Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Brondong Pelupa

26 Agustus 2019   11:41 Diperbarui: 28 Agustus 2019   09:38 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ilustrasi : Wallpaperup.com

Walau Saskia bilang aku awet muda, bagiku, aku tak muda lagi lah. Usia 30 tahun yang penuh kerja keras.  Sejak Mas Hari, suamiku meninggal 5 tahun lalu karena motornya terseruduk truk pasir yang tabrak lari di Boyolali, aku kerja keras sebisaku. 

Untuk Ardi, anakku yang berumur 8 tahunlah aku bertahan.

Aku kenal Mas Hari sejak Bapak terkena stroke. Bapak jodohkan ia padaku.  Bapak memintaku untuk memahami pilihan menikah yang ia tawarkan. 

 Mas Hari, laki laki perjaka cukup umur itu juga bekerja di kantor Kecamatan. Kata Bapak,  paling tidak, gaji PNS yang tetap bisa menopang hidupku. Juga satu adikku. 

Bukan mudah untuk aku akhirnya setuju dengan Bapak. 

Sebetulnya,  aku bisa saja berjualan di toko atau melamar di perusahaan sepeninggal mas Hari. Toh aku berbekal ilmu yang kudapat di Fisipol sampai semester 4. Tapi, berapa sih upah dengan bekal ijazah SMA? Paling paling di bawah UMR. Berjualan gado gado di Jakarta lebih lumayan hasilnya. 

Gado Gadoku kubuat agak spesial. Sayuran lengkap seperti Gado Gado Arjuna Surabaya, tetapi Bumbu Gado Gado kutambahkan dengan sedikit kacang mede yang aku kulakan dari Purwodadi. Resep ini aku contek dari Gado Gado yang katanya seporsinya laku dijual Rp 59 ribu dan tetap sukses di Jakarta. Itu aku tonton di acara kuliner di Metro TV. Katanya agar legit. 

Meski bukan kerupuk udang mahal, kerupuk udang yang kupilihpun cukup enak. Kerupuk udang kukemas bersama bawang goreng. Kalau kerupuknya enak, kan pelanggan bisa beli buat ngemil. Jadi, sudah kuhitung itu semua. 

Pelanggankupun tampaknya tak keberatan dengan harga yang aku tawarkan. Rp 15.000 per porsi tanpa telur. Ini juga harga yang Mas Wahyu, sepupuku yang staf administrasi di rektorat sarankan. Ia bilang, di Jakarta Gado Gado yang enak harganya bisa antara Rp 30.000 sampai Rp 50.000 seporsi. Mahasiswa kampus ini anak orang kaya Jakarta. Jadi, seporsi Gado Gado dengan harga Rp 15.000 plus Rp 3.000 untuk tambah telur masih murah meriah, kata Mas Wahyu. Juga, mas Wahyu bilang para dosen perempuan lebih memilih makanan sehat. Gado gado sering dipesan untuk konsumsi rapat, mas Wahyu beri bocoran. Cukup untungnya. Apalagi aku tak harus bayar biaya transportasi yang mahal karena kontrakanku dekat kampus. 

Nama warungku 'Gado Gado Mbak Sri' juga gunakan pertimbangan bisnis.   Tak salah bila pelangganku memanggilku mbak Sri. Namaku sebetulnya Adiati. Tapi tak mungkin kan aku pakai merek "Gado Gado Adiati"?! Kurang menjual, kata mas Wahyu, ketika ia mendiskusikan info lowongan lapak warung di dekat area parkiran ini.

Aku sering iri mendengar obrolan mahasiswa tamuku. Soal pendaftaran ulang, beban SKS, ujian mid semester, ujian akhir semester. Sering kucuri dengar pembicaraan mahasiswa semester 6 dan 7 soal proposal skripsi yang bikin stress mereka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun