Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Budaya Kopi, dari Meneer Belanda, Warung Kopi, Ronda Malam sampai Hegemoni

6 Juli 2019   13:55 Diperbarui: 7 Juli 2019   14:03 958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kedai Kopi Wilayah Laki Laki di Sampoinet, Aceh Jaya (Dolkum

Kopi-kopi ini dibanderol mahal, antara Rp 25.000 sampai dengan Rp 60.000,-. Juga, masuk pula jenis Caf kopi Asia seperti Kopi Tiam, yang pada umumnya dimiliki oleh pengusaha nasional. 

Perkembangan Cafe Shop dan warung kopi terus meluas di Indonesia. Dan warung Kopi tetap memiliki status yang pentingnya Coba saja perhatikan, ketika kita hendak bertemu orang untuk membicarakan sesuatu atau sekedar melepas rindu, ajakan 'Ngopi yuk', mungkin sering kita dapatkan. 

Namun, jangan heran bila suatu hari anda (perempuan) ditolak oleh sebuah warung kopi di wilayah Aceh. Akhir akhir ini banyak berita yang mengatakan bahwa perempuan dilarang masuk wilayah kedai kopi yang sangat 'laki laki'. Dan Snda akan kehilangan kesempatan minum 'Sanger' Gayo.

Nah, kalau kemudian ada hegemoni kapitalis dan hegemoni laki laki di antara kopi, lalu bagaimana untuk kami? 

Pustaka: 1) Kopi Kenangan; 2) Kopi Lokal Terbaik, 3) Akulturasi Kopi; 4) Gender dan Kopi (Dati Fatimah dan Leya Cattleya)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun