Mohon tunggu...
Trisno Utomo
Trisno Utomo Mohon Tunggu... Pensiun PNS -

Insan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Agar Lamun Tidak Hanya Tinggal Menjadi Lamunan (Kenangan)

26 Desember 2015   04:47 Diperbarui: 26 Desember 2015   06:26 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Padang lamun (seagrass bed), merupakan habitat perairan dangkal yang sangat penting. Foto : Heather Dine"][/caption]Dulu, pada tahun 1970-an, kita masih dapat dengan mudah melihat hamparan hijau pada dasar laut di pinggir pantai yang menyerupai padang rumput hijau. Waktu itu, di sekitar pantai Kartini-Jepara masih sangat banyak kita jumpai. Sekarang sudah tidak ada lagi. Padang rumput di laut itu tidak lain adalah padang-lamun (seagrass bed). Padang lamun merupakan tempat hidup bagi banyak organisme, seperti ikan, kepiting, udang, lobster, bulu babi (seaurchin), penyu, dan lainnya.

[caption caption="Penyu hijau dewasa menghabiskan sebagian besar waktunya merumput di padang lamun. Foto : Clifton Beard"]

[/caption]

Sebagai habitat yang ditumbuhi berbagai spesies lamun (seagrass), padang lamun memberikan tempat hidup yang sangat strategis, yaitu sebagai perlindungan bagi ikan-ikan kecil dari "pengejaran" beberapa predator.

[caption caption="Sotong raksasa (Apama sepia) melintasi padang lamun. Foto : Richard Ling"]

[/caption]

Namun sayangnya, ekosistem padang lamun adalah merupakan salah satu ekosistem pesisir yang rentan terhadap perubahan, sehingga mudah mengalami kerusakan, baik oleh -terutama- ulah manusia maupun faktor alam. Mengingat fungsi ekologisnya yang sangat penting, ekosistem ini perlu dilindungi dan direhabilitasi.

Perkembangan

Konon, sekitar 100 juta tahun yang lalu, rumput dari daratan menyesuaikan diri hidup dan berkembang biak terendam dalam air laut, sehingga menjadi seperti yang saat ini kita sebut lamun. Invasi tumbuhan darat ke laut ini terjadi dalam empat periode terpisah, sehingga menghasilkan empat familia dengan jumlah spesies sekitar 50-60 spesies, dapat ditemukan di pantai setiap benua kecuali Antartika. Sama seperti rumput di tanah, lamun membentuk padang yang luas, menghasilkan bunga dan biji, dan merupakan habitat bagi komunitas organisme yang sangat beragam.

[caption caption="Lamun ditemukan di seluruh dunia, di daerah tropis dan dingin. Warna hijau menunjukkan jumlah spesies dilaporkan terdapat pada wilayah itu. Wilayah Indonesia mempunyai keragaman spesies yang tinggi (warna hijau : 12-15 spesies). Peta : UNEP"]

[/caption]

Lamun didefinisikan sebagai satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang mampu beradaptasi secara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi, atau hidup terbenam di dalam air laut, memiliki rhizome (rimpang), daun, dan akar sejati. Beberapa ahli juga mendefinisikan lamun sebagai tumbuhan air berbunga, hidup di dalam air laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta dapat berkembang biak dengan biji (generatif) maupun tunas (vegetatif). Rimpangnya merupakan batang yang beruas-ruas yang tumbuh terbenam dan menjalar dalam substrat pasir, lumpur, dan pecahan karang.

[caption caption="Lamun (seagrass) berdaun lebar (Posidonia australis) tumbuh dengan epifit alga. Foto : Mark Rodrigue"]

[/caption]

Ekosistem padang lamun memiliki peran penting dalam ekologi kawasan pesisir, yaitu sebagai produser primer dengan memfiksasi sejumlah karbon organik yang sebagian besar memasuki rantai makanan, sebagai stabilisator dasar perairan karena pertumbuhan daun yang lebat dan sistem perakaran yang padat, sebagai pendaur zat hara, sebagai tempat dan sumber makanan karena lamun dapat dimakan oleh beberapa organisme seperti penyu hijau, dugong, ikan, echinodermata dan gastropoda, serta tempat asuhan, tempat tinggal, dan tempat perlindungan beberapa organisme. Peran lain adalah menjadi barrier (penghalang) bagi ekosistem terumbu karang dari ancaman sedimentasi yang berasal dari daratan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun