Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Capres, Makanan Kesukaan dan Kebijakan Pangan

13 Januari 2019   19:10 Diperbarui: 18 Februari 2019   08:54 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Wordpress.com, Busy.org, Selera.com, The Jounal.ie

Profesoer Albala juga mengatakan bahwa sering kali kantor kepresidenan punya sikap menolak kenyataan atau 'denial' tentang kesukaan akan makanan presiden mereka yang sesungguhnya. Soal Presiden Bill Clinton yang suka hamburger (sebelum menjad vegan), misalnya, tidak pernah disebutkan. Bagaimana dengan tidak fleksibelnya Trump pada jenis makanan, misalnya, tidak juga muncul di permukaan. Trump, misalnya, menolak hampir semua makanan yang asing baginya. Hal ini sering tidak diakui, karena hal tersebut juga menggambarkan sifatnya yang tidak fleksibel dan tidak mau mendengar saran orang lain. 

Profesor Ken Albala menyampaikan bahwa, walaupun makanan seorang presiden tidak selalu menentukan bagaimana ia mempengaruhi cara makan masyarakat dan juga kebijakan pangannya, tetapi selera makan menunjukkan seperti apa presidennya. 

Adalah menarik untuk menyaksikan mantan Presiden Amerika, Obama yang hadir pada the Global Food Innovation Summit in Milano, Italy, dan mengingatkan pengaruh pola konsumsi masyarakat pada perubahan iklim. Ia menyebut peningkatan konsumsi daging di antara masyarakat di Negara yang penduduknya banyak dan saat ini meningkat pendapatannya, seperti Cina, India dan Indonesia, akan berpengaruh pada perubahan iklim. Dia menambahkan bahwa mungkin hanya petani yang paham mengapa sapi menghasilkan methan dan bagaimana ini berpengaruh pada gas rumah kaca. Artinya, makan leibh banyak sayur dan mengurangi porsi stik anda adalah anjurannya (qz.com)

Presiden Indonesia, Makanan Kegemaran dan Kebijakan Pangan

Bagi semua presiden Indonesia, baik yang dipilih dengan proses demokratis ataupun tidak, kebijakan pangan adalah amat sangat penting. Ini berkaitan erat dengan kondisi rakyatnya. Turun naiknya harga pangan menjadi ukuran kepercayaan jalannya pemerintahan. Bahkan, harga beras jadi penting pada hari diselenggarakannya pemilu.

Tentu sejarah pertanian, temasuk padi,  Indonesia perlu dipahami sebagai warisan masa kerajaan kuno, seperti antara lain, Sriwijaya. Adalah kolonialisme Portugis dan Belanda yang kemudian yang merubah komoditas andalannya menjadi rempah rempah dan juga tanaman keras.  Di bawah ini rangkuman dari Kebijakan Pangan di Indonesia, Suatu Tinjauan (Leo Kusuma, 2013).

Baiklah, kita coba lihat lagi makanan kesukaan Presiden Indonesia dan kaitannya dengan kebijakan pangan mereka.. Apakah makanan kesukaan para Presiden RI mempengaruhi kebijakan pangannya?

Presiden Soekarno. 

Presiden Soekarno menyukai makanan-makanan tradisional seperti nasi jagung, sate, rawon dan sayur lodeh. Menurut presiden Soekarno, nasi jagung melambangkan kerja kerasa petani saat ini dan membuktikan indonesia sebagai bangsa agraris. Satu lagi makanan favorit presiden Soekarno yang kini sudah punah yakni Bagar Hiu, daging ikan hiu yang dimasak seperti rendang. 

Setelah masa Proklamasi, kebijakan pangan presiden Sukarno adalah membangun sektor pertanian di segala bidang. Melalui Kementrian Kemakmuran Rakyat yang dipimpin oleh Menteri Mr. Sjafruddin Prawiranegara, dibentuklah Jawatan Perikanan yang mengurusi kegiatan-kegiatan perikanan darat dan laut. Program swasembada beras dicanangkan pada periode 1952-1956, melalui Program Kesejahteraan Kasimo dengan didirikannya Yayasan Bahan Makanan (BAMA) dan berganti Yayasan Urusan Bahan Makanan (YUBM) pada 1953-1956.

Sukarno berfokus pada beras dan jagung, sesuai dengan budaya bercocok tanam masyarakat.  Sentra padi dibangun oleh Yayasan Badan Pembelian Padi (YBPP). Kebijakan pangan saat itu adalah pemenuhan kebutuhan dalam negeri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun