Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Brondong Pelupa

26 Agustus 2019   11:41 Diperbarui: 28 Agustus 2019   09:38 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ilustrasi : Wallpaperup.com

Karena sering curhatan, Saskia sering memperlakukanku seakan aku kakaknya. 

Tiap hari Saskia datang ke warung. Pasalnya, Saskia selalu diantar jemput mas Yanto ke kampus. Pak Yanto, supir mobil Eropa bernomor B 234 ZA itupun jadi pelangganku. Ia biasa ngejus, sambil menunggu boss gadisnya. 

Dari Saskia, aku paham bahwa orang tuanya sangat protektif pada anaknya.  

Oleh ayah ibunya, Saskia hanya diperbolehkan naik mobil pribadi, dengan supir. Jangan harap kawan kawannya bisa mengajaknya pulang bersama. Apalagi kawan yang naik motor. Lupakan saja. Bus kotapun ia tak kenal.

Saskia sering bercerita, Ayah ibunya adalah orang tua berkarir. Sang ayah rupanya pengacara terkenal. Sang ibu konsultan keuangan di perusahaan asing.  

Beberapa kali Saskia juga cerita soal kakak laki lakinya yang sering bertengkar soal banyak hal dengan ayahnya. Soal pilihan berkuliah. Soal cara berpakaian. Soal pilihan berkendaraan. Banyak soal. 

Rupanya sang ayah tidak berhasil memaksa anak laki lakinya untuk bersekolah di Fakultas Hukum. Sang Ayah sangat ingin agar anak lelakinya meneruskan Law Firm nya. 

Sang ibu yang sangat menyayangi sang kakak, lebih banyak diam. Paling paling, ia akan masuk ke kamar kakak Saskia untuk melunakkan hati anaknya. Meski demikian, sang ibu sepakat dengan suaminya soal pilihan pacar anaknya.  "Bebet, bobot, bibit", kata Saskia. 

Aku hanya membatin. Ini rupanya pingitan jaman now. Apa ga lelah ya? 

Suatu saat Saskia bercerita bahwa kakaknya minggat dari rumah. Kakaknya yang senang mengendarai motor tak bisa kompromi lagi. Kebijakan anti motor itu sudah gila.  Orang tua Saskia haruskan anaknya gunakan mobil pribadi ke kampus. Mereka kuatir anaknya celaka karena motornya "Tahu kan, motor hanya beroda dua? Itu tak stabil. Banyak kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan kematian", demikian Saskia tirukan kalimat orang tuanya. Aku hanya melongo mendengarnya.  Lucu juga orang kaya Jakarta. Meski kutahu, meninggal di atas motor itu memang nyata. Mas Hariku, contohnya. 

Sebagai anak perempuan, Saskia tampaknya menuruti saja kata orang tuanya. Tapi, sang kakak lelakinya tak bisa. Ia tak ingin ke kampus dengan mobil pribadi. Minggatnya sang kakak membuat Saskia jadi kesepian. Kepadakulah, Saskia sering curhat. Pernah kutanya apakah ia punya sahabat. Saskia diam beberapa saat. "Sahabat susah didapat, Mbak Sri.  Ember". Memang, selama ini aku hanya mendengar. Bahkan, aku tak pernah bertanya lebih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun