Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Per-Buzzer-an dan Suku-suku Baru di Masyarakat Sipil

12 Oktober 2019   11:00 Diperbarui: 13 Oktober 2019   22:11 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : alvemiaonline.com

Di tahun 1998, masyarakat sipil kita bersatu melawan kepemimpinan Suharto, sang pemimpin otoriter.

Namun, masyarakat sipil  kita di masa kini telah terbelah menjadi suku suku baru oleh politik. 

Sejak pemilu 2014, terdapat kubu yang mendukung Jokowi dan juga kubu yang mendukung Prabowo.

Pemilu 2014 dimenangkan oleh Jokowi, terutama karena Jokowi menunjukkan penolakan atas kolusi antara pemegang kekuasaan dengan pebisnis. Sementara, Prabowo dianggap masih membawa nilai nilai Orde Baru. Hati para aktivis HAM dimenangkan dengan demokrasi dan melawan sifat otoriter yang diwariskan Prabowo. Jadi, isu polarisasi pada 2014 tampak jelas. 

Di satu sisi, kelompok kelas menengah yang semula berjarak dengan politik, saat itu turut serta dalam komentar politik melalui media sosial. Ini kemajuan. Di sisi lain, apa yang terjadi lebih mirip penggalangan masa di media sosial, tanpa diskusi substansial.

Perbedaan pendapat mengerucut dalam polarisasi. Bahkan, dicatat banyak keluarga ataupun perkawinan yang terpecah karena polarisasi yang ada.

Lalu muncullah polarisasi Pilkada Jakarta 2017. Isu Islam- non Islam, juga pribumi - cina menjadi gorengan yang mengemuka. Ahli media sosial Merlyna Lim menyebut dinamika Pilkada 2017 sebagai kebebasan membenci ''freedom of hate'. 

Walau debat Pilpres 2019 warga dicatat tidak terlalu menarik,  namun, fanatisme untuk mendukung masing masing Capres sangatlah tinggi. Terjadilah suku 'cebong' sebagai pendukung Jokowi dan suku 'kampret' sebagai pendukung Prabowo. 

Sampai dengan sebelum pemilu di bulan April 2019, kita semua dan juga warga dunia mungkin heran. Bagaimana mungkin warga yang terbelah keras itu  tetap dalam suasana damai.

Namun, di bulan Mei 2019 situasi menghangat jelang pengumuman hasil pemilu oleh KPU dan pecahlah apa yang dianggap sebagai demonstrasi yang berbuntut kerusuhan pada 22 Mei 2019.

Kemenangan Jokowi dan Maruf Amin pada Pilpres 2019 dipastikan oleh KPU. Ini diikuti oleh peristiwa romantik Jokowi dan Prabowo di MRT, dan peristiwa Megawati dan Prabowo dalam 'nasi goreng' bersama.  Warganet mungkin sempat gagu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun