"Tanpa cinta, kecerdasan itu berbahaya, dan tanpa kecerdasan, cinta itu tidak cukup" (BJ Habibie)
Habibie, Perusahaan Pesawat Terbang, dan Sejarah Politik Ekonomi Indonesia
Kemarin, 11 September 2019, Bapak Dr Ir Bacharuddin Jusuf Habibie telah kembali ke Sang Pencipta di usia 83 tahun. Kita kehilangan Pemimpin, Patriot, Eyang, Bapak, Ilmuwan, dan Reformis sejati Indonesia.
Lahir di Pare Pare, Sulawesi Selatan pada 25 Juni 1936, Bacharuddin Jusuf Habibie adalah presiden RI ke 3. Naiknya Habibie sebagai presiden adalah karena Suharto lengser pada 21 Mei 1998, atas 'people power' dan juga diduga mendapat desakan dari IMF. Itu terjadi hanya dua bulan sesudah pelantikan Habibie sebagai Wakil Presiden.
Kisah cintanya dengan Ibu Hasri Ainun Habibie, seorang dokter, yang wafat pada tahun 2010 dianggap sebagai kisah cinta abadi dan sempat difilmkan "Habibie dan Ainun". Kisah cinta sejati, yang saya harus iri.
"Quotes' Habibie tentang cinta rasanya benar. Dan saya mempercayai itu. "Tanpa cinta, kecerdasan itu berbahaya, dan tanpa kecerdasan, cinta itu tidak cukup".Â
Secara pribadi, saya sempat menjadi bagian dari rakyat yang hadir di Istana pada acara ramah tamah dengan Presiden RI pada 16 Agustus 1999. Tentu saja, sebagai rakyat yang kagum pada Presidennya, saya bersalaman (dan berfoto) dengan beliau.
Itu mengobati kekaguman saya pada beliau karena semasa saya masih merupakan pegawai yunior suatu lembaga pemerintah, saya berkesempatan melakukan kunjungan ke pabrik pesawat terbang Nurtanio di Bandung di tahun 1992.
Kebetulan, unit tempat saya bekerja merupakan pengelola alokasi dana proyek Nurtanio saat itu.Â
LMU Nurtanio adalah laki-laki kelahiran Kalimantan Selatan yang merupakan perintis industri penerbangan Indonesia. Baik Nurtanio dan Habibie pada akhirnya mendapat anugerah sebagai Bapak Dirgantara Indonesia di Acara Resepsi HUT TNI AU ke-73 di Halim Perdanakusuma, Selasa 9 April 2019.