Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hormati Gurumu, Sayangi Teman

11 Februari 2019   17:00 Diperbarui: 13 Februari 2019   22:07 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image credit: graphicstock

Beliau juga mengajarkan bagaimana menulis tebal tipis huruf ha na ca ra ka. Itu semuanya melalui buku yang kami saling tukar setiap hari itu. Dan, luar biasanya, untuk semua yang pak Wig lakukan, kami tidak membayar sepeserpun. Juga tidak pernah diminta bayaran. 

Kami lakukan itu seakan biasa saja. Tentu orang tua sayapun turut memberikan bantuan ketika saya belajar, tetapi pak Wig ini betul betul tokoh guru yang ada di kepala saya. Beliau mengingatkan saya pada tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantara. Sederhana dan ikhlas membagi ilmu pada murid muridnya. 

Ki Hajar Dewantara (Quipper)
Ki Hajar Dewantara (Quipper)
Juga, di SMPN 1 Semarang, saya mempunyai seorang guru sejarah yang seru. Ibu Suhardjo. Belia paling sepuh di antara guru. Namun suaranya paling lantang. Beliau mengenakan kebaya dan kain batik panjang, rambutnya bergelung jawa. Beliau cukup galak, bila dibandingkan dengan ibu dan bapak guru lain. Galaknya sederhana. Kami tidak boleh berbicara di kelas. Posisi duduk siswa harus tegap menghadapnya. 

Sering kali, di kala kami harus menghapalkan suatu tema, kami dipanggilnya maju ke depan. Kebetulan memang sejarah adalah salah satu pelajaran favorit saya. Saya senang sja dipanggil ke depan. Suatu saat, ketika saya sedang diminta maju menhapal suatu tema di depan kelas, tiba tiba bu Suhardjo meminta saya menggaruk punggungnya. 

Kikuk saya melakukannya, karena wajah beliau tetap datar seperti sedang marah. Padahal memang begitulah ekspresinya. Lucu juga sih, menggaruk punggung guru di depan kelas.

Ada lagi ibu Siti Asma. Ibu Asma adalah guru agama di SMP.Kebetulan putrinya, dik Yayah adalah sahabat saya di kelas. Setiap hari saya jemput 'ampiri' dik Yayah berangkat ke sekolah. Kamipun pulang bersama. Bukan karena saya sahabat dik Yayah, lalu saya dekat dengan ibu Asma. Ibu Asma memang guru kesayangan. 

Sebagai guru agama perempuan, beliau sangat progresif. Luas pengetahuannya.  Di saat adik saya yang muslim menikah dengan seseorang yang beragama Katolik, kepada ibu Asmalah adik saya berkonsultasi. Semoga ibu Asma dan dik Yayah khusnul khotimah, damai bersamaNya. Kehilangan keduanya adalah sesuatu yang menyedihkan karena mereka adalah orang orang istimewa di hati saya.  

Guru saya di SD, SMP dan SMA selalu meninggalkan kesan luar biasa. Setiap kali kami, mantan mantan murid bereuni, guru guru kami adalah orang pertama kami ingat untuk kami undang atau untuk kami siapkan hadiahnya. Selalu ada rindu. 

Pada 5 Februari 2019 yang lalu, kami kehilangan seorang guru luar biasa, pater Nicolas Dumais SJ. Beliau adalah guru saya semasa SMA di Kolese Loyola di Semarang. Beliau meninggalkan kami semua pada usia 80. Adalah Dr Ninok Leksono MA, Redaktur Senior Kompas yang menuliskan memoir dan membaginya di WA 'Pater Dumais: Bahasa, Musik, Cinta Alam, dan Ke-Indonesiaan'. Ia menulis tentang betapa pater Dumais telah memberikan kasih dan dikasihi selama hidupnya.

Tentu kami paham dan ingat dengan apa yang mas Ninok tuliskan. Kami merasakan hal yang sama, meski berbeda angkatan. Pater Dumais menanamkan cinta pada ilmu linguistik, khususnya bahasa Inggris melalui lagu. Bahasa Inggris ini modal bagi kami semua hingga kini. Kami semua dibuat hapal 'the Happy Wanderer', 'the Melody Fair', "Crying in the Chappel', dan lain lain. Perbendaharaan kata kata bahasa Inggris kami menjadi baik oleh karenanya. 

Pater Dumais mengajarkan kami kepemimpinan dan cinta lingkungan melalui lintas alam dan naik gunung. Memang karena sesuatu hal, saya tidak pernah turut naik gunung bersama beliau. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun