Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Angka 7 yang Istimewa bagi Masyarakat Suku Dayak

30 Juni 2019   14:04 Diperbarui: 2 Juli 2019   22:58 992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Upacara atas kasus penistaan oleh Tamrin Tomagola (Kompas.com)

Angka Istimewa 
Pada banyak budaya, angka memiliki arti tertentu. Secara umum dan universal, angka 13 sering dihindari karena dianggap angka sial. Oleh karenanya, terdapat sebutan 'Celaka 13". Lalu ada pula 'Friday the 13th". Di kalangan masyarakat Cina, angka 13 dan jumlah dari angka itu, yaitu 4 dianggap sebagai angka yang membawa sial. Lihat saja di gedung gedung bertingkat yang meniadakan lantai 4, dan menggantinya dengan lantai 3A.

Sementara, juga di kalangan masyarakat Cina, angka 8 dianggap membawa kebaikan karena membawa arti lestari. Banyak merek dagang diberi merek dengan angka 8. Tak urung, Capres Pemilu 2019, Prabowo Subianto juga dipercaya penyuka angka 8.

Selain angka 8 dipakai sebagai kode panggilan Prabowo ketika masih menjadi prajurit, angka tersebut terus dipakai bahkan ketika ia menjadi komandan Kopasus.

Angka ini juga tertera pada kaos bolanya. Jumlah angka nomor plat mobilnya juga 8 bila dijumlahkan. Ini pernah ditulis oleh asumsi.co pada 12 Januari 2018.

Etnomatematika Dayak 

Tiwah upacara penghormatan kepada yang tiada (blogdewi.com)
Tiwah upacara penghormatan kepada yang tiada (blogdewi.com)
Bekerja di area Kalimantan dalam beberapa waktu ini membuat saya, mau tidak mau, melirik isu isu yang mengemuka di antara masyarakat Dayak.

Dalam hal angka, ada yang sangat menarik melihat realita istimewanya posisi angka 7 di kalangan masyarakat suku Dayak. Angka 7 dianggap sebagai angka keramat. Sayapun perlu berhati-hati menuliskan artikel ini. 

Pernah saya membaca dari suatu artikel seorang Kompasianer yang menuliskan bahwa angka 7 adalah angka 'sial' di kalangan masyarakat Dayak.

Namun, setelah saya membaca beberapa studi dan tulisan, rupanya kita tidak boleh membuat generalisasi secara serampangan. Terdapat kepercayaan dan aturan yang berbeda di antara masyarakat sub-suku Dayak yang berbeda terkait angka 7 ini.

Misalnya, di kalangan masyarakat Dayak Tomun Lamandau, angka 7 merupakan angka kesempurnaan. Angka tersebut mempunyai makna keselarasan, simbol rejeki. Juga, di masyarakat ini, pada prosesi adat di sungai, acara selalu dimulai pada pukul 7 malam. Pada saat itu, acara adat akan terdiri dari pembacaan doa doa, melakukan mustawarah untuk menentukan batas air tuba.

  • Di masyarakat Dayak Tomun Lamadau pula, upacara adat Kwangkay adalah salah satu puncak upacara adat yang dilakukan oleh suku Dayak Benuaq yang tinggal di pedalaman Kalimantan Timur. UPacara ini dilakukan dengan perhitungan waktu 7 hari atau kelipatan dari 7 hari dalam pelaksanaannya. Angka 7 menurut mitologi penciptaan adalah angka mati untuk Ape Bungan Tanaa. Oleh karenanya, angka 7 perlu dipergunakan sebagai dalam penyelenggaraan upacara kematian.
  • Angka 7 juga dipakai dalam 7 Protokol Dayak yang merupakan hasil kesepakatan kongres internasional Dayak yang dihadiri perwakilan masyarakat Dayak dari Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim, Kaltara, Sabah, dan Sarawak. Terdapat tujuh poin utama dalam deklarasi tersebut, di antaranya jati diri dan pranata kehidupan dunia, membangun peradaban, hidup dalam keselarasan dan keserasian, kekayaan fisik dan non fisik, bumi yang terjaga, kesehatan manusia dan pengetahuan inovasi dan kewirausahaan. Protokol ini diharapkan memberikan warna dalam pembangunan di seala bidang (Kompas.com, 27 Juli 2017).
  • Mantan Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) mengatakan kepada liputanenam.com pada 10 Juni 2017 bahwa ia adalah saksi penetapan Kalimantan Tengah oleh Bung Karno sebagai Provinsi ke 17. Tanggal peresmiannya bahkan dipilih pada 17 Juli 1957. Ini membuat angka 7 itu juga keramat di wilayah Palangkaraya.
  • Hukumonline.com pernah menuliskan tbahwa hukum adat kerap dianggap antara ada an tiada, namun ini berlaku di kalangan masyarakat adat. Dalam unggahan artikelnya pada 21 April 2012 menyebut kasus tuntutan masyarakat adat yang dikenakan kepada Pak Tamrin Tomagola, seorang akademisi dari Universitas Indonesia (UI) yang memberikan komentar terkait masalah hubungan seksual untuk masyarakat Papua, Mentawai dan Dayak, yang berdasarkan hasil penelitiannya, perbuatan yang tidak tabu. Istilah tidak tabu itu mendapat keberatan dari masyarakat adat Dayak Sangkiang Kalimantan Barat. Bukan hanya dayak dari Kalbar, dayak dari Kalimantan Timur (Kaltim), Kalimantan Selatan (Kalsel) dan Kalimantan Tengah (Kalteng) juga keberatan. Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) yang diketuai oleh Gubernur Kalteng Teras Narang pun turun tangan. Akhirnya, Thamrin dihukum di Kalteng sesuai hukum adat dayak. Sanki dikenakan dengan hukuman sebanyak Rp 77.777.000. Angka 7 itu dianggap sebagai angka keramat di kalangan masyarakat Dayak.
  • Yang menarik, hukum acara kasus Dayak ini menyerupai sistem delik aduan pada hukum Indonesia. Pertama, masyarakat melaporkan ke dewan adat. Lalu, dewan adat menyidangkan dan menghukum orang yang dilaporkan. Setelah itu, yang bersangkutan menjalani sanksi yang dijatuhkan kepadanya. Dana itu digunakan untuk menyelenggarakan peragaan adat dan disimpan sebagai dana abadi yang diperuntukan untuk masyarakat dayak. Hukum adat ini efektif. Terbukti bahwa belum ada yang menolak untuk membayar denda.

Sub-suku Dayak sangatlah berbagai dan kepercayaan akan makna angka 7 juga bervariasi. Di kalangan Dayak Kanatyan, angka 7 merupakan angka tertinggi dan memiliki kegenapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun