Mohon tunggu...
Levi William Sangi
Levi William Sangi Mohon Tunggu... Petani - Bangga Menjadi Petani

Kebun adalah tempat favoritku, sebuah pondok kecil beratapkan katu bermejakan bambu tempat aku menulis semua rasa. Seakan alam terus berbisik mengungkapkan rasa di hati dan jiwa dan memaksa tangan untuk melepas cangkul tua berganti pena".

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ditolak Negara Luar Akibat Kandungan Pestisida Berlebih, Akhirnya Kita Juga yang Habiskan

11 Agustus 2019   11:02 Diperbarui: 14 Desember 2019   19:21 4802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanaman Kacang Panjang.  Dokpri

Oleh : Levi William Sangi (Poktan "Hulu Liwon")

Suatu hari nanti kita semua akan melihat kembali ke masa gelap pertanian dan kita akan geleng kepala sembari berkata "Bagaimana bisa kita dapat percaya bahwa menumbuhkan tanaman dengan racun adalah ide yang Baik? " (Jane Goodal) 

Setiap kali saya membaca tentang berita atau mengikuti berita tentang kebijakan-kebijakan di sektor pertanian, dari semua berita yang saya baca dan yang pernah saya simak tentang masalah sektor pertanian di Indonesia, hampir tidak ada yang memuat atau membahas tentang masalah bahayanya bahan Kimiawi yang terkandung dalam pestisida yang berbahaya bagi Kesehatan manusia dan Lingkungan.

Selalu saya akan mendapatkan bahwa permasalahan sektor pertanian di Indonesia adalah tentang :
1. Masalah Regenerasi Petani,  
2. Masalah Ketersediaan Lahan
3. Masalah Swasembada Pangan
4. Masalah Permodalan Bagi Petani
5. Masalah Kelangkaan Pupuk
6. Masalah Import Hasil Pertanian
7. Masalah lainnya yang bukan tentang efek residu berbahaya dari pestisida kimiawi. 

Bahkan bagi penentu kebijakan sektor pertanian di negeri ini pun menganggap dampak penggunaan pestisida kimiawi dengan bahan aktif yang berbahaya ini bukan merupakan masalah yang urgent untuk segera dibuatkan program - program untuk mengantisipasi dan menanggulanginya. 

Jika terus menerus dibiarkan,  masalah pertanian di Indonesia kedepannya kelak tidak akan lagi hanya berbicara tentang : Masalah Regenerasi Petani, Masalah Ketersediaan Lahan, Masalah Swasembada Pangan, dan permasalahan sektor pertanian lain yang telah saya paparkan diatas sebelumnya,  melainkan jika terus menerus dibiarkan,  persiapkan sektor pertanian kita untuk menghadapi masalah yang baru yang sedang menanti kita yakni : Hasil produksi pertanian Indonesia yang kaya akan residu kimia berbahaya bagi konsumen, kerusakan lahan pertanian akibat penggunaan bahan aktif kimia berbahaya, dan Sakit-sakitan dan Kematian Petani Muda di usia produktif karna sering terkontaminasi dengan bahan aktif kimia berbahaya. 

Sangat disayangkan memang, karena para pelaku di sektor pertanian,  baik itu petani, perusahaan, penentu kebijakan dan lain-lain yang mungkin belum melek atau belum sadar akan bahaya besar di depan mata bagi keberlangsungan sektor pertanian di Indonesia yang lama kelamaan tanah pertanian akan semakin rusak akibat penggunaan bahan aktif berbahaya yang tidak ramah lingkungan dan bahaya akan residu bahan kimiawi bagi kesehatan konsumen dan petani. 

Bahaya akan dampak negatif bahan kimiawi pada sektor pertanian yang sedang memporak porandakan Lingkungan & Kesehatan kita semua, baik itu tanah,  petani,  dan konsumen yang memakan hasil pertanian itu sendiri,  jika terus kita biarkan, kita akan membawa dunia pertanian di negeri ini masuk pada masa gelap pertanian. 

Pixabay.com
Pixabay.com

Sebaiknya jangan sampai jutaan lahan pertanian harus tidak lagi subur dan produktif akibat hilangnya unsur hara karena penggunaan bahan aktif pada herbisida kimiawi yang tidak ramah lingkungan ini barulah kebijakan - kebijakan di sektor pertanian untuk GO-ORGANIK barulah akan dipacu dan ditayangkan. 

Jika kerusakan lingkungan dan bahaya residu bahan kimia di sektor pertanian ini bisa kita cegah dari sekarang ini mengapa tidak kita "action" saja? 

Jagung Manis Tanpa Pestisida.  Dokpri
Jagung Manis Tanpa Pestisida.  Dokpri

Bahaya Pestisida Bagi Petani :

Pestisida diakui memang sangat menolong para petani dalam proses budidaya tanaman khususnya mengatasi serangan hama pada lahan pertanian para petani. Namun tidak bisa kita sangkal sebagaimana para Ilmuwan menyatakan bahwa penggunaan pestisida dapat membahayakan manusia karena memiliki zat kimia berbahaya.

Banyak penelitian tentang bahaya pestisida kimiawi bagi kesehatan petani,  saya ambil satu contoh penelitian yang pernah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara,  Provinsi Jawa Tengah.

Dalam penelitian mereka dengan mengambil objek sampel pada petani yang menggunakan pestisida kimia pada proses budidaya mereka. Dari penelitian yang dilakukan ini didapatkan data, dari 217 petani yang dijadikan objek sampel penelitian, dari 217 orang hanya 15 orang atau sekitar 7 persen saja yang bebas keracunan pestisida.

Sebanyak 5 orang petani mengalami keracunan berat (2,3 persen), 120 orang keracunan sedang (55,3 persen), dan 77 orang keracunan ringan (35,5 persen).

Baik 7 persen yang tidak keracunan pun suatu saat bisa terkena dampaknya juga ketika penggunaan pestisida kimia pada proses budidaya mereka secara terus menerus.

Demikian juga yang mengalami keracunan sedang dan ringan berkemungkinan besar atau berpotensi mengalami keracunan berat jika para petani tersebut masa bodoh dengan keracunan yang mereka alami yang masih dalam kategori sedang ataupun ringan. 

Sayapun sebagai penulis adalah seorang petani yang pernah terkena dampak negatif dari pestisida kimiawi yang sering saya gunakan dalam penyemprotan tanaman yang saya budidayakan. 

 Saya ketika itu mengalami sakit kepala yang berlangsung sampai sebulan lebih.  Puji syukur saya bisa kembali pulih ketika itu dan berjanji pada diri saya sendiri untuk melakukan proses budidaya secara organik. 

Saya belajar dan terus belajar sampai sekarangpun saat saya menuliskan tulisan ini saya mau untuk terus mengembangkan diri untuk berdiri kokoh pada pendirian saya untuk GO ORGANIK.  

Bgaimana kita sebagai petani bisa terus mengelolah lahan pertanian kita sebagai sumber mata pencarian kita guna menghidupi keluarga yang kita sayangi jika kita sakit-sakitan?  

Sebagai petani kita harus berpikir kedepan,  karena bagi seorang petani kesehatan dan kebugaran tubuh adalah salah satu kunci agar kita bisa meraih sukses dalam profesi kita sebagai petani. 

Jika kita menyayangi keluarga kita, maka sudah seharusnya kita menjaga kesehatan kita agar bisa terus menjadi tulang punggung bagi keluarga yang kita sayangi.

Bisa saja ada yang berkata mati itu Tuhan yang tentukan, bukan pestisida.

Sekedar saling mengingatkan, jangan pernah kita lupa bahwa Ridho Tuhan hanya berlaku bagi insan yang mengasihi sesama termasuk mengasihi diri sendiri.  

Bukan hanya Tuhan yang bisa menentukan kematian seseorang,  kita pun bisa menentukan bahkan mempercepat kematian kita jika kita tidak bijak menjaga kehidupan kita dalam tubuh jasmani yang Tuhan percayakan bagi kita. 

Anak saya saat di kebun Cabai.  Dokpri
Anak saya saat di kebun Cabai.  Dokpri

Bahaya Pestisida Bagi Tanah / Lahan Pertanian

Penggunaan pestisida kimia maupun pupuk kimia secara jangka panjang sangat merugikan  petani, karena lahan atau tanah sebagai unsur terpenting dalam proses budidaya menjadi rusak. 

Penggunaan pestisida kimia maupun pupuk kimia hanya akan menjadikan tanah mengeras dan meningkatkan zat azam dalam tanah, Pestisida dan pupuk kimia mematikan mikroorganisme dalam tanah sehingga membuat berkurangnya unsur hara dalam tanah dan menurunnya kesuburan tanah itu sendiri. 

Makanya janganlah heran, tanah dengan penggunaan pestisida dan pupuk kimia membuat tanah menjadi ketergantungan terus menerus akan dosis pupuk atau pestisida yg digunakan oleh petani sehingga dosis penggunaan pestisida dan pupuk kimia semakin lama semakin harus dinaikkan dosis penggunaannya. 

Sebagai petani kita harus mengetahui  bahwa bahan kimia hampir tidak akan terurai dalam tanah ataupun air.  Bahan kimia pada dasarnya hanya berdampak memberi racun bagi tanah dan air.  

Dalam pengaplikasian pestisida kimia yang disemprotkan ke tanaman, hanya berkisar 20% yang tepat sasaran atau benar-benar efektif, sedangkan 80% sisanya justru jatuh ke tanah.
Paparan sisa 80% pestisida sebagai bahan kimia yang berlebihan pada permukaan tanah akan mencemari lingkungan tanah sekitar.

Harus kita ketahui bahwa senyawa kimia racun tersebut akan diserap oleh partikel-partikel pada tanah yang akan merusak mikroorganisme yang berada di tanah tersebut. 

Pestisida kimia berdampak pada resistensi yang merugikan tanah sebagai media tanam bagi petani. Resistensi ini hanya terjadi pada penggunaan pestisida kimia saja tetapi tidak terjadi jika penggunaan pestisida dengan bahan organik. 

Itulah yang menjadi pemyebab mengapa kini petani semakin sulit untuk mengatasi hama atau OPT pada lahan pertanian sang petani itu sendiri, padahal mereka sudah menggunakan pestisida kimia yang sama dengan yang dianjurkan petani lain. 

Sebagaimana yang pernah saya tuliskan dalam artikel saya sebelumnya yang berjudul "Petani Bisa Menjadi Profesi yang Mematikan Jika Dibiarkan",  yang membahas akan pentingnya kita sebagai petani untuk Back To Nature atau GO ORGANIK. 

Dalam tulisan saya tersebut saya juga menuliskan tentang berita di Uni Eropa bahwa Organisasi Lingkungan Greenpeace mendesak pelarangan penggunaan glifosat yang terdapat dalam Roundup, racun pembunuh rumput buatan perusahaan AS Monsanto. 

Bahan aktif Glisofat bukan hanya ada pada Roundup tetapi juga hampir semua Herbisida yang sifatnya sistemik yang beredar di pasaran Indonesia sekarang ini juga kebanyakan mengandung Bahan Aktif Glisofat yang sudah di larang di Uni Eropa namun belum ada aturan yang membatasi dan mengawasi peredaran Herbisida dengan bahan aktif Glisofat di negeri ini,  bahkan ketika bahan aktif berbahaya ini sampai ke tangan petani,  tiadanya lembaga yang berfungsi mengawasi penggunaan bahan aktif berbahaya oleh petani.

Anak saya saat di kebun jagung.  Dokpri
Anak saya saat di kebun jagung.  Dokpri

Bahaya Pestisida Bagi Kesehatan Konsumen

Pestisida yang kita semprotkan ke tanaman sayuran atau buahan baik itu pestisida jenis insektisida ataupun fungisida dengan kandungan bahan kimia sistemik untuk melindungi sayuran atau buahan kita dari gigitan serangga akan meninggalkan residu kimia pada tanaman bahkan sampai saat dipanen dan dijual ke pasaran,  residu itu masih ada terkandung pada sayuran dan buahan. 

Seperti yang saya sampaikan diatas tadi bahwa saya juga berprofesi sebagai petani.  Dan sebagai petani Indonesia yang ikut serta bertanggung jawab akan keberlangsungan dan pemenuhan gizi bagi rakyat Indonesia adalah merupakan dosa besar bagi saya sebagai petani Indonesia jika yang saya berikan adalah pangan yang mengandung residu berbahaya yang meracuni tubuh konsumen yang mengkonsumsi hasil pertanian yang saya budidayakan.  

Ketika saya menanam dan merawat tanaman saya,  ketika itu saya berdoa pada Tuhan agar mendapatkan hasil panen yang baik,  namun jika hasil panen yang saya dapatkan itu terkandung residu bahan kimia berbahaya bagi manusia yang akan mengkonsumsinya,  lantas apakah itu bisa dikatakan sebagai pahala bagi saya yang menyandang gelar pahlawan pangan dan gizi bangsa?, Bisakah kita sebagai petani disebut pahlawan jika hasil kita mengandung racun yang akan meracuni mereka yang makan hasil pertanian kita? 

Anak saya saat di kebun Tomat.  Dokpri
Anak saya saat di kebun Tomat.  Dokpri

Jika lewat cara budidaya kita sebagai petani yang sering menggunakan bahan kimia berbahaya dalam proses budidaya,  apakah kehidupan kita ada faedahnya bagi keberlangsungan hidup orang lain? 

Kita sudah sering mendengar bahwa ketika seseorang mengkonsumsi bahan kimia secara berlebihan dapat memicu kanker pada tubuh manusia itu sendiri. 

Pada dasarnya oleh dokter dan para ahli gizi dalam menjaga kesehatan kita,  maka kitapun disarankan agar kita banyak mengkonsumsi makanan-mkananan yang sehat seperti sayuran dan buah-buahan atau empat sehat, lima sempurna. 

Namun, apa jadinya jika ternyata sayur-sayuran dan buah-buahan yang dikonsumsi oleh tubuh kita ternyata mengandung residu kimia berbahaya dari penggunaanpestisida?
Tentu ini justru hanya akan berdampak negatif bagi tubuh kita bukan?. 

Tanaman Kacang Panjang.  Dokpri
Tanaman Kacang Panjang.  Dokpri

Hasil pertanian Indonesia yang bahkan kerap kali ditolak oleh negara lain akhirnya dijual kembali di dalam negeri dan akhirnya sayuran dengan kandungan residu berbahaya ini yang tadinya tidak diterima oleh negara yang peduli akan kesehatan rakyatnya akhirnya di konsumsi oleh rakyat kita sendiri. 

Selain berdampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan masyarakat. Hasil pertanian yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan ini sebenarnya secara tidak langsung juga turut berpartisipasi merugikan negara dalam bidang kesehatan, khususnya program BPJS kesehatan yang digalangkan oleh pemerintah. 

Hasil pertanian yang tidak sehat akan berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Dan ketika sakit pemerintah menanggung pengobatan masyarakat yang sakit dengan program BPJS kesehatannya,  sementara penyebab sakit yang diderita sebagiannya adalah akibat dari sumber makanan tidak sehat yang di konsumsi oleh sebagian besar masyrakat Indonesia yang tidak paham atau sadar akan bahaya residu bahan kimia yang masih terkandung dalam hasil pertanian di negeri ini khususnya sayuran dan buah. 

Bila saya kutip dari Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Pertanian
Pada tahun 1996, sebenarnya telah ada keputusan penetapan mengenai ambang batas maksimum residu pestisida pada hasil pertanian yang diproduksi dari petani.
Namun pada kenyatannya,  belum banyak para pelaku di sektor pertanian yang sadar, termasuk para petani yang terkesan tidak peduli. 

Bahkan ada banyak pemerintah daerah di Indonesia yang mengalokasikan dana guna membantu petani akan kebutuhan pestisida dan pupuk kimia dengan anggaran milyaran rupiah setiap tahunnya. 

Sungguh harga yang mahal untuk kita sendiri pakai menghancurkan lingkungan dan kesehatan rakyat kita sendiri. 

Adalah suatu pukulan telak yang bagi saya sangat memprihatinkan,  ketika ekspor produk pertanian kita ditolak oleh beberapa negara importir, akibat residu pestisida yang melewati ambang batas kewajaran. Bisa kita pastikan bersama, jika sektor pertanian kita masih mengandalkan pestisida kimia sebagai alat pengendali hama, pemberlakuan ekolabelling dan ISO 14000 di era perdagangan bebas, yang akan terjadi adalah kita sendiri membuat produk pertanian Indonesia tidak mampu bersaing bahkan tersisih dan ujungnya sudah pasti hasil pertanian kita akan terpuruk di pasar global dunia. 

Negara maju umumnya tidak mentolerir adanya residu pestisida pada bahan makanan yang masuk ke negaranya. Belakangan ini produk pertanian Indonesia sering ditolak di luar negeri karena residu pestisida yang berlebihan. 

Sampai kapan dunia pertanian kita akan bertahan seperti ini?
Semoga dalam waktu dekat ini akan keluar kebijakan-kebijakan dari para pemegang dan pengambil keputusan, sehingga munculah kebijakan yang memacu pelaku di sektor pertanian untuk menghasilkan produk yang memiliki nutrisi yang baik dan terbebas dari residu bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan  dan lingkungan kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun