Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Mothers' Day" 2019, Hari Ibu yang Sunyi

13 Mei 2019   20:00 Diperbarui: 14 Mei 2019   09:32 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemarin 12 Mei adalah peringatan Hari Ibu atau sering disebut 'Mothers' Day'. 'Mother Day' ini diciptakan oleh Anna Jarvis pada 1908 dan menjadi hari libur nasional di Amerika pada tahun 1914. Dalam perkembangannya, Anna Jarvis mengkritisi adanya komersialisasi dari peringatan ini. Baginya, 'Mother's day' yang hanya melanggengkan kebiasaan memberikan hadiah bunga dan kartu tanpa suatu nilai yang tulus akan menjadikannya sebagai ritual saja. Makna 'Mothers' Day' diharapkan ada dengan nyawa. 

Sejarah "Mother's Day".
Sejarah peringantan pada peran Ibu dan keibuan telah ada sejak masa Yunani kuno dan juga Romawi kuno. Peringatan dilakukan dengan festival yang sering disebut sebagai peringatan Dewi Rhea dan Cybele. Keduanya adalah mitologi Yunani terkait Ibu dari Dewa Dewa yang ada. 

Ilustrasi Dewi Rhea (urbanasia.com)
Ilustrasi Dewi Rhea (urbanasia.com)
Di Inggris dan Eropa, 'Mother's Day' pernah diperingati sebagai Minggunya Ibu yang jatuh pada minggu keempat dan umat Kristen kembali ke gereja tempat mereka lahir. Dalam perkembangannya, peringatan 'Mother's Day' menjadi lebih sekuler, tidak terkait dengan agama Kristen.

Peringatan 'Mother's Day' menjadi peringatan anak dan masyarakat untuk menghargai Ibunya dan juga perempuan yang menjadi ibu. Memberikan bunga dan hadiah adalah gambaran untuk memberikan penghormatan dan apresiasi. 

"Mother's Day' di Amerika akhirnya menjadi hari nasional pada tahun 1930an. Studi menunjukkan bahwa pada hari itu,  jumlah lalu lintas percakapan telpon yang meningkat hingga 37% dari hari biasa di Amerika. Anak menelpon ibunya. Suami menelpon istrinya.  

Kemarin, ucapan ucapan 'Mother's Day' juga berseliweran melalui media sosial di sekitar kita. WA sayapun menerima beberapa ucapan. "Love is a Mom" saya terima dari seorang sahabat dari Equador. 'God could not be everywhere, and therefore he made mothers' saya terima dari seorang sahabat dekat yang tinggal di Jakarta. "Make this Mother's Day Her Best One' saya terima dari seorang kawan kerja. Anak saya mengirim "I love you, Mom', pendek tapi menyentuh. 

Yang menarik, seorang sahabat meneruskan apa yang ia baca dari suatu media sosial ke WA saya.  "Seekor cicak jatuh ke dalam kolam buaya, di tengah kegentingan nyawanya, ia memeluk si buaya dan bersuara lantang: "Mama, Happy Mother's Day". Si buaya terdiam, kemudian mengeluarkan air mata: "Kenapa kamu jadi kurus begini?". Hahaha. Saya tertawa terbahak, namun membayangkan bahwa itulah yang akan dilakukan seorang ibu, sekalipun ia seganas buaya. Ibu Buayapun akan tersentuh dan meleleh dengan ucapan 'Happy Mothers' Day' dari seekor cicak. Sejatinya, itu pesan yang luar biasa. Terima kasih, sahabat! 

'Mothers' Day' Lintas Negara
Peringatan 'Mother's Day' memang bukan budaya asli kita. Sayapun mendisiplinkan diri untuk sedikit mengkoreksi pengirim ucapan "Selamat Hari Ibu' pada tiap 22 Desember kepada kawan yang gunakan nada dan pesan seperti 'Mothers' Day", karena memang keduanya sangat berbeda. Banyak kawan yang memperlakukan 'Hari Ibu' di Indonesia seakan sebagai peringatan dan terima kasih kita pada ibu yang melahirkan kita. Padahal, Hari Ibu yang diperingati pada 22 Desember adalah peringatan pada perjuangan perempuan Indonesia yang melakukan konggres perempuan Indonesia yang pertama pada 22 Desember 1928. Peristiwa itu mencatat kesadaran perempuan akan pentingnya politik dan kemerdekaan.

Di kali lain, ada pula ucapan 'Happy Women's Day' yang juga 'terpeleset' diucapkan dengan nada ucapan pada perempuan dalam peran keibuannya. International Women's Day (IWD) atau Women's March adalah peringatan yang telah dideklarasikan Persatuan Bangsa Bangsa pada 1945 akan pentingnya kesetaraan antara perempuan dan laki laki di dunia. IWD sendiri memiliki sejarah panjang sejak tahun 1909 ketika Partai Sosialis Amerika memperingati demo dan pawai perempuan pekerja industri garmen yang menuntut keadilan dan perbaikan nasib pada 1908.

Di kali lain, pada peringatan Hari Kartini di tanggal 21 April, sebagian dari kita juga cenderung menyeret peringatan yang mengajak pada penghormatan perempuan sebagai ibu. Ini juga sedikit mengganggu, karena esensi hari itu adalah memperingati perjuangan Kartini atas kesetaraan perempuan dan laki laki. 

Memang, ini tantangan bagi kita di Indonesia untuk memaknai peringatan hari hari yang berkaitan dengan perempuan dan Ibu. Namun dipahami, karena esensi hendak kemuliakan perempuan dan ibu, meski kemudian yang dilakukan agak salah kaprah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun