Mohon tunggu...
Trisno Utomo
Trisno Utomo Mohon Tunggu... Pensiun PNS -

Insan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Nature featured

Bagaimanakah Kabarmu Kini, Penyu?

16 Oktober 2015   04:28 Diperbarui: 22 Mei 2019   20:57 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.sciencemag.org

Gemulai gerakanmu dalam air begitu mempesona, ada yang memuja dan melestarikanmu, tetapi lebih banyak yang memburu, menyantap, dan merusak lingkungan hidupmu. Demikianlah nasibmu penyu! Melalui sejarah yang panjang, diyakini bahwa penyu pertama ada di bumi lebih dari 245 juta tahun yang lalu. Mereka hidup di darat ketika makanan cukup tersedia. Ketika makanan sulit ditemukan, mereka harus berevolusi untuk hidup didalam air. Perubahan dalam gaya hidup yang signifikan ini terjadi sekitar 120 juta tahun yang lalu. Salah satu perilaku yang hingga kini tidak berubah adalah dia bertelur dan menyimpan telurnya di darat (pantai).

Ada dua keluarga (familia) dari penyu, yaitu Cheloniidae yang mempunyai lempeng dari tulang tanduk yang menutupi cangkangnya (seperti sisik), dan Dermochelyidae yang cangkangnya ditutup dengan kulit kasar. Penyebarannya di seluruh dunia, terutama di perairan tropis dan sub tropis. Ditemukan di laut, laguna, dan teluk, umumnya dekat dengan garis pantai. Beberapa penyu yang besar adalah penyelam yang hebat dan mereka menjelajah ke laut terbuka untuk reproduksi dan mencari makanan.

Terdapat 7 jenis penyu yang telah diidentifikasi di dunia, yaitu Penyu Hijau (Chelonia mydas, Green Sea Turtle), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricate, Hawksbill Sea Turtle), Penyu Kemp’s Ridley (Lepidochelys kempi, Kemp’s Ridley Sea Turtle), Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea, Olive Ridley Sea Turtle), Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea, Leatherback Sea Turtle), Penyu Pipih (Natator depressus, Flatback Sea Turtle), dan Penyu Tempayan (Caretta caretta, Loggerhead Sea Turtle). Dari ketujuh jenis ini, hanya penyu Kemp's ridley yang tidak pernah tercatat ditemukan di perairan Indonesia.

Jenis penyu terbesar adalah Penyu Belimbing, apabila tumbuh maksimal bisa mencapai panjang 8 feet (2,4 m) dan berat sampai 2.000 pound (907,2 kg). Selain terbesar, juga sebagai perenang tangguh yang mampu bermigrasi ribuan mil, dan penyelam hebat yang mampu menyelam sampai kedalaman 3.000 kaki (900 meter) di bawah permukaan laut. Penyu Lekang adalah penyu yang terkecil, panjangnya tidak akan lebih dari 3 feet (0,9 m) dengan berat 110 pounds (49,9 kg). Namun demikian, jenis yang paling sering ditemukan adalah Penyu Hijau.

Anatomi penyu disesuaikan untuk hidup di dalam air. Mereka canggung dan lambat di darat, tetapi lincah bila berada di dalam air. Anatominya memungkinkan mereka dapat berenang jarak jauh tanpa banyak membakar energi.

Reproduksi Unik

Membedakan penyu jantan dan betina agak sulit karena anatominya sangat mirip baik bentuk maupun ukurannya. Salah satu cara untuk membedakannya adalah dengan melihat ekornya. Betina memiliki ekor yang sangat pendek tidak melebihi kaki dayung belakang, sedangkan jantan ekornya lebih panjang daripada kaki dayung belakangnya. Betina memiliki organ seks yang disebut ovipositor di mana mereka akan mengembangkan telurnya. Jantan memiliki organ seks di ekornya.

Umur kematangan penyu bervariasi dari 3-5 tahun hingga 20-50 tahun tergantung pada spesies penyu. Proses perkawinannya berlangsung di dalam air sehingga belum terlalu banyak diketahui. Pendekatan jantan kepada betina berlangsung beberapa minggu sebelum perkawinan. Para jantan bersaing satu sama lain dengan memperlihatkan siapa yang dapat mengangkat leher paling tinggi, sehingga betina mendapat memilih dengan siapa akan kawin. Jantan dan betina melakukan perjalanan ratusan bahkan ribuan mil untuk kawin. Betina matang yang siap kawin mungkin memiliki tanda di punggungnya. Jantan menggunakan cakar pada kaki dayung depan untuk memegang betina saat perkawinan berlangsung.

Setelah beberapa minggu dari perkawinan, betina siap kembali ke pantai, menggali sarang dan meletakkan telurnya. Fenomena kembalinya penyu ini telah diteliti oleh Tim Peneliti dari University of North Carolina, Chapel Hill, AS, yaitu terhadap Penyu Tempayan. Penelitian ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yang menunjukkan migrasi salmon menggunakan tanda magnet bumi untuk menavigasi ke sungai tempat kelahirannya. Anggota tim peneliti, J. Roger Brothers mengungkapkan bahwa Penyu Tempayan memberikan contoh ekstrim dari ‘homing natal’. Mereka bermigrasi ribuan mil di laut sebelum kembali lagi ke sarang pada bentang pantai yang sama di mana mereka dulu menetas.

Penyebab penyu kembali ke situs dimana mereka menetas untuk membuat sarang dan bertelur, diperkirakan adalah karena sulitnya ditemukan lokasi dengan kombinasi faktor ideal yang diperlukan untuk suksesnya proses bertelur, yang persis sama dengan situs dari mana mereka dulu berasal. Faktor-faktor tersebut adalah kelembutan pasir, pantai dapat yang diakses dengan sedikit predator, dan suhu yang sesuai. Untuk mengetahui jalan kembali, penyu telah mempelajari tanda magnetik yang unik dari situs sarang mereka ketika masih fase tukik (anak penyu) yang baru menetas dan meninggalkan sarangnya menuju air, dan kemudian menggunakan pengetahuan ini untuk kembali lagi ketika dewasa. Hal ini dikenal sebagai cetak geomagnetik. Meskipun tidak diketahui persis bagaimana penyu mengikuti tanda magnetik sepanjang pantai, diduga bahwa partikel magnetik miniscule dalam otak penyu bisa merespon medan magnet bumi.

https://www.istockphoto.com
https://www.istockphoto.com
Jumlah telur yang dikeluarkan di sarang antara 50-200 telur tergantung spesies. Banyak spesies penyu dapat kembali ke air, kawin lagi, dan kembali membuat sarang lagi. Mereka dapat melakukan hal ini dua atau tiga kali selama musim kawin. Induk betina tidak pernah kembali untuk memeriksa telur-telurnya atau berinteraksi dengan tukik yang baru menetas. Sedangkan penyu jantan sama sekali tidak pernah kembali ke pantai dan tetap berada dalam air.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun