Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Maafkan, Saya Bersembunyi Saat Idul Kurban

9 Agustus 2019   11:35 Diperbarui: 30 Juli 2020   12:56 12151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sapi untuk di Peternakan untuk Kurban (Sumber : Pixabay.com)

Saya bersyukur, akhirnya niat keluarga untuk beternak sapi kurban tidak direalisasikan. Rupanya malas ia untuk berdebat dengan saya. Tentu saja saya akan berdebat.

Melibatkan dana pribadi milik saya pada usaha yang saya sangat takut membayangkannya adalah satu hal yang seharusnya tidak terjadi, batin saya. 

Pada prakteknya, seluruh keluarga tetap melakukan kurban karena ini bagian dari ibadah dan keyakinan. Sementara, secara pribadi, saya terpaksa menyepi. 

Akhirnya Saya Pernah Berkurban Kambing 

Di sekitar tahun 2005an, saya turut serta menggerakkan kawan kawan dan sahabat untuk mendukung korban atau penyintas Tsunami Aceh yang terjadi Desember 2004. Dana terkumpul cukup banyak. Namun, kebutuhan selalu lebih banyak dari apa yang ada. Setelah upaya yang keras untuk kumpulkan dana dan dukungan, pada akhirnya habis juga dana pribadi saya. 

Saat itu di masa persiapan Idul Kurban, sahabat saya yang mendampingi korban atau penyintas di lokasi bencana mengatakan bahwa masih dibutuhkan hewan kurban untuk masyarakat penyintas yang memang miskin sekali.

Deskripsi sahabat saya betul betul membuat saya luluh. Saya akhirnya buka 'celengan' saya, meski saya tahu gajian masih sebulan lagi. Saya percaya rejeki akan datang. Jadi, dana saya kirimkan untuk niatan berkurban. 

Penerima kurban  adalah seorang ibu kepala rumah tangga atau janda beranak 3 orang. Rupanya, si ibu tidak menyembelih kambingnya, melainkan memeliharanya hingga besar. Bahkan, ia mengawinkan 'menggaduhkan' kambingnya. Mengharukan. 

Di suatu saat di sekitar tahun 2007an, kawan yang saya titipi dana kurban itu bercerita bahwa kambing si ibu telah berjumlah jadi 5 ekor dan si ibu pernah menjual seekor kambingnya untuk biaya sekolah anaknya. Si Ibu jadikan ternak kambingnya menjadi asetnya ketika ia butuh dana. Rasanya bahagia sekali saya mendengar cerita itu. 

Jadi, saya pikir, kurban kambing itu tidak selamanya harus dipotong pada saat Idul Adha, kan? Bahkan, si Ibu bisa menyekolahkan anak dari uang hasil kurban yang makin berkembang.

Saya menghibur diri saya bahwa niat berkurban itulah yang perlu jadi spirit. Bahwa bila pada akhirnya si kambing akan dipotong itu akan menjadi berbeda, karena kambing itu tidak menjadi bagian dari ritual yang di mata saya sudah menjadi industri. Saya memohon ampun kepada Allah atas pemikiran dan keputusan pribadi saya. Saya lakukan semata karena niat baik saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun