murah dan praktis bagi masyarakat. Jenis sarana air bersih yang digunakan secara luas adalah sumur gali. Namun air tanah rawan terhadap polusi baik melalui rembesan dan kontaminasi, antara lain dari septik tank, jamban, tempat pembuangan limbah, tempat pembuangan sampah, kotoran ternak, sungai, irigasi dan lain-lain.

[caption caption="Sumur gali yang rawan terhadap polusi. Foto : indonesian-publichealth.com"]

[/caption]Kepadatan perumahan dan pertumbuhan penduduk ikut menyebabkan air tanah rawan tercemar oleh bakteri Eschericia coli akibat limbah rumah tangga (Kompas.com, 26/1/2015). Di kota besar seperti Jakarta, limbah domestik menyumbang zat pencemar terbesar terhadap air tanah. Jarak antara tangki septik tank dengan sumur yang idealnya antara 10-12 meter, banyak yang dibuat hanya berjarak 3 meter. Akibatnya, kualitas air tanah makin buruk sehingga tidak layak lagi untuk dikonsumsi (Kompas.com, 3/5/2011). Ditambah lagi dengan adanya intrusi air laut, maka lengkaplah air tanah di Jakarta menjadi terasa asin, bau dan keruh.

Tinja yang ditampung dalam lubang di dalam tanah, bakterinya memang tidak dapat berpindah jauh dengan sendirinya. Bakteri akan berpindah secara horisontal dan vertikal ke bawah bersama air, air seni, air gelontoran, atau air hujan yang meresap. Jarak perpindahan bakteri dengan cara ini bervariasi, tergantung pada berbagai faktor, diantaranya yang terpenting adalah porositas tanah.

Bakteri Eschericia coli merupakan penghuni normal saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. Bakteri coliform adalah bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35 derajad C.

[caption caption="Bakteri Eschericia coli. Ilustrasi : nature-education.org"]

[/caption]E. coli jika masuk ke saluran pencernaan dalam jumlah banyak dapat membahayakan kesehatan. Walaupun E. coli merupakan bagian dari mikroba normal saluran pencernaan, tapi saat ini telah terbukti bahwa galur-galur tertentu mampu menyebabkan gastroenteritis dalam taraf sedang hingga parah pada manusia dan hewan.

Bakteri coliform menjadi bakteri indikator untuk keberadaan bakteri patogenik lainnya. Artinya, adanya bakteri coliform fekal merupakan indikator adanya pencemaran oleh bakteri patogen yang lain. Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Dengan demikian, coliform adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya kualitas air semakin baik.

Idealnya, air minum tidak boleh mengandung bakteri yang memberi indikasi pencemaran tinja maupun mikroorganisme patogen apapuni. Sesuai Permenkes Nomor 492 Th 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, ditetapkan bahwa air yang akan dipergunakan sebagai air minum dalam 100 ml air, total coliform tinja harus 0 (nol), untuk air bersih yang bukan air perpipaan ditetapkan total coliform 50/100 ml, dan untuk air bersih perpipaan 10/100 ml.

Untuk mematikan E-coli tidak cukup hanya dengan merebus air dalam temperatur 100 derajat C, tetapi juga harus didiamkan mendidih selama 5-10 menit. Hal ini karena bakteri tersebut memiliki kristal pelindung suhu panas. Kristal ini akan pecah dengan sendirinya setelah air dididihkan selama 5-10 menit.

Salam dari saya.

Selamat ber-long week end

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun