Mohon tunggu...
Levi William Sangi
Levi William Sangi Mohon Tunggu... Petani - Bangga Menjadi Petani

Kebun adalah tempat favoritku, sebuah pondok kecil beratapkan katu bermejakan bambu tempat aku menulis semua rasa. Seakan alam terus berbisik mengungkapkan rasa di hati dan jiwa dan memaksa tangan untuk melepas cangkul tua berganti pena".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Setelah Saya Bebas dari Narkoba

28 Juli 2019   13:39 Diperbarui: 29 Juli 2019   06:31 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (Sumber gambar: satelitpost.com) 

Biarkan masa lalu pergi, karena masa lalu adalah masa lalu. Masa lalu tidak bisa hidup di masa kini dan masa yang akan datang karena dia adalah masa lalu, maka biarkanlah dia berlalu.

Dalam tulisan saya kali ini, saya tidak lagi bercerita tentang masa kelam di saat serbuk putaw masih menjadi menu kegemaran saya dibanding menu nasi, ikan, dan lauk pauk. Karena semenjak berhenti hampir sembilan tahun lalu badan saya kini masuk dalam kategori 'nyaris gemuk'.

Namun saya tetap masih bisa menjaga pola makan saya yang disertai aktivitas di kebun yang bikin badan saya bugar. Yaa, saya harus menjaga kesehatan sebagai salah satu tindakan ucapan syukur atas kehidupan yang lebih baik dari masa lalu saya. 

Ok, mari kita kembali lagi ke menu utama tulisan saya ini. 

Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan, makanya ada istilah "Di dunia ini tidak ada yang sempurna".

Jatuh ke dalam jeratan ketergantungan terhadap narkoba adalah sebuah kesalahan terbesar yang saya lakukan dalam hidup, karena dampak yang diterima bukan hanya saya pribadi melainkan orangtua terutama Alm. Mama yang saat itu paling terpukul. Namun mama saat itu tetap tegar sehingga bisa membantu saya keluar dari jeratan narkoba. 

Ketika itu saya menganggap bahwa saya sedang berada pada kegagalan terbesar dalam hidup, tanpa sadar saya telah membenci diri sendiri dan sulit untuk memaafkan diri saya sendiri ketika itu. 

Pada dasarnya semua manusia ingin yang terbaik dalam hidupnya, demikian juga saya ketika itu. Memang setiap manusia pasti pernah berbuat salah dalam kehidupannya, dalam tingkat-tingkat yang berbeda pastinya.

Begitu juga dengan saya ketika itu, yang saya sadari bahwa tingkat kesalahan saya berada pada tingkat teratas, tingkat yang menyakitkan bagi saya dan juga keluarga. Rasa putus asa, malu, dan seakan tiada jalan keluar yang dirasakan, ternyata juga dirasakan oleh keluarga saya terutama Alm. Mama. 

Namun ketika itu akhirnya saya menyadari bahwa mungkin memang ada saat-saat di mana saya tidak bertindak yang terbaik dalam hidup, sama seperti manusia yang lain yang juga pernah mengalami kegagalan hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun