Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Brondong Pelupa

26 Agustus 2019   11:41 Diperbarui: 28 Agustus 2019   09:38 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ilustrasi : Wallpaperup.com

'Mbak, ada yang pesan satu Gado Gado ga pedes lagi", Mas Karso membuyarkan pikiran yang sempat kesana kemari tak beraturan. Cepat, aku siapkan Gado Gado. Mas Karso sigap membuat Jus dan teh tawar hangat.

Nenurutku, Gado Gado tidak pedas adalah pesanan yang aku perlu perhatikan bauk. 

Bagi yang tak suka pedas, ada rasa cabe di gado gado bisa bikin marah. Aku tak mau itu. Tetapi, untuk yang suka pedas, bila pesanan salah, masih bisa dikoreksi dengan berikan sambal. Itu patokan yang  kuingat. Ha kecil, tapi penting.

Soal cara mengelola komunikasi dengan pelanggan, aku serahkan kepada Mas Karso. Siapkan pesanan dan menatanya di piring, juga bertanggung jawab di kasir sudah membuat aku sibuk.

Kepada mahasiswa, aku tetap ramah. Tapi aku pasang jarak. Aku tak mau berlaku terlalu ramah. Serba salah dan sulit untuk membatasi kegenitan cowok cowok kampus. Salah salah nanti aku dapat sebutan tukang Gado Gado genit. Ga ah. Aku cari duit untuk Ardi. Tak boleh aku tergoda hal tak penting.

Lagi pula, mahasiswa mahasiswa itu kan brondong bagiku. Usia mereka pada umumnya antara 18 sampai 25 tahunan. Apalagi, status sosial mereka adalah status sosial mahasiswa Jakarta yang aku asumsikan tak punya kepusingan soal duit kuliah.

Nama nama mahasiswa yang datangpun aku tak pernah coba ingat. Paling paling aku ingat seseorang bernama Bayu yang agak keterlaluan menggodaku. Pernah Bayu mencoba memelukku dari belakang ketika aku mengisi kaleng kerupuk yang hampir kosong. Aku marah karenanya. Biarlah kehilangan satu pelanggan, tetapi tak bisa ia berlaku begitu. Aku menjadi lebih berhati hati oleh karenanya. 

Tak kupungkiri, aku punya pengalaman lucu soal mahasiswa yang bisa kuingat namanya. Adimas. Ia mahasiswa Fakultas Tehnik Kimia dan jadi pelangganku selama setahun ini. Ia sudah lulus dua bulan yang lalu. Wajahnya tak lagi hadir di warungku. 

Dulu, Adimas sering datang sendirian. Sebetulnya ruang kuliahnya ada kampus utara. Cukup jauh dari warungku. Tapi ia selalu memarkir motornya di area dekat warung. Dan ia datang ke warungku hampir setiap hari.

Adimas selalu memesan hal yang sama. Gado Gado tidak pedas dan dengan tambahan beberapa kerupuk kampung dan kerupuk udang. Minum yang ia pesan selalu sama.  Teh hangat tawar dan jus jeruk murni. Dua gelas sekaligus. 

Adimas punya sudut favorit. Ia selalu duduk diam dekat "meja kerjaku",  tempat aku meracik Gado Gado di pojokan warung. Karena seringnya ia datang mampir, aku hanya tahu ia pelanggan setia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun