Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Beauty Artikel Utama

Ketuntasan Tenun yang Bernama Seriri

14 Januari 2019   22:59 Diperbarui: 15 Januari 2019   10:51 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Nine Penenun Pringgasela Selatan

Sangatlah menyenangkan bisa bersama 3 orang Nine Penenun dari Pringgasela Selatan, Lombok Timur. Itu terjadi  pada pertemuan kami selama lima hari di Jakarta di Desember tahun yang lalu. Tiga penenun ini adalah Inaq Sri Hartati, Inaq Neli dan Inaq Ida. (Inaq adalah panggilan kepada perempuan dewasa di Lombok). Juga ada rekan rekan Gema Alam NTB. Selain saya bisa belajar soal tenun pewarna alam yang indah,  saya bisa banyak mendengar cerita dan kisah kain tenun itu.

Inaq Neli bercerita soal Songket Mudi, misalnya. Walau nampak sederhana, ternyata proses pembuatannya sulit karena terdapat motif sulam di atas penyongketannya. Kain benang sulam menonjol dan muncul tak terputus di sekeliling kain. 

Baik kain tenun dan benang sulam diproses dari pewarnaan alam selama 1 bulan. Untuk warna salem ini, pewarnaan berasal dari kulit Kayu Banten tua yang mengalami perebusan selama 4 sd 5 kali. Kain ini biasa dipakai oleh perempuan dan laki laki, pada acara adat perkawinan "Sorong Serah' (Seserahan), atau pada Hari Raya. 

Biasanya motif yang disulam adalah berbentuk seperti ani ani atau dalam bahasa Sasak disebut 'Rengkapan". Menurut para penenun, hal ini diinspirasi dari kerja petani perempuan yang melakukan panen padi dengan ani ani. Untuk warna hijau, maka proses pewarnaan menggunakan warna daun katuk dan Pepaya sehingga muncul warna hijau. Untuk menghasilkan sepotong sarung ini, Inaq Shanim biasanya membutuhkan waktu 2 bulan.

Tenun Pewarna Alam Kualitas Prima (Foto : Nine Penenun Pringgasela Selatan)
Tenun Pewarna Alam Kualitas Prima (Foto : Nine Penenun Pringgasela Selatan)
Lalu, Inaq Nely bercerita soal Tenun Sundawa. Untuk tenun yang dibuat oleh Inaq Rupaiyah ini, pewarnaan orange perlu dilakukan dengan memproses kulit Kayu Banten dan kulit Nangka beberapa kali. 

Proses beberapa kali ini dilakukan hingga warna yang dikehendaki tercapai. Motif Sundawa ini dibuat karena inspirasi perempuan yang beristirahat di ranggon (tempat istirahat di sawah) dan dengan air sungai mengalir deras di bawahnya. Motif ini biasanya dikenakan pada saat Sorong Serah, acara adat, dan acara resmi

Tenun ketiga yang menjadi diskusi kami adalah Tenun Bayanan Indigo. Inaq Sri Hartati bercerita bahwa warna biru dongker atau indigo dilakukan dengan proses pewarnaan dengan tumbuhan Tarum atau Indigovera yang biasanya dibeli dengan harga Rp 200.000 per ikat di desa Sambelia. 

Motif Bayan terinspirasi dari seorang perempuan yang berasal dari Bayan, Lombok Utara yang tersesat di hutan Bayan dan menemukan alat tenun yang sudah ada benangnya dan dicoba untuk menenunnya. Saat sudah sampai 1 meter, datang seekor ular besar dan binatang buas lainnya. Karena takut melihat binatang binatang itu, perempuan itu lari ketakutan. 

Hal tersebut berulang hingga penenun berganti sebanyak 3 kali. Perempuan ketiga adalah seorang Papuq atau nenek ternyata bisa menyelesaikan tenunnya karena ia tidak takut pada binatang puas tersebut. Kain ini biasanya dipakai pada saat acara pengantin, Sorong Serah, Adat dan Mandi Pengantin, serta acara Nyondol (melangkahi urutan perkawinan dai antara saudara). kain ini dibuat oleh Papuq Komalasari yang berusia 75 tahun.

Motif Srimenanti. Warna coklat terbuat dari kulit Banten, sementara warna putih dan biru dari indigo phon Tarum. Srimenanti berasal dari nama seorang gadis yang dilamar oleh seorang bangsaan. Namun si bangsawan pulang ke istananya dan tidak pernah pulang. Sri terus menunggu sambil menenun. Sementar sang bangsawan, sampai dengan kisah tenun diselesaikan, tak pernah kunjung datang. 

Penenun kain ini adalah Inaq Fatimah, 43 tahun. Warna coklat terbuat dari kulit Banten, sementara warna putih dan biru dari indigo phon Tarum. Srimenanti berasal dari nama seorang gadis yang dilamar oleh seorang bangsaan. Namun si bangsawan pulang ke istananya dan tidak pernah pulang. Sri terus menunggu sambil menenun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun