Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Buku Merah

8 November 2019   22:54 Diperbarui: 10 November 2019   08:39 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buku merah (Foto Jambi. Independent. co.id)

Buku Merah itu sedang dicari keberadaannya. Terdapat dugaan, sindikasi perdagangan orang utan ini juga melibatkan perdagangan narkoba. Yang Adimas kuatir adalah soal berita bahwa terdapat seorang aktivis yang terlibat dalam pencurian Buku Merah. Sementara Kendis adalah aktivis perlindungan orang utan. Aduh...

Telpon genggam Kendis berbunyi. Kendis mengangkat telponnya dan berkata pendek "ok. Sebentar saya keluar".

Kendis berdiri, "Sebentar ya". Tanpa meminta persetujuan Adimas, Kendis keluar kafe. 

Adimas gelisah campur kuatir. Ia mengkhawatirkan keselamatan kekasihnya. Jangan sampai Kendis terlihat dengan masalah pelanggaran hukum.

Tak lama Kendis kembali ke meja mereka. Ia duduk sambil membawa map plastik putih transparan. Di dalamnya tampak sebuah buku berwarna merah.

Adimas bertanya "Apa sih itu? Kok kamu ga mau jawab pertanyaanku, Kendis?. Aku tak mau kamu terlibat masalah. Kalau aku selama ini diam, itu karena aku memang percaya kepadamu", Adimas nyerocos tanpa berhenti.

"Apaan sih, Adimas?", Kendis menjawab dengan sedikit sebal. "Duh....aku tadinya mau minta kamu buka ini nanti malam jam 24.00. Ya sudah, buka nih", Kendis menyerahkan map plastik transparan itu dengan sedikit kesal.

Adimas ragu menerima map plastik itu. Kendis mendorong tangan Adimas "Ayo, katanya mau tahu. Aku serahkan kepadamu. Tapi kita pindah duduk di pojok yuk. Di sini terlalu ramai", kata Kendis. Kendis mengangkat gelas jusnya dan mengajak Adimas berpindah ke meja di sudut yang sepi.

Setelah keduanya duduk, Kendis melihat sekeliling dan dengan cepat memberikan map itu sambil mencium mesra pipi Adimas  "Happy early birthday. Panjang umur. Terima kasih untuk cintamu. Maafkan aku selalu sibuk", panjang Kendis mengucap.

Adimas masih bengong, tangannya membawa map plastik itu. Kendis menepuk tangan Adimas "Ayo buka ah. Sudah tanggung. Mestinya aku mau kau buka nanti malam jam 00.00. Tapi kamu ribut terus sih". Menyadari bengongnya, " Thank you.. ya", Adimas segera mengucap terima kasih tergagap.

"Buka ya. Semoga ini menjawab misteri itu", Kendis terbahak dan meminta Adimas membuka map plastik itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun