Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Apa yang Saya dan Perempuan akan Dapatkan dari Pemilu 2019?

16 April 2019   03:53 Diperbarui: 16 April 2019   08:19 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi theconversation.com

Terima kasih pada berbagai lembaga perempuan yang bekerja keras untuk mendorong dan mengajak partai untuk memenuhi minimal kuota 30 % perempuan yang ditetapkan oleh Undang Undang Pemilu dan Undang Undang Partai Politik. 

Bagaimana dengan substansi Caleg perempuan ini? Kita perlu memantau kapasitas dalam menjalankan 3 peran utama legislator, yaitu kapasitas menyusun perundangan, kapasitas menyusun anggaran, dan kapasitas melakukan pengawasan. Apakah partai masing masing telah memberikan bekal memadai? 

Dari pengalaman yang lalu, termasuk dari studi yang saya lakukan, hampir semua anggota DPR yang baru memasuki masa tugasnya, baik perempuan maupun laki laki pada umumnya tidak paham 3 tugas utama mereka. Biasanya, diperlukan paling tidak satu tahun pertama masa tugas bagi mereka untuk memahaminya. 

Ada hal lain yang menarik soal substansi. The Policy Analyses of Conflict (IPAC) menyampaikan "If the 212 movement reinvented Muslim political identity in majoritarian terms, it also activated women's political agency along conservative lines: mothers must mobilize against Jokowi in order to protect their children from un-Godly communism, homosexuality, and other moral threats associated with Jokowi's camp". 

Dalam terjemahan umumnya "Selain gerakan 212 menghidupkan kembali politik identitas dalam arti luas, ini juga mengaktivasi agenda perempuan dalam politik dalam garis yang konservatif. Kaum Ibu harus memobilisasi diri melawan Jokowi yang disebutkan untuk melindungi anak anak dari ancaman Komunis tak berTuhan, homoseksualitas, dan ancaman moral yang berhubungan dengan kelompok kelompok pendukung Jokowi". Ditambahkan oleh laporan itu bahwa sebetulnya pemikiran seperti itu sebetulnya telah berkembang sejak Pilkada DKI 2017.

Mengapa Feminis Disalahartikan? Ada Laki Laki Feminis Lho

Dyah Ayu Kartika melalui newmandala.org menyampaikan bahwa Pemilu 2019 menggarisbawahi tumbuhnya pengaruh caleg caleg perempuan yang anti pemikiran dan keberadaan feminis yang sebetulnya telah lama memiliki kepemimpinan perempuan yang kuat dan bekerja memberdayakan perempuan selama bertahun tahun di akar rumput.

Kita ingat beberapa nama seperti Ibu Aisyah Ammini dari PPP, Ibu Tuti Alawiyah, Ibu Siti Nordjanah dari Muhammadiyah? Mereka hanya sebagian dari individu dengan pemikiran feminis. 

Dan, seperti yang kita duga, banyak pemahaman yang salah tentang apa itu feminis. Feminis diartikan sebagai perempuan pemberontak yang tidak mau mengurus rumah dan anak, misalnya. Atau feminis diartikan sebagai kelompok perempuan yang melawan suami dan laki laki. Lha ya salah kaprah.

Kita gunakan saja acuan yang populer yaitu Wikipedia "Feminis adalah kelompok yang memperjuangkan hak perempuan berdasarkan kesetaraan perempuan dan laki laki." Oleh karenanya, feminis bukan hanya perempuan. 

Terdapat laki laki yang juga feminis. Untuk memudahkan kita melihat siapa itu feminis laki laki, di antara Kompasianer, saya melihat kawan kita pak Felix Tani dan Bobby Steven adalah dua laki laki feminis yang ada di Kompasiana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun