Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Nama dan Identitas Dayak, dari Upacara Adat Sampai Upaya Lepas dari Diskriminasi

21 Juni 2019   09:50 Diperbarui: 22 Juni 2019   06:08 2370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga Suku Dayak di Desa Pampang, Kecamatan Samarinda Utara, Provinsi Kalimantan Timur. (KOMPAS.COM/BARRY KUSUMA)

Penampil Kesenian Adat Kalimantan Timur Di Taman Mini Indonesia Indah (Dokumentasi Pribadi)
Penampil Kesenian Adat Kalimantan Timur Di Taman Mini Indonesia Indah (Dokumentasi Pribadi)
Ini menarik, rupanya, mengikutsertakan nama anak tertua ini ternyata bukan hanya ada di budaya Sasak Lombok dan di sebagian wilayah Jawa Tengah, tetapi juga ada di antara masyarakat Dayak.

 Tanpa bermaksud membuat generalisasi, dan pengelompokan ini mungkin tidak belaku pada suku tertentu, secara umum, bila dibagi dalam kenangan lini waktu, maka pemberian nama dapat ditengerai sebagai berikut:

1. Masa Tradisional. 

Pada masa masa tradisional, pemberian nama adalah diambil dari bahasa Dayak, yang dikaitkan dengan kenangan alam flora dan faunanya. Menurut saya, ini indah sekali.

Suatu tulisan oleh Eric Hansen "Stranger in the Forest: On Foot Across Borneo" (1988), mengkisahkan tentang suku Kelabits yang hidup di wilayah Serawak. Ia menyampaikan bahwa terdapat nama nama seperti Tama Bulan, yang artinya ayah dari bulan. 

Eric menemukan pula bahwa pemberian nama bisa berkaitan dengan suasana. Ia menyebut seorang Dayak bernama Balang Nakrai yang artinya auman harimau. Ada pula Bayah Punga yang artinya buaya yang sesungguhnya.

Pada tulisan itu, Eric mencatat bahwa orang Dayak bisa mengganti nama anak karena suatu peristiwa yang membawa kesan. Misalnya, Peder Ulun yang berarti banyak kesedihan. 

Nama ini diberikan ketika seseorang yang kehilangan anaknya di masa penjajahan Jepang, dan kemudian mengganti nama anaknya untuk memberikan gambaran situasi peristiwa yang ia kenang.

Penggantian nama itupun dilakukan dengan upacara di rumah betang.

Terdapat contoh contoh nama kenangan, misalnya Inandiu yang berarti tempat untuk mandi. Ada pula nama Inantudu, yang artinya tempat untuk duduk. 

Seribu Munung yang berarti seribu wajah. DO-Eelah yang berarti sangat pintar. Ini mungkin mirip arti Jan Ethes, cucu Jokowi. :)  Nap-an Aran yang berarti penghargaan tersembunyi. Siron Lemalun, berarti lihatlah aku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun