Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perkawinan Anak Marak di Pasca Bencana: Keterpaksaan Ekonomi dan Restu Sosial Budaya

13 November 2019   11:38 Diperbarui: 18 November 2019   16:22 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Perkawinan Anak (Foto: UNICEF) Via Kompas.com

Kerja kita pada tanggap bencana dan pasca pasca bencana semestinya dilakukan dengan sikap 'kedaruratan'. Namun, dalam prakteknya tidak demikian. 'Business as usual' sudah terlanjut menjadi budaya. Ini menyebabkan banyak kasus serius justru terjadi pada kondisi pasca bencana.

Semestinyalah, kesiapsiagaan bencana bukan hanya diterapkan pada situasi dan kondisi keamanan fisik saja, tetapi juga dalam hal aspek sosial. Ketika kita tahu bahwa banyak kasus perkawinan anak terjadi pada pasca bencana, sudah semestinyalah kita justru memberikan pemberdayaan di tingkat masyarakat agar kasus tidak meningkat.

16 bulan telah berlalu sejak gempa Lombok dan 13 bulan sudah lewat sejak bencana Sulsel, namun masih banyak PR kita. Sayangnya, alasan politik sering menjadi faktor utama hampir semua keputusan dukungan tanggap bencana dan kerja pasca bencana. Yang rugi tentu penyintas. 

Sudah waktunya kita semua dan pemerintah memahami kesiapsiagaan bencana yang mencakup multi aspek, termasuk aspek fisik, sosial dan ekonomi. 

Pustaka: Satu, Dua, Tiga, Empat 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun