Mohon tunggu...
Leyla Imtichanah
Leyla Imtichanah Mohon Tunggu... Novelis - Penulis, Blogger, Ibu Rumah Tangga

Ibu rumah tangga dengan dua anak, dan penulis. Sudah menerbitkan kurang lebih 23 novel dan dua buku panduan pernikahan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Diet ala Net-Zero Emissions

21 Oktober 2021   19:34 Diperbarui: 21 Oktober 2021   20:03 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua minggu lalu, saya mulai kembali menerapkan diet untuk menurunkan berat badan. Ini bukan semata soal penampilan, karena toh suami saya tak mempermasalahkan kelebihan berat badan yang saya alami sejak melahirkan anak ketiga. Ini adalah soal kesehatan yang terganggu sejak angka di timbangan melampaui 80 kg. Saya jadi mulai sering merasa pegal-pegal saat bangun tidur karena tubuh keberatan menopang lemak, sulit beraktivitas dengan bebas, dan sering mengalami kram atau kebas. 

Rupanya pilihan diet saya tak hanya bermanfaat untuk diri sendiri tapi juga lingkungan hidup, karena dapat mengurangi emisi karbon. Sudah tahu belum kalau Indonesia menargetkan akan mencapai Net-Zero Emissions paling lambat tahun 2060? Net-Zero Emissions (NZE) adalah nol-bersih emisi yang mulai mendapatkan sorotan dalam Konferensi Tingkat Tinggi Iklim di Paris pada tanggal 2015 dengan mewajibkan negara-negara industri dan negara maju berhasil mencapai Net-Zero Emissions pada tahun 2050.

Net-Zero Emissions yang dimaksud adalah nol-bersih emisi dari karbon negatif agar tidak ada emisi yang menguap sampai ke atmosfer dan menyebabkan efek rumah kaca, yaitu saat panas matahari terperangkap di atmosfer bumi akibat ditahan oleh gas-gas di atmosfer seperti karbon dioksida. Itulah yang membuat udara terasa panas dan melelehkan es di kutup utara dan selatan. Jika es-esnya telah mencair, maka kita akan mengalami banjir bandang dan menyebabkan kepunahan. 

Tentunya untuk mencapai Net-Zero Emissions ini bukan hanya tugas pemerintah. Kita juga berperan mengurangi emisi karbon. Beberapa kebiasaan saat diet ini ternyata bisa mengurangi emisi karbon. 

Mengurangi makan daging merah

Salah satu makanan yang bisa menyebabkan obesitas adalah daging merah. Apa sajakah daging merah itu? Daging sapi, domba, kambing, kerbau, dan babi termasuk golongan daging merah. Daging merah itu menjadi salah satu tanda seseorang telah mencapai taraf ekonomi menengah ke atas, karena harganya mahal. 

Tanpa dimaksudkan untuk diet pun, sebenarnya saya jarang makan daging merah karena harganya itu. Hanya sesekali saya makan daging merah dalam bentuk gulai, soto Betawi, dan sate. Kandungan lemak jenuh yang tinggi pada daging merah itulah yang menyebabkan obesitas, kolesterol tinggi, penyakit jantung, dan resistensi insulin penyebab diabetes. 

Contohnya suami saya. Sebagai orang Garut yang tinggal di pedesaan, keluarga suami saya banyak yang beternak domba. Jadi, makan daging domba itu cukup sering sehingga berpengaruh pada kesehatan. Suami saya sudah memiliki gangguan jantung di usia 40 tahun. Bukannya tidak boleh makan daging merah, tapi harus dikurangi. 

Rupanya mengurangi konsumsi daging merah ini juga bisa mengurangi emisi karbon, karena daging merah merupakan penghasil emisi karbon yang terbesar. Peternakan daging menghasilkan gas metana dari kotoran hewan yang menyebabkan emisi karbon. 

Mengurangi makanan dan minuman kemasan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun