Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Beauty Artikel Utama

Merawat Lebih Baik daripada Membeli

28 November 2020   16:15 Diperbarui: 30 November 2020   04:12 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merawat pakaian agar awet lebih baik dibandingkan membeli baru| Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Dengan terbatasnya kegiatan ekonomi dan sosial karena harus mengikuti Jaga Jarak dan PSBB, fokus kita lebih pada pemenuhan belanja makanan dan kebutuhan utama yang penting. Baju menjadi urutan kesekian. Toh kita banyak bekerja dari rumah working from home. 

Hal-hal di atas disampakain Tenik Hartono, seorang jurnalis dari Prana Media Group (Femina, Gadis, Ayahbunda, Parenting Indonesia, Nora.id, Wanita Wirausaha Femina, Dapur Uji Femina, Gadis Sampul), yang lebih senang disebut sebagai pengamat fesyen dan penulis budaya ketika menyebutkan beberapa catatan tentang pergeseran fesyen di masa pandemi pada suatu peragaan busana dan gelar wicara "From Farm to Catwalk" yang diselenggarakan EMPU dalam Pekan Diplomasi Iklim yang didukung EU-POP Uni Eropa pada 31 Oktober 2020 yang lalu. 

Tenik mengatakan bahwa kebutuhan fesyen cenderung ke arah yang lebih back to basic, memperhatikan aspek fungsional ketimbang untuk kebutuhan koleksi. Pandemi membuat kita hampir tak memiliki kegiatan sosial yang perlu untuk to be seen. 

Kalaupun perlu dilihat, maka pada umumnya terbatas pada tampaknya wajah sampai ke pundak atau dada, dan berada pada wilayah rumah melalui fasilitas aplikasi Zoom atau Skype, misalnya. 

Ketika orang berbelanja pakaian, maka ini akan dilakukan dalam skala terbatas, mengingat perekonomian belum kembali normal. Juga, model baju yang dipilih cenderung yang nyaman. Untuk itu, model yang 'one fits all' mungkin bisa jadi pilihan.  

Atas situasi ini, fesyen berkelanjutan menjadi makin relevan. Memang tuntutan akan adanya fesyen berkelanjutan sudah muncul sejak generasi Z makin dewasa, sekitar 2018 dan ini jadi makin valid di masa pandemi. 

Namun demikian, definisi maupun cakupan fesyen berkelanjutan juga banyak diperdebatkan. Ini dapat dimengerti karena kita berada di tengah arus utama yang masih deras dengan hiruk pikuknya fast fashion, yang bercampur dengan isu penggunaan bahan/materi serta perilaku yang belum berkelanjutan.

Fesyen berkelanjutan seharusnya bukan hanya merupakan tren dan bukan pula hanya untuk kebutuhan pasar. Pro lingkungan dan beretika menjadi bagian dari misi fesyen berkelanjutan. 

Untuk itu kita perlu tahu siapa aktor pencipta baju kita, tahu dari mana bahannya berasal dan dikerjakan, bagaimana kualitasnya, dan dari bahan apa baju itu dibuat menjadi pertimbangan. 

Juga, aspek pro lingkungan juga dilakukan dalam cara merawat, mengemas, dan bagaimana membuangnya ketika tidak dipakai lagi.  Misalnya, ketika membungkus, apakah kita telah mempertimbangkan kemasan yang mudah diurai, yang ramah lingkungan. 

Lalu, ketika merawat baju, apakah kita menggunakan sabun yang ramah lingkungan, atau dengan deterjen yang akan mencemari air pembuangan. Tentu ini tidak mudah. Namun, upaya untuk menjalankannya tentu perlu mendapat apresiasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun