Sebarkan yang Baik di Internet untuk Tingkatkan Imunitas Tubuh

Alhamdulillah, meskipun pandemi covid 19 masih belum berakhir dari Indonesia, perlahan jumlah kasus positif dan korban meninggal terus berkurang dengan kesadaran masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan, kenaikan jumlah penduduk yang telah divaksin, dan PPKM. Memang berat ya sudah 1,5 tahun ini kita berjuang melawan covid 19. Kita dianjurkan untuk di rumah saja jika tak ada kegiatan yang penting sekali di luar rumah, untuk menghindari penularan virus. Kalau bisa, bekerja pun dari rumah saja. 

Saya dan suami termasuk orang-orang yang beruntung diberikan kesempatan untuk bekerja dari rumah saja. Akses internet sudah tentu menjadi andalan agar aktivitas bekerja berjalan lancar. Untuk mengakomodir kebutuhan internet seluruh anggota keluarga, kami memakai internet wifi agar biaya internetnya lebih murah. 

Kalau mengandalkan internet seluler bisa-bisa menghabiskan banyak kuota. Dengan internet wifi, aktivitas zoom sepanjang hari pun berjalan lancar. Tak lupa untuk tetap menjaga imunitas tubuh dengan rajin berolahraga, makan makanan yang sehat dan bergizi, dan tentu saja memilih dan memilah berita dan informasi yang  positif agar tidak menyebabkan stres. 

Saat pandemi sedang ganas-ganasnya, saya sempat stres juga karena kekhawatiran yang berlebihan. Di media sosial, saya membaca berita tentang korban-korban yang berguguran. Belum lagi berita hoax yang memperparah keadaan. Saya pun mengalami kondisi psikomatis. Saat badan sedang drop, flu, dan pilek, saya berpikir apakah saya juga kena covid? 

Alhamdulillah, ternyata tidak. Saat itulah saya sadar bahwa berita yang buruk dan hoax-hoax mampu menurunkan imunitas tubuh. Saya heran kenapa sih orang-orang suka menyebarkan berita buruk dan hoax? Kalau punya banyak waktu luang,  daripada ikut-ikutan menyebarkan yang buruk-buruk dan hoax, lebih baik kita menyebarkan cerita yang baik saja. Apakah itu? 

Saya melanjutkan hobi menulis novel yang sudah lama saya tinggalkan. Saya suka menulis novel sejak SMP, lalu mulai menerbitkannya setelah lulus kuliah. Ada kurang lebih 20-an novel saya yang telah diterbitkan oleh penerbit mayor seperti GPU, Mizan, Gema Insani Press, Moka, dll. 

Delapan tahun lalu saya berhenti menulis novel karena keasyikan menulis di blog dan membuat konten di media sosial. Gara-gara pandemi, saya jadi harus di rumah terus dan mendapatkan dorongan untuk kembali menulis novel. Kali ini bukan untuk diterbitkan di penerbit mayor, melainkan diunggah ke platform menulis novel. 

Buku-buku di aplikasi novel. Foto: dok.pribadi

Novel-novel saya bisa dibaca secara online. Ada bab yang gratis, ada yang dikunci. Untuk membuka kuncinya, pembaca harus mengisi koin emas senilai Rp 1500/ bab. Saya akan mendapatkan royalti dari koin emas itu sesuai prosentase yang ditentukan oleh pemilik platform menulis novel. Saya sudah menekuni kegiatan menulis novel di platform itu selama setahun ini dan alhamdulillah royaltinya lumayan untuk menggantikan penghasilan yang hilang selama pandemi ini. 

Daripada menyebarkan berita buruk dan hoax, mendingan saya menyebarkan link cerita novel saya di platform yang bisa menghibur pembaca dan menaikkan imun. Untuk mengunggah cerita-cerita itu tentunya saya butuh jaringan internet yang memadai dong.