Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Beauty Artikel Utama

Sniker, Sepatu Merakyat yang Seharusnya Manusiawi

15 Desember 2019   18:07 Diperbarui: 16 Desember 2019   04:13 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sniker (Foto :Fashionbeans.com)

Sniker, Sepatu yang Terus Dicintai dan Terus Berubah

Menarik mengamati perkembangan sniker, sepatu kasual yang kita kenal. Mulai dari Presiden, Ibu Iriana sampai Najwa belakangan ini juga memakainya. Dan, sniker seakan merupakan sepatu wajib bagi kita yang bekerja di lapang atau suka melakukan perjalanan. 


Tren mengenakan baju formal, gaun, dan bahkan kebaya yang dipadu dengan sniker sedang meningkat.

Ilustrasi Jakarta Fashion Week dengan Karya Obin dan sepatu sniker ( Foto : Wolipop)
Ilustrasi Jakarta Fashion Week dengan Karya Obin dan sepatu sniker ( Foto : Wolipop)
Selain konstruksinya yang nyaman bagi kaki, sniker juga dijual dengan harga beragam, mulai dari harga untuk anak sekolah sampai dengan yang bermerek dan berharga jutaan. Bisa dipahami bahwa sniker punya tempat tersendiri dalam hidup kita.

Ilustrasi Anak Sekolah dan Sepatu (Foto : Kompas)
Ilustrasi Anak Sekolah dan Sepatu (Foto : Kompas)
Saat ini banyak merek sepatu sniker beredar. Yang menarik, merek produk mewah seperti Louis Vuitton pun tak ragu meluncurkan model tas dan baju yang dikenakan peragawan dan peragawatinya bersama sniker. Ini lompatan, dari kacamata pengamat mode dunia. 

Mereka mencatat bahwa berbagai merek sniker bekerjasama dengan 'influencer', musisi dan mereka yang tertarik budaya. Lihat saja beberapa artikel soal Najwa dengan beberapa merek snikernya di artikel ini. 

Dulu kerjasama semacam itu dianggap tabu. Sama tabunya dengan seseorang mengenakan sniker menemani gaun batik anggun, gaun malam panjang, atau jas resmi. 

Oh ya, jangan juga dibayangkan kita bisa mengenakan kebaya dengan bersepatu sniker tanpa kritisi. Kalaupun ada kakek atau nenek yang mengenakan sniker, bukan tak mungkin mereka dianggap tak tahu umur atau mau sok muda.

Dulu, sniker identik dengan hari Minggu. Sekarang, hari kerja seperti Senin sampai Jumatpun menjadi relevan dikaitkan dengan sniker. 

Sniker telah menjadi sepatu segala bangsa, segala negara, segala acara dan waktu, lintas usia. Semua langkah dihargai, dan langkah langkah dengan mengenakan sniker diterima di banyak tampat dan suasana.

Mungkin dianggap lebay, tapi saat ini banyak komentar soal sniker yang dianggap bisa menjadi pemersatu lintas usia, pembuka batas dan jarak. Artinya, sniker bukan hanya sebagai produk inklusif, tetapi juga sebagai alat komunikasi.

Sepatu karet yang di abad 18 mirip alas kaki kungfu dengan bentuk sepatu sebelah kiri dan kanan sama, berkembang menjadi sepatu yang ramah dan modis di abad 21. Untuk menjadi seperti sekarang, sepatu ini melalui proses panjang.

Disebut 'sneaker' karena sepatu karet ini tidak berisik. Pada 1892, suatu perusahaan karet di Amerika mulai membuat sepatu karet dengan merek Keds. 

Produk masal pertamanya dilakukan pada 1917. Lalu, merek merek seperti Converse - All Star lahir. Selanjutnya, pada 1924 sniker mendunia. Ini terjadi ketika seorang Jerman bernama

Adi Dassler menciptakan sniker dengan merek seperti namanya sendiri, Adidas. Adidas menjadi sepatu Jessie Ownes yang mencapatkan medali emas di Olimpiade 1936. Saudara Adi, Rudi kemudian menciptakan pabrik sepatu bermerek Puma.

Di tahun 1950 an, sniker sempat menjadi bentuk pernyataan pemberontakan. Anak sekolah merasa sniker adalah sepatu paling sesuai dengan semangatnya.

Berbagai merek bermunculan. Di tahun 1984, Nike merilis Air Jordans yang ditandatangani oleh Michael Jordans. Ini disebut sebagai sniker yang ikonik, yang mereknya terus berkembang hingga kini. 

ESPN melaporkan bahwa Nike memerlukan USD 500.000 yang harus diberikan tunai kepada Jordan untuk masa 5 tahun untuk mendapatkan kontrak itu (Businessinsider.com, 14 Desember 2019).

Perkembangan sniker makin nyata. Baik Nike, Reebook dan Adidas terus memproduksi dan membuat perbedaan. Sniker dengan renda. Juga, sniker punya ragam pengguna. 

Sniker untuk pelari. Sniker pendaki gunung. Sniker untuk papan luncur. Masing masing memerlukan inovasi dan teknologi, dan tentu harga yang berbeda.

Sektor Ekspor Gemuk Penuh Peluh dan Airmata

Indonesia adalah satu dari ekportir produk alas kaki dengan ceruk sebesar 2,8% dari pasar produk global, dengan nilai $ US 3,86 miliar di tahun 2013. Dari jumlah itu, 79% dari ekspor itu adalah sepatu olah raga (BPS, 2013).

Nilai Ekspor Sepatu Olah Raga ( Sumber BPS, 2017)
Nilai Ekspor Sepatu Olah Raga ( Sumber BPS, 2017)
Memang Indonesia adalah pengekspor sepatu olah raga yang besar di dunia. Data pada studi yang pernah kami lakukan menunjukkan bahwa, pada umumnya, perusahaan eskportir adalah perusahaan menengah besar dengan karyawan yang pada umumnya perempuan. Ini berbeda dengan tipologi perusahaan sepatu kecil atau UKM yang pada umumnya memekerjakan karyawan laki laki.

Karena Indonesia menjadi bagian dari rantai pasokan global sepatu olahraga, berkontrak dengan NIKE dengan kontribusi 25% pada pasar NIKE (finance.yahoo.com). 

Sebagai bagian dari rantai pasokan sepatu olah raga, industri sepatu Indonesia merupakan industri yang menyerap tenaga kerja secara signifkan, yaitu sekitar 15 juta tenaga kerja . (www.gbgindonesia.com). 

Sementara UKM memproduksi untuk pasar domestik dan hanya punya kemungkinan kecil untuk melakukan ekspor, terdapat beberapa UKM klaster di Cibaduyut, Garut, Bogor dan Sidoarjo yang memasok pasar ekspor. Untuk pabrik sepatu olah raga yang diekspor pada umumnya ada di Jawa Barat dan Sumatera Utara.

Suatu studi yang dipaparkan dalam Makalah "Pelanggaran Hak Buruh Pabrik NIKE di Indonesia" yang disusun oleh Bambang Surya Ningrat dari Universitas Muhammadiyah Palembang (2015), mengidentifikasi beberapa pelanggaran hak buruh antara lain upah yang terlalu rendah dan kondisi kerja yang kurang memadai. Beberapa media juga menuliskan soal harga sepatu yang tinggai tetapi buruk dicekik lehernya, yang dapat dilihat di sini. 

Di tahun 2018, di seputaran kisah Piala Dunia, protes pekerja Adidas dan NIKE yang ada di Asia ada di beberapa kota dunia. Diberitakan oleh Reuters, Clean Clothes Campaign (CCC) mendesak produsen Adidas dan Nike untuk memastikan upah yang adil bagi pekerja Asia yang membuat sepatu untuk pemain Piala Dunia. CCC melaporkan bahwa prosentase biaya tenaga kerja menurun dibandingkan dengan komposisi di masa yang lalu. Tautan artikel itu ada di ini. 

Apa Upaya Perusahaan Sniker? 

Beberapa perusahaan besar seperti Adidas dan Nike berupaya untuk mempromosikan produksi berkelanjutan. Ini berkaitan dengan bahan baku dan 'recycle' dan juga aspek sosialnya, termasuk kesejahteraan pekerja dan keadilan antara pekerja perempuan dan laki laki. Perlindungan pada perempuan agar terhindar dari pelecehan seksual di tempat kerja menjadi bagian agenda.

Dengan berkembangnya 'fast fashion' atau fesyen cepat, membuat ada tantangan material sepatu sniker karena perusahaan bagai dipacu untuk merilis 100 model baru setiap bulannya. Media sosialpun mendorong informasi terkait produk dengan cepat.

Untuk itu, NIKE melahirkan platform baru "Move to Zero" dengan tujuan untuk mereduksi emisi karbon dan sampah ke titik nol 'zero-carbon' dan 'zero-waste'. Ini sesuatu yang baru dan bagi beberapa pihak menjadi suatu hal yang merupakan komitmen baru dalam melindungi lingkungan.

Untuk NIKE yang memproduksi 25 pasang sepatu per detik, atau 1.500 pasang per menit, 90.000 per jam, 2,1 juta per hari ini memang menjadi suatu hal penting. The World Footwear yearbook mencatat produksi sepatu adalah 23,5 miliar per tahun di tahun 2017 dan sniker ambil bagian besar dari ini.

Agenda itu disadari oleh CEO NIKE. Bahkan pada suatu studi "The Debate over Corporate Social Responsibility" dengan editor Steven K. May, George Cheney, Juliet Roper menyebutkan pernyataan CEO NIKE, Phil Knight pada tahun 1998 yang mengatakan bahwa nama NIKE dikonotasikan dengan perusahaan dengan upah budak dan pelanggar arbitrade.

Banyak yang bisa dilakukan oleh perusahaan sniker. 

  1. Perusahaan bisa lebih memperhatikan kontribusinya pada sektor pendidikan. Misalnya, pemberian bea siswa bagi mereka yang tertarik pada industri sniker. Juga mereka mengajak perusahaan lebih mempertimbangkan mereka dari kalangan dan ras yang selama ini terpinggirkan, kelompok masyarakat berkebutuhan khusus, dan juga aspek gender.
  2. Terus mendorong produksi sniker berkelanjutan. Di tahun 2019 telah dipasarkan sniker yang berkelanjutan dan juga vegan. Upaya ini bertujuan menjawab dua persoalan. Soal keberlanjutan dan soal sosial. Ini tentu harus dilakukan untuk menyentuh isu mendasar perusahaan dan bukan hanya untuk memperluas pasar dengan menanam empati sesaat. 
  3. Perusahaan sniker perlu ramah pada pekerja dan lingkungan, mengingat peran sniker yang dipakai siapa saja dan ramah pada penggunanya. Pembentukan serikat pekerja untuk memperjuangkan upah dan perlindungan sosial diperlukan. 
  4. Mendorong dukungan sosial pada lokasi setempat. Di kala ada bencana, perusahaan bisa memberikan sumbangan berupa sepatu. Banyak produksi yang  yang dibuang begitu saja karena persoalan 'over supply'. Padahal bila disumbangkan kepada korban bencana alam ini sangat membantu. Juga, begitu banyak anak sekolah tak bersepatu di wilayah di sudut Indonesia. Ini meniru apa yang telah dilakukan oleh H&M pada produknya di Indonesia melalui kantor PBB UNFPA ketika bencana Palu terjadi. Produk sisa pasokan seharusnya tak harus dibuang. 

Pada prinsipnya, kita perlu mendorong perusahaan yang ada di Indonesia untuk memperhatikan kesehateraan karyawan. Pemerintah bisa punya peran besar menjadikannya terjadi. 

Apalagi kita menyukai sniker, dan tentu menjadi lebih nyaman bila kita mengenakannya dengan keyakinan bahwa pekerja yang menghasilkan sepatu itu terlindungi kesejahteraan dan haknya. 

Kita senang, pekerjapun sejahtera. Banyak pelanggan, dan itu termasuk kita, bisa dan mampu mempengaruhi gerak pengusaha. Mengapa tidak? 

Pustaka : Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, Enam, Tujuh, Delapan, Sembilan, Sepuluh 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun