Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Anggota Muda Usia di Kabinet yang Akan Datang, Mengapa Tidak?

26 April 2019   11:33 Diperbarui: 28 April 2019   12:27 1105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Syed Saddeq| Sumber: Yusof Mat Isa

Menteri Muda yang Progresif
Beberapa bulan terakhir ini, saya secara langsung menyaksikan dan mengalami bekerja bersama dengan kelompok milenial. Di salah satu proyek tempat saya bekerja, saya direkrut oleh orang-orang muda berkebangsaan Inggris seusia anak saya. 

Saya memiliki mitra kerja sesama warga Indonesia yang seusia anak saya. Dan, jangan salah. Mereka sangat berpengetahuan, profesional, cerdas, dan cekatan. 

Mereka memiliki kepercayaan diri menghadapi tim ekspatriat dan juga pejabat yang kami temui. Ini merupakan pembuktian pada keyakinan saya selama ini tentang masa kini sebagai milik generasi milenial, generasi muda. Bagi saya, menjadi orang tertua di antara generasi milenial yang cerdas di dalam satu ruang pertemuan itu juga membuat saya belajar banyak. 

Kita saksikan, di dunia bisnis, generasi milenial sudah merajai pasar, bukan hanya pada bisnis startup yang selalu dibicarakan tetapi juga di dunia perbankan, jasa keuangan, kewirausahaan dan di bidang perdagangan. Kelompok muda juga sudah menduduki posisi penting sebagai profesional dan posisi pimpinan korporasi di perusahaan persero.

Bagaimana dengan kabinet kita yang akan datang? Saya rasa inilah saatnya memiliki menteri yang muda, yang inovatif, tangkas, dan penuh gairah kerja.

Mohon maaf atas ketidaksopanan saya, namun sungguh saya malas membayangkan menteri kabinet yang dititipkan oleh partai koalisi yang biasanya mencalonkan "old fashion" atau berpandangan lama, dengan pengalaman kerja yang kurang pas, dan masih berhubungan dengan elit politik. 

Indonesia sudah terlalu lama harus menerima kabinet hasil koalisi, negosiasi, dan kong kali kong. Bagaimana akan menjadikan Indonesia yang berkemajuan bila cara pilih menterinyapun bagaikan bagi-bagi jatah makan siang. Ini perlu keterbukaan partai. 

Sebaliknya, saya dengan gembira mengusulkan pencalonan menteri dari kalangan muda dan juga perempuan. Tentu akan ada tarik-tarikan di antara partai koalisi, namun kepentingan yang lebih besar untuk bangsa ini, bolehlah membuat kita berpikir beda. Bosan juga jadi bangsa dengan kabinet dan parlemen yang tak berkembang. 

Partai koalisi perlu memikirkan calon-calon mudanya. Berita tentang tawaran Muhaimin Iskandar kepada Tsamara Amany Alatas yang saat ini berada di bawah bendera PSI untuk menjadi wakil ketua PKB adalah signal kuat bahwa PKB terbuka dengan keberadaan pemimpin muda. Memang tawaran itu sempat membuat pencetus PSI sebal karena terkesan ada upaya penggembosan PSI yang memang sejak lahirnya adalah progresif dan agresif. 

Keberadaan menteri-menteri muda di kabinet beberapa negara terbukti memberi harapan. Ini bisa menjadi inspirasi kita.

Di Malaysia, Mahatir Mohammad, perdana menteri tertua (92 tahun) menunjuk Syed Saddig (25 tahun) sebagai menteri termuda pada 2 Juli 2018 yang lalu. Yang menarik, selaku Menteri untuk Pemuda dan Olahraga, Syed meminta stafnya memanggilnya 'Bro'. Sebagai Menteri Olahraga dan Pemuda ia melahirkan program-program yang sesuai dengan kebutuhan orang muda, misalnya program kepemimpinan pemuda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun