Mohon tunggu...
Trisno Utomo
Trisno Utomo Mohon Tunggu... Pensiun PNS -

Insan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ancaman Bahaya Bencana Tanah Longsor

19 Januari 2016   06:22 Diperbarui: 19 Januari 2016   20:49 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Tanah longsor yang terjadi di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah. Foto : voaindonesia.com"][/caption]Berita terjadinya bencana tanah longsor mulai bermunculan di negeri kita. Memang musim hujan, apalagi bila dengan curah hujan yang tinggi, merupakan pemicu terjadinya tanah longsor. Tidak heran bila saat ini di daerah yang kontur tanahnya berbukit-bukit, rentan terjadi bencana tersebut.

Tanah longsor (landslide) adalah bentuk erosi (pemindahan massa tanah) yang pengangkutan atau pemindahan tanahnya terjadi pada suatu saat secara tiba-tiba dalam volume yang besar (sekaligus). Tanah longsor terjadi jika dipenuhi 3 (tiga) keadaan, yaitu: (1) lereng cukup curam, (2) terdapat bidang gelincir yang kedap air dibawah permukaan tanah, dan (3) terdapat cukup air dalam tanah di atas lapisan kedap (bidang gelincir) sehingga tanah jenuh air.

Proses terjadinya tanah longsor diawali oleh air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin sehingga tanah hasil pelapukan yang berada di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar dari lereng.

Banyak daerah di Indonesia yang rawan longsor, yaitu tersebar di sepanjang Bukit Barisan di Sumatera, Jawa bagian tengah dan selatan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Bahaya tanah longsor mengintai pada sebanyak 274 Kabupaten di Indonesia.

[caption caption="Peta daerah rawan tanah longsor di Indonesia. Ilustrasi : cnnindonesia.com"]

[/caption]Untuk mengingatkan betapa mematikannya bencana tanah longsor, berikut ini beberapa kejadian yang dicatat Kompas.com (15/12/2014), yaitu :

1) Tahun 2006, kejadian tanah longsor di Dusun Gunungraja, Desa Sijeruk, Banjarmangu, Banjarnegara, Jawa Tengah pada 4 Januari 2006. Sejumlah 76 orang tewas.

2) Tahun 2007, di Karanganyar, Jawa Tengah, tanah longsor terjadi pada 26 Desember 2007. Sebanyak 62 orang tewas.

3) Tahun 2010, tanah longsor di Ciwideuy pada 22 Februari 2010, menewaskan 33 korban jiwa.

4) Tahun 2013, di Cililin, Bandung, tanah longsor terjadi pada 25 Maret 2013 dengan 14 orang tewas.

5) Tahun 2014, tanah longsor yang memakan banyak korban jiwa terjadi di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah, pada 12 Desember 2014. Tercatat korban 108 orang tewas/hilang.

[caption caption="Jumlah penduduk yang terus bertambah memaksa mereka menempati daerah-daerah yang rawan longsor. Kondisi Kampung Cibitung, Desa Margamukti, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung pasca longsor yang terjadi Selasa (5/5/2015). Korban tewas 4 orang dan 6 orang masih tertimbun. Foto : kompas.com (7/5/2015)"]

[/caption]Oleh karena itu, masyarakat yang mendiami daerah yang berbukit-bukit agar meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya bencana tanah longsor. Sebagai langkah pencegahan, jangan melakukan tindakan-tindakan yang dapat menyebabkan tanah longsor, seperti : menebang pohon di lereng pegunungan, mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas, mendirikan pemukiman di daerah atau dibawah tebing yang terjal, dan melakukan penggalian tanah di bawah tebing yang terjal.

Untuk pengendalian tanah longsor yang mudah dilakukan adalah dengan menggunakan metode vegetatif. Penggunaan metoda ini perlu dibedakan antara bagian kaki, bagian tengah, dan bagian atas lereng bukit, sebagai berikut :

1) Stabilisasi tanah diutamakan pada kaki lereng, baik dengan tanaman (vegetatif) maupun bangunan. Persyaratan vegetasi untuk pengendalian tanah longsor antara lain : jenis tanaman memiliki sifat perakaran dalam (mencapai batuan), perakarannya rapat dan mengikat agregat tanah, dan bobot biomassanya ringan. Cara penanaman vegetasinya dengan jarak yang rapat.

2) Pada bagian tengah dan atas lereng diupayakan perbaikan sistim drainase (internal dan eksternal) yang baik, sehingga air yang masuk ke dalam tanah tidak terlalu besar, agar tingkat kejenuhan air pada tanah yang berada di atas lapisan kedap (bidang gelincir) tidak tinggi sehingga bebannya tidak berat. Penanaman vegetasinya pada bagian tengah agak rapat, dan yang bagian atas jarang. Kerapatan vegetasi yang jarang diisi dengan tanaman rumput atau tanaman penutup tanah (cover crop) dengan drainase yang baik.

Salam dari saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun