Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Brondong Pelupa

26 Agustus 2019   11:41 Diperbarui: 28 Agustus 2019   09:38 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ilustrasi : Wallpaperup.com

Satu hal yang aku suka. Beberapa kali, Saskia membawakanku buku buku bacaan. 

Bukan buku bacaan baru, memang. Tapi buku buku itu masih bagus sekali. Ada satu buku yang aku suka, the Great Getsby karya F. Scott Fitzgerald. Kata Saskia, itu bacaannya di kelas 2 SMA. "Mbak Sri baca ini ya. Ini novel terkenal. Penulisnya mati karena jantungan di usia muda di tahun 1940an. Jadi, selama hidup, dia cuma bisa jual 25.000 kopi bukunya. Eh, setelah mati malah dibaca jutaan orang dan jadi 'best seller', Saskia panjang bercerita. Seakan aku paham semua yang ia bilang. Ini yang aku suka kagum padanya. Ia baru duduk di semester 2 tetapi bisa cerita banyak hal.

Ini sebetulnya gara gara Saskia pernah memergokiku membaca Ronggeng Dukuh Paruk nya Ahmad Tohari ketika warung sepi. 

Bagiku cerita cinta antara Srintil, si penari ronggeng, dan Rasus, teman Srintil yang jadi tentara sangat menyentuh. Cinta sejati yang kandas. Dukuh Paruk yang miskin dan sering dirundung kemiskinan, kelaparan, dan kebodohan itu mirip desa asal bapakku. Gejolak politik tahun 1960 an itu berat. Novel semacam trilogi ini bagiku adalah hiburanku sejak tak kuliah lagi. 

Memang, sesekali aku baca novel berbahasa Inggris.  Biasanya, itu kupinjam dari Sinta, sahabatku. Apalagi di Solo, novel semacam itu bukan barang murah. Bagi aku yang anak PNS di Suku Dinas Pendidikan kecamatan, itu mahal. Soal kata bahasa Inggris sih mudah. Kan ada mas Google yang setia. 

Selain Saskia, tak banyak pelangganku yang bisa kuingat namanya. Mereka cukup banyak. 

Walau ada kantin di dekat auditorium, posisi warung ini tampaknya lebih strategis karena berdekatan dengan tempat parkir. Mahasiswa lebih sering mampir warung gado gadoku tinimbang ke kantin. 

 Saskia pernah bilang aku tukang Gado Gado tak biasa. Kebersihan warungku  dipujinya. "Gado gadomu ada taste, mbak". 

Saskia selalu bilang kagum pada rambutku yang hitam lurus dan tebal. Padahal aku selalu sembunyikan rambutku dengan cara mengikatnya ke belakang. Supaya ga ribet. 

Saskia bilang aku manis dan awet muda. Mungkin ia pernah mengintip KTP yang kuminta tolong Mas Karso, asisten warung, untuk buat foto kopinya. Itu waktu urusan pembaruan administrasi warung. 

Saskia pernah bilang cara berpakaianku tidak norak. Hah?! Rupanya tukang Gado Gado itu konotasinya berbaju norak ya, batinku geli. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun